Sesampainya Singto di rumah sakit, Singto langsung menuju ke ruang rawat Krist. Namun, tak menemukan pria itu disana, hanya ada Gun serta Jane berada diluar seolah tengah menunggunya.
"Krist, dimana dia?"
Singto mengatakannya dengan sedikit rasa cemas, ia khawatir mendengar ucapan aneh Gun padanya. Tidak mungkin terjadi hal yang aneh pada Krist, 'kan?
"Dokter sedang memeriksanya. Kau tenang saja ada New yang menemaninya. Dia akan dipindahkan ke ruang inap setelah ini."
Singto mengembuskan napas leganya, tetapi saat kedua maniknya menatap Gun serta Jane ada sesuatu tersembunyi yang sepertinya mereka sembunyikan, membuat Singto menjadi curiga.
"Ada apa kalian menatapku seperti itu?"
"Tidak."
"Kalian pasti menyembunyikan sesuatu? Katakan ada apa?"
Gun ingin berbicara hanya saja bertepatan dengan saat itu, ia merasakan ponselnya bergetar, ada beberapa pesan dari New yang di kirim padanya, "Krist sudah ada dikamar dan New berkata kita boleh menyusulnya. Ayo."
Jane menatap Gun dengan gusar, tetapi Gun menggelengkan kepalanya dan menyenggol lengan gadis itu, mengisyaratkan agar Jane diam saja, tak perlu ikut campur dalam masalah ini, lagi-lagi hal ini tak luput dari perhatian Singto yang semakin curiga pada tingkah kedua orang itu.
Sesampainya di ruangan yang New maksud, mereka langsung di suguhi pandangan aneh seseorang yang terus saja mengawasi gerak-gerik ketiganya ketika memasuki ruangan. Sosok yang tengah berbaring itu hanya melihat dalam diam, tak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya. Ia tampak aneh.
"Krist...."
Namun, sosok itu hanya diam. Bergeming ditempatkan, seolah bukan namanya yang disebut, seolah ia tak mengenalinya sama sekali atau Krist masih marah karena perkataan Singto waktu itu? Sekarang pria tadi hanya terus menatap Singto dan yang lain dengan penuh keheranan.
"Krist...."
Singto mendekatinya, mengusap surai kehitaman pria itu yang sedikit berantakan, akan tetapi sosok itu justru menghindar dan menampik tangannya. Seolah tak mau Singto menyentuhnya pandangannya tetap saja. Pria itu tampak kebingungan.
"Apa kau baik-baik saja?"
Tetapi lagi-lagi sosok itu hanya diam, tak menjawabnya sama sekali. Akhirnya New menepuk pundak Singto dengan pelan, hingga pria itu menengokkan kepalanya pada seseorang dibelakangnya.
"Sing, sepertinya dia belum terbiasa dengan semua ini, beri dia waktu untuk mencerna segalanya."
"Apa maksudmu?"
Tentu saja Singto heran, apa maksud dari belum terbiasa itu?
"Dia terlalu lama tak sadarkan diri dan sebelumnya kau tahu sendiri dia baru menjalani operasi, ingatannya sedikit mengabur, dokter bilang ini wajar, dia butuh waktu untuk beradaptasi."
Pria berkulit tan itu terdiam mendengarnya, lalu mengalihkan pandangan ke arah Krist yang kebetulan sedang menatap wajah Singto dengan aneh. Singto menganggukkan kepalanya ke arah New, seolah mengerti apa yang pria tadi katakan. Sebelum menggenggam tangan Krist yang ada dihadapannya dengan erat, seraya mengusap lembut punggung tangan Krist.
"Tidak apa-apa, jangan takut padaku. Aku tidak akan menyakitimu." Singto menatap ke arah ketiga orang yang kini tengah berada disekitarnya itu dengan tenang, "bisa kalian tinggalkan aku berdua dengan Krist?"
New mengangguk ia menarik Jane dan Gun untuk pergi meninggalkan mereka berdua saja di dalam ruangan itu, tak lupa untuk menutup pintunya. Saat semua orang pergi, Krist langsung memosisikan dirinya untuk duduk, karena tak mau ditinggal berdua saja dengan orang asing, tetapi Singto menahannya, tak membiarkan Krist banyak bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rat [Peraya Vers.]
Fanfic[ Completed ] Apakah didunia ini benar-benar ada hal yang bernama 'karma'? Bagi seorang Krist ini semua mungkin adalah balasan atas semua dosa yang pernah ia lakukan, saat ia dipertemukan dengan Singto Prachaya, seseorang pria yang paling ia benci...