The Storm has Come

603 54 3
                                    

Sophia berjalan setengah berlari keluar dari rumahnya. Ia hanya membawa tas kecil berisi dompet dan ponsel. Ia bahkan masih mengenakan pakaian kerja yang dipakainya tadi. Beberapa menit yang lalu, ia mendapat telepon dari Kamila, adik tiri Renno. Kamila mengatakan kalau Renno mengalami kecelakaan dan sekarang sedang berada di rumah sakit. Ia meminta tolong pada Sophia untuk datang ke rumah sakit terlebih dulu, karena membutuhkan waktu yang cukup lama bagi Kamila untuk pergi ke Jakarta.

Mobil Sophia melaju dengan kecepatan tinggi dan untung saja sekarang sudah pukul 10 malam sehingga jalanan pun tidak terlalu ramai. Banyak sekali kemungkinan yang muncul di pikiran Sophia tentang keadaan Renno. Setelah Renno keluar dari rumahnya dengan marah beberapa minggu yang lalu, Sophia hanya berharap ia akan baik-baik saja. Namun ternyata harapan Sophia tidak terkabulkan. Renno justru mengalami kecelakaan malam ini dan Sophia tidak tahu keadaannya sekarang.

Sophia memarkirkan mobilnya di halaman parkir rumah sakit dan segera turun dari mobil. Dengan setengah berlari, ia memasuki rumah sakit. Sophia cukup tahu tentang rumah sakit ini karena setiap bulannya ia mengantarkan Mamanya Aria untuk medical check-up di sini. Ia melangkahkan kakinya menuju ke bagian ICU. Seperti yang dikatakan Kamila saat di telepon tadi, Renno berada di bagian ICU. Sophia ke bagian informasi untuk mencari tahu tentang kondisi Renno.

"Pasien bernama Renno Wihardja." Ucap Sophia dengan tersengal-sengal.

Perawat yang menjaga bagian informasi langsung mengetikkan beberapa huruf di keyboard sembari menatap layar komputer. "Sedang berada di ruang operasi."

"Operasi?" Sophia terkejut mendengarnya.

"Sophia." Sebuah suara membuat Sophia menoleh dan ia menemukan pria dengan rambut ikal sedang berjalan ke arahnya. Yang Sophia tahu pria itu adalah teman satu band Renno yang bernama Ben.

"Bagaimana Renno?" tanya Sophia cemas saat ia melihat Ben tampak memiliki noda darah di kaos putihnya. Darah itu cukup banyak namun, ia tidak tampak terluka.

"Dia harus operasi karena ada cedera di dadanya. Dan untung saja luka di kepalanya tidak terlalu parah." Jawab Ben. "Tadi aku menandatangani administrasi untuk operasinya karena Renno harus segera dioperasi." Tangannya menunjuk ke bagian administrasi yang berada di seberang.

"Apa yang terjadi?" tanya Sophia.

"Kita duduk dulu." Ben mengajak Sophia untuk duduk di kursi tunggu. Dan Sophia mengikuti saja di belakangnya.

"Sejak beberapa minggu ini, Renno tampak kacau. Dia sering minum dan selalu pulang dengan kondisi mabuk. Dia bilang hanya ingin menghilangkan sakitnya, tetapi aku tidak tahu apa maksudnya. Malam ini, seharusnya Renno ada pekerjaan di kafe, tetapi dia tidak datang dan tidak bisa dihubungi. Akhirnya, aku memutuskan untuk mampir ke rumahnya tetapi Renno tidak ada di rumah. Saat di jalan menuju ke kafe, aku melihat ada kecelakaan dan setelah aku datangi ternyata Renno sudah tergeletak di jalan." Ben mengusap wajahnya, sementara Sophia sudah tidak sanggup menahan airmatanya. Mendengarnya saja, Sophia tahu kalau semua ini terjadi karena dia. Dia adalah penyebab Renno mengalami kecelakaan hingga seperti ini.

Dan hingga empat jam kemudian, Sophia masih menunggu di depan ruang operasi. Ia ingin melihat kondisi Renno. Sementara Ben sudah pulang sejak dua jam yang lalu.

-00-

Sophia duduk menatap wajah Renno yang memiliki beberapa luka memar. Ia masih belum sadar sejak operasi semalam. Kepalanya dibalut perban karena ada cedera, begitu juga dengan dadanya yang menurut dokter juga terdapat cedera rusuk. Beberapa alat kedokteran menempel di badan Renno, mulai dari infus hingga alat bantu pernapasan dan alat pendeteksi detak jantung. Tangan Sophia menggenggam tangan Renno, ia berdoa semoga Renno segera siuman.

A 1000 Miles To Marry You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang