Connect The Dots

773 66 4
                                    

Menjalani pendidikan development program selalu membosankan bagi Sophia, tetapi tetap saja harus dilakukan setiap tahunnya. Sudah tiga hari ia menjalani pendidikan ini dari pukul 8 pagi hingga pukul 6 sore. Malam harinya, ia masih harus mengecek laporan dari Nadine. Masa pendidikan seminggu cukup membuang waktunya untuk mengejar targetnya. Ia masih saja hanya memiliki waktu tiga jam untuk benar-benar tidur.

Sophia merapikan tablet di mejanya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia melihat ke jam tangannya yang menunjukkan pukul 6.30. Sudah tidak ada orang di dalam kelas karena rata-rata mereka langsung meninggalkan kelas ketika materi selesai. Sementara Sophia menyempatkan diri untuk mengecek email-nya dan melihat laporan yang dikirimkan Nadine. Jika ada sesuatu yang darurat, ia masih bisa meminta Nadine mengirimkannya karena biasanya Nadine masih di kantor hingga pukul 7.

Langkah kaki Sophia pelan menuju ke luar gedung. Suara heels-nya membentur lantai marmer dan menimbulkan suara yang cukup nyaring karena tempat yang sudah sepi. Sesampainya di luar gedung, Sophia menghentikan langkahnya saat matanya menemukan sosok pria yang sedang tersenyum padanya. Ia mengenakan kemeja bergaris yang lengannya sudah digulung hingga separuh. Rambutnya tampak rapi dan wajahnya segar. Sophia membalas senyumnya dan berjalan cepat menghampirinya.

"Bagaimana kamu tahu aku di sini?" tanya Sophia saat sudah berada di depan Aria.

"Kamu lupa kalau aku yang mengantarmu untuk menjalani pendidikan yang pertama kalinya? Pas kamu bilang sedang pendidikan di Jakarta, tentu saja aku tahu itu dilakukan di sini." Jawab Aria.

Sophia tertawa. Beberapa tahun yang lalu, Aria memang mengantarnya untuk pendidikan di tempat ini saat ia pertama kali diterima bekerja di Bank sebagai Priority Banking Officer. Dan ternyata, laki-laki ini tidak melupakan momen itu.

Aria mengajak Sophia masuk ke dalam mobil. Kebetulan hari ini Sophia tidak membawa mobil karena ia terpaksa naik ojek online pagi tadi. Ia bangun kesiangan sehingga jika ia memaksakan untuk naik mobil maka ia bisa terlambat untuk sampai di tempat ini.

"Selamat ulang tahun, Sophia."

Aria mengulurkan sebuket bunga mawar pada Sophia saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil.

Sophia tampak terkejut. Ia bahkan lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Bibirnya tersenyum lebar saat menerima buket bunga dari Aria. "Terima kasih, Ri."

"Maaf, aku tidak sempat membuat surprise karena tadi sesampainya dari Jepang aku langsung ke sini. Hanya sempat mampir di florist untuk membeli bunga."

Aria tampak menyesal. Ia baru saja sampai di bandara pukul 4 sore. Pak Adi sudah menunggunya untuk mengantarkan mobilnya karena ia sudah berpesan hari sebelumnya. Sementara Aria pergi menemui Sophia dengan mobilnya, Pak Adi kembali ke rumah dengan taksi. Koper yang dibawa Aria dari Jepang bahkan masih ada di bagasi mobil.

"Kamu mengingatnya saja sudah cukup, Ri." Sophia tersenyum seraya menatap Aria yang juga menatapnya.

"Kamu ingin melakukan apa untuk merayakannya?" tanya Aria.

"Hmm, bagaimana kalau kita pergi ke bioskop? Sudah lama sekali kita tidak ke sana."

"Baiklah. Kita ke sana sekarang."

Aria menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil keluar dari halaman gedung sentra pendidikan.

"Kamu mau nonton apa?"

"Aku lihat dulu ya. Aku juga tidak tahu film apa yang sedang tayang." Sophia mengambil ponselnya dan mulai melihat-lihat film yang sedang tayang hari ini. Sementara Aria fokus mengemudikan mobil sembari menanggapi pertanyaan Sophia sesekali.

A 1000 Miles To Marry You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang