[ 3 ]: Ice King

7.5K 627 72
                                    

Hanya kekosongan dan sepi yang menyelubungi ruangan itu. Krist mendudukkan diri di atas tempat tidur dengan pandangan sendunya. Entah ia harus senang atau sedih sekarang, rasanya tak menentu. Setiap detik yang ia habiskan ditempat ini seperti berada dalam neraka. Bukan hanya raganya yang terluka. Namun, jiwanya pun merasakan hal yang sama.

Krist ingin meminta tolong, tetapi tak tahu pada siapa. Percuma meminta pria asing yang menyekapnya di sini untuk melepaskannya, Krist tak mau semakin tersiksa. Tak mau semakin di sakiti oleh pria itu. Sungguh Krist tak sanggup sekarang.

Apakah ada yang lebih parah dari semua ini?

Dipeluknya tubuh telanjangnya, bahkan pria itu tak memberikannya pakaian yang layak, memperlakukan Krist layaknya seekor binatang tak berguna, yang hanya di kunjungi ketika ia ingin menuntaskan nafsu bejatnya.

Tidak lama kemudian, ia menangkap suara pintu dibuka dari luar, Krist meringsutkan dirinya menyembunyikan tubuhnya di antara tempat tidur, begitu ia sadar yang datang adalah Singto dengan perlahan Krist bangkit lagi dari lantai. Alasannya simpel ia takut Singto akan marah, lalu menyiksanya lagi. Krist masih ingin hidup, ia tak mau mati sekarang, meskipun tempat ini bagaikan neraka yang menyiksa dan membakar tubuhnya setiap menitnya.

Tanpa mengatakan apapun, Singto berjalan ke arah tempat tidur sembari memasang wajah angkuhnya. Ia menggerakkan tangannya mengisyaratkan pada Krist untuk mendekat. Dengan takut-takut ia mendekat, Krist tak tahu hal buruk apalagi kali ini yang Singto rencanakan untuknya. Krist tak tahu apa yang pria itu akan lakukan untuk menyiksanya kali ini. Meskipun ia tahu dengan bersikap seperti ini pria itu akan menang. Krist tak rela harga dirinya terbuang seperti ini. Namun, ia tak punya pilihan lain selain menurut, ini lebih baik daripada ia dilemparkan pada pria-pria lapar didepan sana, itu bagaikan mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Kemari jalang!"

Dengan ragu Krist merangkak mendekati Singto, tetapi Singto menyentak lengannya dengan paksa, hingga pria itu mengeram kesakitan.

"Buka celanaku."

Mendengar hal itu, jemari Krist menyentuh permukaan celana kain yang di kenakan oleh Singto meskipun gemetaran. Ia tak pernah diperlakukan serendah ini, Krist bukan orang rendahan.

"Siapa yang menyuruhmu membuka dengan tangan? Gunakan mulutmu."

Krist menatap Singto dengan kaget, hanya saja ketika pria itu menatapnya dengan tajam, akhirnya Krist memejamkan matanya dan mengigit perlahan kaitan bawahan Singto itu. Entah mengapa perlahan air matanya menetes begitu saja. Krist jarang menangis, bahkan tak pernah. Namun, setelah ia berada di tempat ini diperlakukan rendahan layaknya seorang pelacur hingga harga dirinya jatuh, ini membuatnya tak sanggup.

Digigitnya resleting Singto dengan kesusahan, menariknya ke bawah. Bisa Krist lihat Singto melepaskan celananya hanya menyisakan bokser yang menutupi area sensitifnya. Ia meraih tangan Krist untuk meremas kejantanannya yang masih tertidur, sebelum membuka boksernya.

"Puaskan aku, jika tidak lihat apa yang aku lakukan padamu nanti."

Krist tahu Singto hanya ingin mempermainkannya saja, ia tahu pria itu tersenyum puas ketika berhasil membuatnya terlihat sangat buruk.

Melihat Krist yang hanya diam, satu tamparan mendarat pada pipinya, "Cepat jalang! Kau ingin aku menyiksamu?"

Krist menggelengkan kepalanya ketakutan,  melihat hal itu Singto hanya menyeringai, seperti benar-benar menyepelekan Krist.

"Gunakan mulutmu, ingat itu!"

Sembari menahan gelombang air matanya, Krist menjilati batang kejantanan Singto yang masih melemas, menggodanya ingin membuat benda tumpul itu terbangun. Menggerakkan lidahnya pada lubang kecil di ujung kejantanan Singto. Dimasukannya sesuatu yang panjang tadi ke dalam mulutnya, menghisapnya hingga sang Pemilik tubuh mengerang kecil karenanya.

Love Rat [Peraya Vers.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang