Detakan jam dinding yang bergema cukup pelan tersebut, tertangkap setiap detiknya oleh sosok pria yang tengah membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ini sudah lebih dari pukul 1 malam. Namun, sosok yang di tunggunya belum juga menunjukkan batang hidungnya. Krist menggeretu pelan. Ia kesepian.
Bertepatan dengan itu ada Gun yang memasuki kamarnya dengan wajah merah padam, seperti tengah ingin menahan marah, kedua sisi tangannya mengepal kuat, ia menatap Krist dengan pandangan tak terbaca.
"Phi kenapa?"
"Sing, belum pulang?"
"Belum."
"Tunggu di sini, aku akan pergi dan menyeret dua pria tidak berguna itu."
"Hah?" Krist menautkan kedua alisnya, apa maksud Gun sungguh Krist tak paham, "memang mereka kemana? Kenapa kau marah?"
Gun menggelengkan kepalanya, "Tunggu di sini, jika ada apa-apa. Hubungi aku."
Hanya itu yang dikatakan Gun, sebelum pria itu melenggangkan kedua kakinya untuk pergi, tak memperdulikan Krist terlihat kebingungan. Apa maksud pria itu sebenarnya? Sungguh Krist tak tahu.
Ia mendesah pelan, ingin memejamkan matanya. Namun, notifikasi ponsel tertangkap oleh pendengarannya. Krist mengambil kembali ponselnya dan melihat New mengiriminya sebuah pesan dan foto. Melihat hal itu Krist mengembuskan napas beratnya, ia melemparkan benda itu jauh-jauh darinya. Ia menggelengkan kepalanya pelan, mencoba mengenyahkan apa yang dirinya lihat. Ia mengusap permukaan perutnya yang sudah membesar dalam diam. Krist menunggunya di sini hingga larut malam tetapi pria itu justru bersenang-senang dengan orang lain.
Krist memejamkan matanya, mencoba untuk tidur tetapi tak bisa, ada rasa sesak yang menghimpit rongga dadanya. Pantas saja Gun pergi dengan marah, jika Krist tidak sedang hamil besar maka ia akan menghampiri Singto dan memukuli pria sampai mati. Hanya saja Krist sadar diri, ia tak bisa melakukan itu, jadi yang bisa ia lakukan hanyalah bersabar.
"Apa kita pergi ke rumah kakekmu saja? Biarkan pria tua itu di sini sendirian."
Gelegan pelan keluar dari Krist, ini sudah larut malam, tak baik jika ia kabur-kaburan dengan keadaan hamil, mengingat kejadian buruk yang sudah-sudah menimpanya, akhirnya ia memutuskan untuk tidur.
Guncangan pelan Krist rasakan, ketika sudah beberapa waktu ia memejamkan matanya, tetapi tak sepenuhnya tertidur, ia merasakan lengan seseorang melingkar dan mengusap permukaan perutnya perlahan, bahkan ia merasakan ada seseorang yang mengecup tengkuknya dari belakang. Kedua matanya terbuka tetapi tak membalikkan tubuhnya untuk menatap. Ia sudah nyaman dengan posisi ini lagipula ia kesusahan untuk membalikkan tubuhnya.
"Berhenti menciumku! Enyah kau!"
"Ada apa?"
Singto tak mendapatkan jawaban apapun dari apa yang dirinya katakan, pria itu akhirnya merangkak untuk mendekati Krist, menyejajarkan tubuh keduanya. Menatap kedua manik yang terlihat penuh emosi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rat [Peraya Vers.]
Fanfiction[ Completed ] Apakah didunia ini benar-benar ada hal yang bernama 'karma'? Bagi seorang Krist ini semua mungkin adalah balasan atas semua dosa yang pernah ia lakukan, saat ia dipertemukan dengan Singto Prachaya, seseorang pria yang paling ia benci...