Krist terbangun diruangan asing, ia mengerjapkan matanya berkali-kali, mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan disekitarnya. Krist tak tahu dirinya berada dimana sekarang yang pasti ini rumah sakit.
Ingatan Krist berputar-putar pada beberapa kalimat kata, kata yang Singto ucapkan padanya. Saat ini ia tahu, bagaimana rasanya mendapatkan hinaan semacam itu.
Entah mengapa perkataan Singto selalu berhasil melukainya, seperti melayangkan tamparan secara tidak langsung pada Krist. Meskipun tak berbekas tetapi mampu membuat Krist terpuruk, raganya memang baik-baik saja atas kekerasan verbal yang Singto berikan, hanya saja jiwa Krist tak bisa menerimanya, ini lebih menyakitkan daripada kekerasan fisik dan kekerasan seksual yang pria itu lakukan padanya.
Dulu Krist mengira hidupnya sempurna, semua mata hanya tertuju padanya, tidak ada yang bisa melebihinya. Membuatnya menjadi angkuh dan lupa jika mungkin akan ada yang terluka karena perbuatan keterlaluannya.
Krist selalu menganggap orang lain itu tak layak dan sebanding darinya, tidak ada yang bisa menjatuhkan dirinya, hingga ia selalu melakukan apapun semau yang Krist inginkan, karena merasa hebat. Namun, begitu ia bertemu dengan Singto setiap kata-kata yang merendahkan Krist keluar darinya, setiap perlakuan kasar dan menyakitkan itu dilakukan oleh pria itu padanya, Krist sadar akan sesuatu hal. Ia salah. Pemikiran dangkalnya selama ini salah. Krist lebih buruk dari apapun yang ada didunia ini.
Krist sudah banyak menyebabkan masalah, menyakiti hati banyak orang hanya untuk kesenangannya semata, bukan satu atau dua pria bahkan wanita. Entah berapa hati yang sudah Krist sakiti dan campakkan begitu saja.
Tak pernah Krist memikirkan sumpah serapah yang keluar dari banyaknya orang itu, seseorang yang menderita karena ulahnya. Berapa nyawa yang ia hilangkan hanya untuk kesenangannya saja?
Sesungguhnya Krist tak tahu. Krist sadar jika dirinya manusia yang di penuhi dosa dan ketika takdir menggiringnya ke sini, barulah Krist sadar kalau ia memang pantas mendapatkan segalanya. Ini balasan dari yang pernah ia lakukan.
Dirabanya permukaan perutnya yang masih rata, ia kasihan pada janin yang tumbuh di dalam perutnya, kenapa harus tumbuh dari seseorang hina seperti Krist?
Bahkan Krist dengan tidak punya hati ingin membunuhnya. Krist lupa jika ia mempunyai detak jantung meskipun lemah, darah yang mengalir di tubuhnya juga mengalir pada janin itu, tetapi Krist ingin meleyapkannya, membunuh separuh hidupnya hanya karena kebenciannya pada pria itu atau karena keegoisannya lagi?
Sebenarnya mereka sama, Krist tak ingin mengandung anak pria itu, sedangkan anak yang berada di dalam kandungannya juga pasti tidak akan mau hadir dari hasil perkosaan, kalau ia bisa berbicara Krist yakin pasti janin itu akan menjerit dan menyalahkannya.
Jadi sekarang apa yang harus Krist lakukan?
Percuma meminta tanggung jawab pria itu, karena ia hanya melihat Krist sebagai seorang jalang pemuas nafsunya saja.
Ketika Krist melihat ke arah sofa. Gun dan New yang menjaganya setiap hari tengah tidak ada,. Baru saja Gun berbicara pada New kalau ia ingin membeli kopi sementara New hanya mengiyakan dan langsung berlari ke toilet karena sakit perut.
Terbersit sebuah ide didalam benak Krist, setidaknya jika ia tidak bisa memberikan keluarga yang lengkap, ia harus bisa memberikan tempat yang layak, bukan di sana. Tempat yang penuh dengan pembantaian dan siksaan. Akan jadi apa anak itu nantinya? Ia ragu, kalau ia akan kuat melihat anaknya sendiri disiksa nanti.
![](https://img.wattpad.com/cover/212453936-288-k753494.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rat [Peraya Vers.]
Fanfiction[ Completed ] Apakah didunia ini benar-benar ada hal yang bernama 'karma'? Bagi seorang Krist ini semua mungkin adalah balasan atas semua dosa yang pernah ia lakukan, saat ia dipertemukan dengan Singto Prachaya, seseorang pria yang paling ia benci...