The Rain's just Fallen

569 58 2
                                    

"Jadi bagaimana rasanya sekarang?" Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Vanya saat bertemu Sophia setelah pertunangan Sophia dan Aria berakhir.

Sophia menggeleng lemah. Tangannya mengaduk-aduk orange juice yang ia pesan. Hari ini ia sedang merasa penat sehingga ia menelepon Vanya. Dulu jika ia penat, ia akan menelepon Renno tetapi tidak untuk saat ini.

"Menurutku, kamu sama sekali tidak bahagia." Vanya menyilangkan tangannya di dada. Matanya mengamati sahabatnya yang tampak murung.

"Just something's lost." Sahut Sophia pelan. Kali ini ia memilih untuk melihat ke luar jendela.

"Masih cinta sama Aria?" tanya Vanya lagi.

"Maybe."

Vanya tersenyum.

"Aku tahu arti senyumanmu itu." Sophia mendengus. Ia tidak kesal pada sahabatnya, tetapi ia kesal pada kenyataan yang menjadi semakin kejam padanya.

"Aria juga masih cinta sama kamu, Sop. Dia bahkan masih sangat peduli padamu." Vanya mengangkat ponselnya dan dilayarnya tampak sebuah percakapan.

"You know, I'm so jealous to how he really cares to you even after broke up." Vanya menyodorkan ponselnya pada Sophia yang langsung membacanya.

Sebuah senyuman tercipta di bibir Sophia saat membacanya. Tentu saja ia sangat bahagia mengetahui betapa Aria masih mempedulikannya. Aria bahkan mengatakan pada Vanya jika sesuatu terjadi pada Sophia, ia ingin agar Vanya memberitahunya.

"Udah bisa senyum-senyum sekarang." Goda Vanya setelah menerima ponselnya kembali.

Sophia tersenyum lagi. Rasanya, ia tidak bisa berhenti tersenyum sekarang. Ada sebuah kelegaan yang dirasakannya setelah ia mengetahui kalau Aria masih mengingatnya.

"Sekarang mesti gimana ya, Van?" tanya Sophia setelah menyeruput orange juice-nya.

"Kenapa kamu tanya ke aku? Kamu sendiri yang tahu mana yang baik dan tidak baik untukmu. Kamu hanya perlu bertindak, Sop. Bukan hanya berwacana."

Vanya menekankan kata "berwacana", karena selama ini Sophia memang lebih banyak berpikir daripada bertindak dalam berurusan dengan Aria maupun Renno. Sophia memijat-mijat kepalanya sendiri untuk memikirkan caranya untuk bisa kembali pada Aria.

"Sop, kamu ingat kan kalau masih ada Renno?." tanya Vanya yang dijawab anggukan oleh Sophia.

Sophia tentu saja tidak melupakan posisi Renno. Ia tahu persis tidak akan mudah untuk melepas Renno kali ini mengingat kondisinya saat ini. Selama ini ia bertahan di sisi Renno karena ia ingin menebus kesalahannya pada Renno.

"Sekali lagi aku ulangi ya, ini bukan siapa yang harus kamu kalahkan dari keduanya, tetapi tentang siapa yang akan aku pilih dan tidak akan kamu sesali, Sop." Lanjut Vanya.

Sophia mengangguk lagi.

"Aku tahu itu, Van. Hujan sudah terlanjur turun dan tidak mungkin aku terus diam di sini. Aku harus berani menembus hujan meski itu akan membuatku basah kuyup. Setidaknya, aku akan sampai di tempat tujuanku setelah menembusnya. " ucap Sophia.

Pandangannya tertuju pada jendela besar di sampingnya dan hujan mulai turun lagi. Seperti yang selalu orang-orang katakan bahwa tanpa adanya hujan, maka tidak akan ada apapun yang tumbuh di bumi ini. Seseorang harus belajar untuk memeluk hujan bahkan badai di dalam hidupnya.

Saat ini, ia akhirnya tahu siapa yang akan ia pilih dan ia tidak akan menyesali pilihannya tersebut, karena pada akhirnya hatinya menentukan satu orang penghuninya.

A 1000 Miles To Marry You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang