Ragu. Krist menatap ke arah Singto, ia sedikit merapikan pakaian pria itu yang sedikit berantakan, ia harus terlihat bagus, tidak ada cela sedikitpun, jadi Ayahnya nanti tak mungkin akan menggunjing Singto.
"Besok, kau harus membeli pakaian yang lebih berwarna. Kenapa kau hanya pakai pakaian berwarna hitam? Apa kau tahu mataku sakit melihatnya."
Singto hanya diam, tak menanggapinya. Krist berdecak kesal, merapikan surai Singto yang sedikit berantakan.
"Jika dia bertanya jangan katakan apapun ataupun menggertak."
"Kenapa?"
"Itu tidak sopan, lagipula Ayahku itu agak berbeda."
Krist menggaruk tengkuknya sedikit, mereka termenung sejenak di dalam mobil sebelum meminta Singto keluar dan membukakan pintu untuknya, tanpa banyak bicara Singto melakukannya. Lagipula Krist heran, kenapa segalanya harus ia perintahkan terlebih dulu, tidak bisakah sehari saja Singto peka dan melakukan apa yang Krist mau tanpa ia mengatakannya.
Keduanya melangkahkan kakinya mendekati teras, tangan Krist ingin menekan password rumahnya, tetapi terkesan tak sopan. Akhirnya ia menekan bel dan menunggu. Tak membutuhkan waktu lama, pintu di depannya terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya. Wanita itu terkejut melihat Krist yang berada di hadapannya.
"Krist!"
"Kenapa Mae kaget, tidak bisakah menyambutku kembali?"
"Siapa pria itu?"
Pandangan Ibunya tertuju pada Singto, hal ini membuat Krist hanya tersenyum layaknya orang bodoh, apalagi saat Ibunya menyadari ada yang aneh padanya. Tentu saja, perutnya yang membesar.
"Kau--"
"Aku baik-baik saja, tolong ajak kami masuk. Di luar dingin, apa Pho ada?"
Embusan napas berat keluar dari Wanita itu, ia mengajak Krist dengan Singto masuk dan berulang kali menatap ke arah Singto, menatap aneh pria itu, karena tidak biasanya Krist membawa orang lain ke rumah mereka. Kejadian ini tak pernah terjadi dan wanita itu merasa akan ada masalah yang datang ke dalam keluarganya nantinya.
Bisa Krist lihat ada sesosok pria paruh baya yang tengah duduk dengan tenang, menyesap kopi hangatnya serta membaca koran yang baru terbit hari ini. Genggaman Krist pada Singto mengerat, membuat Singto mengusap permukaan jemari Krist untuk membuat pria tadi tenang.
"Dear, lihat siapa yang datang?"
"Heumm."
Pria itu hanya bergumam pelan menatap anaknya yang baru saja datang membawa sesosok pria lain di sampingnya. Ia menutup koran yang sedari tadi di bacanya, dan melepaskan kaca mata yang bertengger pada hidungnya.
"Krist?"
Sungguh pria itu yakin jika seseorang yang berdiri menatapnya itu sang Anak, tetapi banyak perubahan dari dalam diri Krist sekarang, terutama di bagian tertentu anaknya.
"Duduklah, dari mana saja kau?"
"Bukankah aku sudah mengatakannya pada Mae sebelumnya?"
"Siapa pria itu kekasihmu?"
"Tidak bisakah, tanyakan dulu kabarku?"
"Kau terlihat baik-baik saja."
"Tidak. Aku tidak baik."
Krist membantahnya, ia mengajak Singto untuk duduk tak memperdulikan tatapan Ayahnya. Krist tahu jika sang Ayah mencurigai sesuatu darinya.
"Aku kesini ingin meminta izin untuk menikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rat [Peraya Vers.]
Fanfiction[ Completed ] Apakah didunia ini benar-benar ada hal yang bernama 'karma'? Bagi seorang Krist ini semua mungkin adalah balasan atas semua dosa yang pernah ia lakukan, saat ia dipertemukan dengan Singto Prachaya, seseorang pria yang paling ia benci...