Teriakan samar-samar seseorang tertangkap oleh Singto, ketika ia ingin melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia yakin itu pasti suara Krist, akhirnya pria itu melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat untuk tahu kekacauan apa yang Krist buat lagi kali ini. Ia lelah dengan kelakuan pria itu.
Baru saja ia membuka pintu untuk masuk, ada sebuah tubuh yang menabraknya. Singto memegangi lengan pria itu, karena hampir saja Krist terjatuh kalau saja Singto tak menangkapnya.
"Tidak bisakah kau mengunakan matamu jika berjalan?"
"Tentu tidak bisa. Mana bisa aku berjalan menggunakan mata, kau pikir aku tidak normal."
"Kau kan memang tidak normal."
"Berhenti mencelaku! Aku tidak normal itu karena kau!"
Krist menampilkan raut kesalnya, kenapa Singto selalu mengolok-oloknya dan mengatakan banyak hal buruk tentang Krist? Padahal ia sama sekali tak pernah menyinggung Singto, seolah pria itu akan mati jika sehari saja tidak mengunjing hidupnya.
Singto hanya memasang wajah datarnya, membuat Krist benar-benar ingin memukul pria itu, jika tidak ingat Singto itu kejam dan akan membalas apa yang Krist lakukan berlipat-lipat ganda. Padahal Krist hanya memukulnya satu kali dan Singto memukulnya bahkan lebih dari 3 kali, itu persamaan yang sangat tidak seimbang.
"Tolong aku.""Apa lagi kali ini?"
Tangan Krist menunjuk sesuatu yang ada dimeja dengan wajah ngeri, "Tolong singkirkan itu, aku takut."
"Apa?"
"Lihat sendiri."
Embusan napas berat keluar dari Singto, ia menatap apa yang Krist tunjuk dan Singto kaget melihat tempat kaca berisi ular ada di atas meja kamarnya.
"Siapa yang memberimu ini?"
"Si kecil--"
Belum sempat Krist berbicara Singto sudah terlihat marah, "Phi Gun! Phi Gun! Phi Gun!"
Tetapi yang masuk ke dalam kamarnya bukan pria mungil itu, tetapi Jane yang jengah mendengar suara teriakan Singto, ia tidak bisa tidur jika Singto berteriak-teriak seperti orang hutan di dalam rumahnya sendiri.
"Phi Gun, ada di halaman belakang! Tolong jangan berteriak! Kau membuat maskerku pecah!"
"Panggil dia... Tidak-tidak, kau saja yang singkirkan barang itu."
"Barang apa?"
Singto memijit pelipisnya, "Ck, si bodoh itu membawa barang aneh saat dia kembali."
"Ou, apa yang di berikan? Ular?" Jane menggelengkan kepalanya, "dia bahkan memberikan aku kalajengking. Pria itu benar-benar."
"Bawa itu pergi, Krist takut dengan ular itu."
"Sungguh? Hei, ini hanya ular. Bagaimana seorang pria bisa takut dengan ini, padahal mereka memilikinya. Kau terlalu manja."
Dengan sengaja ia mengguncangkan kotak itu ke arah Krist sebelum berlalu pergi, Krist hanya terdiam dengan raut wajah kesal. Jika hewan itu mengigitnya bagaimana? Apa salah Krist takut? Kenapa wanita itu sama seperti Singto, selalu menggunjingnya ketika mereka bertatapan muka?
Krist menatap ke arah Singto yang hanya diam, tak ada yang berubah dari pria itu, tak banyak pula yang berubah semenjak hari itu, segalanya berjalan seperti biasa, meskipun mungkin ada beberapa perbedaan terhadap hubungan mereka yang kini menjadi agak dekat. Meskipun memaki dan mengomel tetapi pria itu tak pernah memukulnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rat [Peraya Vers.]
Fanfiction[ Completed ] Apakah didunia ini benar-benar ada hal yang bernama 'karma'? Bagi seorang Krist ini semua mungkin adalah balasan atas semua dosa yang pernah ia lakukan, saat ia dipertemukan dengan Singto Prachaya, seseorang pria yang paling ia benci...