New Life comes with New Person

561 48 1
                                    

"Kamu tahu kan Ri, kalau aku tidak mencintaimu?"

Kata-kata itulah yang Sophia ucapkan setelah mendengar Aria mengatakan kalau ia mencintai Sophia.

Aria tersenyum mendengarnya. Ia menoleh pada dedaunan yang bergerak-bergerak pelan karena ditiup angin.

"Aku mencintaimu, Phi. Dan itu cukup."

Sophia menatap laki-laki di depannya yang masih tampak tenang meski cintanya baru saja ditolak. Laki-laki itu justru dengan begitu tenang dan meyakinkan kalau cintanya saja cukup untuk menjalin hubungan diantara mereka.

"Kamu yakin kamu tidak apa-apa meski aku tidak mencintaimu?" Sophia bertanya lagi.

Aria tersenyum lebih lebar. Ia kemudian meletakkan kedua tangannya di pundak Sophia. "Aku yang akan mencintaimu, Sophia. Dan aku yang akan membuatmu mencintaiku."

Sophia tersenyum mendengarnya. Ia melihat kesungguhan dari mata Aria. Dan sejauh yang ia tahu, laki-laki di depannya ini adalah laki-laki favorit di kampusnya. Bukankah akan menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk bersama dengan laki-laki ini?

Sophia terjaga dari tidurnya. Matanya terbuka dan ia melihat ke sekeliling kamarnya yang penuh dengan beberapa koper. Ia baru saja bermimpi namun mimpi itu terasa nyata. Ia pernah mengalaminya lebih dari sepuluh tahun yang lalu, saat Aria pertama kali mengatakan cinta padanya. Sophia mengusap wajahnya untuk menghapus perasaan kalutnya karena mimpinya. Ia mengedarkan pandangannya pada koper-koper yang tergeletak di kamarnya. Semalam, ia sudah menyiapkan semua baju dan beberapa barang yang akan ia bawa ke Malang. Sophia beranjak dari tidurnya dan saat ia menoleh pada nakas, matanya menatap surat penugasan yang ia letakkan di situ sesampainya ia dari kantor. Ada perasaan marah dan kecewa yang terbersit di hatinya karena semua pekerjaan yang ia lakukan pada akhirnya membuatnya harus ditempatkan di daerah mulai besok senin.

Ia menyeret kakinya dengan malas menuju lemari pendingin dan mengambil sebotol air putih, saat matanya menangkap beberapa bungkus minuman ginseng yang masih bertumpuk di kotak lemari pendingin. Itu semua adalah barang terakhir yang ditinggalkan Aria sebelum akhirnya ia pergi dari kehidupan Sophia sejak 6 bulan yang lalu.

Sophia meletakkan botol minumannya dan mengambil kardus berisi minuman ginseng itu. Ia lalu membawanya dan membuang semuanya ke tempat sampah karena semua minuman ini sudah kadaluarsa. Ia sendiri juga sebenarnya tidak suka minuman seperti itu, hanya saja Aria selalu bersikeras agar Sophia meminumnya sesekali untuk menjaga kesehatannya.

Sebuah ketukan di pintu membuat Sophia harus berjalan cepat menuju ke pintu depan. Ia membuka pintu dan menemukan Renno sudah berdiri di depan pintu. Sejak beberapa bulan yang lalu, kondisi kesehatan Renno semakin membaik. Ia juga bisa berjalan seperti dulu, hanya sesekali saja ia merasa sakit di dadanya karena batuk yang terus menerus.

"Aku mandi dulu ya." Ucap Sophia seraya membuka pintu lebar agar Renno bisa masuk ke dalam rumah. Renno mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Sejak Sophia dan Aria putus, Renno menjadi orang yang bebas masuk ke rumah Sophia.

"Mau aku siapkan sarapan sekalian, Phi?" tanya Renno sembari berjalan menuju dapur. "Tidak ada apa-apa di dapur, Ren. Kita sarapan di luar saja." Sahut Sophia dari dalam kamarnya.

Renno tersenyum mendengarnya. Ia berjalan menuju lemari pendingin dan membukanya. Hanya ada beberapa botol air mineral. Ia mengambil satu botol dan menutupnya kembali lalu pandangannya tertuju pada tumpukan kardus ginseng merah di tempat sampah. Ada sesuatu yang terlintas di pikirannya namun ia langsung mengabaikannya dan berjalan menuju sofa untuk menyalakan televisi.

Tiga puluh menit kemudian, Sophia keluar dengan celana jeans dan sweater longgar warna abu-abu. Rambutnya yang sudah tidak lagi panjang, ia biarkan terurai.

A 1000 Miles To Marry You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang