[ 5 ]: Go To Pieces

6.8K 615 93
                                    

Deringan telepon pada ponsel yang tergeletak di atas meja itu, menginterupsi sosok pria yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Singto mengembuskan napas beratnya begitu melihat nama New yang berada pada layar benda persegi itu. Digulirnya layar tadi untuk menerima panggilan telepon dari kaki tangannya itu.

"Ada apa?"

Singto menjawabnya dengan datar, sementara nada khawatir keluar dari seberang sambungan teleponnya.

"Pria itu tidak mau makan dan mengamuk, aku dan Gun tidak tahu harus apa."

"Astaga, kalian bisa dengan mudah membunuh orang lain, tapi mengurus satu pria hamil saja tidak becus!"

"Ini berbeda, jika dia terluka maka nyawa kami taruhannya. Aku lebih takut kau membunuhku daripada aku dibantai musuh."

"Terserah kalian mau melakukan apa padanya, aku lelah jangan menggangguku."

Ia mematikan sambungan teleponnya dan memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Uang lebih penting daripada apapun dan Singto hidup untuk uang. Jika tidak punya uang maka orang tidak bisa hidupkan, karena itu ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hal itu.

Ditatapnya jam yang terpasang pada dinding ruang kerjanya, ini sudah hampir tengah malam dan Krist masih saja membuat ulah, sebenarnya apa yang pria itu inginkan?

Sepertinya ia benar-benar menantang Singto. Sebenarnya bisa saja ia bersikap masa bodo pada Krist, akan tetapi faktanya Krist tengah mengandung anaknya.

Membayangkan ia akan memiliki seorang anak saja Singto tidak bisa, apa lagi dari pria yang tidak punya otak seperti Krist. Namun, Singto tidak setega itu untuk menyingkirkannya, ia tidak pernah tega pada anak kecil. Singto tidak seperti Krist.

Singto tahu rasanya tidak di harapkan, tahu rasanya di telantarkan, dari kecil ia berusaha hidup dengan kemampuannya sendiri, hidup di bawah kakinya, bahkan di usia yang harusnya ia masih bermain, Singto bahkan sudah terbiasa untuk membunuh orang, seperti sebuah mesin pembantai ayahnya dulu memperlakukan dirinya. Sosok yang tidak pernah di harapkan akan tetapi di haruskan untuk hidup dalam kekelaman sang Ayah selamanya.

Jemari pria itu mengetuk-ngetuk meja dengan tidak tenang, sebelum beberapa saat kemudian bangkit, meraih jaketnya untuk pergi ke suatu tempat.

Sedangkan, sosok yang tadi Singto sempat pikirkan itu tengah berbaring dengan lemah di atas ranjang, ia tidak memperdulikan Gun dan juga New yang sedari tadi mencoba untuk membujuknya makan, dari kemarin Krist menolak untuk menyentuh makanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedangkan, sosok yang tadi Singto sempat pikirkan itu tengah berbaring dengan lemah di atas ranjang, ia tidak memperdulikan Gun dan juga New yang sedari tadi mencoba untuk membujuknya makan, dari kemarin Krist menolak untuk menyentuh makanan. Lebih memilih untuk membuat anak yang berada di dalam kandungannya serta dirinya sendiri kelaparan, membuat kedua pria yang menjaganya geram. Krist benar-benar pria paling keras kepala yang pernah keduanya temui setelah Singto.

Love Rat [Peraya Vers.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang