Angin berembus samar ke arah sesosok pria yang tengah duduk sendirian atas ayunan, pandangannya menatap ke arah sekelilingnya dengan malas. Itu adalah Krist, ia bisa melihat ada sosok lain yang kini perlahan mendekatinya.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Heumm?"
Krist tak percaya wanita itu bicara padanya, padahal biasanya Jane hanya melewatinya saja mengganggap Krist tak ada sama sekali, sekarang ia tak hanya menatapnya tetapi juga mengajaknya untuk berbicara.
"Kau bertengkar dengan priaku?"
"Apa itu terlihat jelas?"
"Ya. Tentu saja, karena hal ini Phi Sing memarahi yang lain terus menerus, aku jengah dengan sikapnya. Padahal mereka tak salah."
"Bagimu dia seperti apa?"
"Siapa?"
"Priamu itu."
"Dia pria paling gila dan tidak punya akal sehat. Hei, kenapa kau tertawa? Bukankah Phi Sing seperti itu? Dia keras kepala dan tidak ada yang bisa menebak isi pikirannya. Terkadang dia baik tetapi terkadang dia lebih dari kata kejam. Cukup lihat dari apa yang kau percayai tentangnya saja. Itu mudah."
"Apa semudah itu? Apa yang kau percayai tentang Phi Sing?"
"Satu-satunya seseorang yang aku miliki dan tidak pernah akan meninggalkan aku. Phi Sing itu seperti satu benda dengan dua sudut berbeda. Apapun yang pria itu katakan padamu, belum tentu benar."
"Kau tahu segalanya tentang dia sepertinya."
"Mengerti phi Sing, itu sebenarnya bukan hal yang sulit."
"Benarkah?"
Jane menganggukkan kepalanya, "Aku dengar kau belum makan siang? Apa kau ingin sesuatu?"
"Aku tidak lapar."
"Kau membuat semua orang khawatir."
"Semua orang?"
Wanita itu terdiam, ia sadar jika dirinya salah bicara, yang ia maksud tentu saja itu Singto. Hanya satu orang, tetapi yang akan terkena imbas kemarahannya semua orang.
"Di ujung jalan ada kafe baru, di sana juga ada bubble tea dan kue kesukaanmu. Bagaimana jika kita pergi ke sana untuk mengisi perutmu? Makan beberapa kue sepertinya tidak buruk."
"Di ujung jalan?"
"Ya, kau mau pergi? Jika iya aku akan berganti pakaian dan mengambil kunci mobil."
"Baiklah."
Jane tersenyum senang, ia melangkahkan kakinya untuk pergi, tanpa ia sadari Krist hanya memandang kepergiannya dengan diam, sebelum bangkit dan melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Ia tergoda dengan hal tadi, tetapi tak mau pergi bersama orang yang berhubungan dengan Singto.
Dari kejauhan, Singto mengamati Krist yang kini melangkah keluar dari gerbang rumah lewat balkon kamarnya. Entah apa yang pria itu lalukan di luar sana, Singto tak tahu. Ia ingin menyuruh orang agar bisa mengawasi Krist, akan tetapi rasanya hal tersebut terlalu berlebihan. Lagipula untuk apa Singto mengkhawatirkan Krist?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rat [Peraya Vers.]
Fanfic[ Completed ] Apakah didunia ini benar-benar ada hal yang bernama 'karma'? Bagi seorang Krist ini semua mungkin adalah balasan atas semua dosa yang pernah ia lakukan, saat ia dipertemukan dengan Singto Prachaya, seseorang pria yang paling ia benci...