1 bulan kemudian...
"Nas kamu sakit?" tanya seorang pria.
"Nas?" tanyanya lagi.
"Ranasya?!" pria itu memanggil dengan suara yang cukup tinggi seraya menyentuh bahu wanita itu hingga menyadarkan Ranasya dari lamunannya.
"Hah?eh kamu nanya apa?" jawab Ranasya.
"Kamu kenapa?sakit?" tanyanya lagi lembut seraya membelai rambut hitam yang terurai cantik.
"Ya gitu deh. Akhir-akhir ini gak tau kenapa aku sering banget pusing, terus gampang kecapekan" jelasnya.
"Iya keliatan banget kamu akhir-akhir ini pucet mukanya. Periksa ke dokter yuk?aku khawatir sama kamu" ajak pria tersebut.
"Engga ah, palingan aku cuma bener-bener kecapekan aja"
"Tapikan ini udah lebih dari 3 hari loh"
"Engga papa Van, serius deh"
Yup, mereka adalah Revan dan Ranasya. Memang, Ranasya akhir-akhir ini selalu merasakan pusing, gampang kecapekan, dan lain lagi. Setiap ditanya kenapa, Ranasya selalu aja bilang 'Enggak papa kok, paling kecapekan'. Selalu seperti itu.
Ah ya!! Sekarang mereka juga sudah semakin dekat. Bagaikan prangko dan surat, menempel. Sangat sangat menempel. Mereka merubah kebiasaan mereka. Dari mulai nama panggilan, kegiatan sehari-harinya, sampai ke hal yang kecilpun mereka mengubahnya. Yang awalnya seorang Revanio itu dijuluki si 'tembok berjalan', sekarang itu sudah tak berlaku. Bahkan teman-temannya pun seringkali menggoda Revan tentang perubahannya itu.
Memang, semua teman Revan dan Ranasya sudah tahu tentang pernikahan mereka, bahkan guru sekalipun. Informasinya sangat cepat menyebar bukan? Itu semua berkat posting-an keluarga besar Revan dan Ranasya. Pada akhirnya, mau tidak mau, Revan dan Ranasya harus menerima semuanya. Tapi tenang, teman-teman mereka mendukung mereka dengan sepenuh hati. Katanya apa pun pilihan mereka itu pasti yang terbaik buat mereka. Memang sahabat yang terbaik.
~~~
"Van pulang yuk, aku gak betah di sini" ajak Ranasya pada Revan.
"Yee si mbak. Lagian mana ada orang yang betah lama-lama di sini. Gimana sih" kesal Revan karena Ranasya terus saja memaksa untuk pulang.
"Iya maksudnyakan...kita pulang aja. Yayaya?" bujuknya lagi yang berakhir sia-sia.
Pada saat Revan akan menjawab ucapan Ranasya, panggilan atas nama Ranasya pun terdengar.
"Ranasya Putri Realdeeva" panggilan dengan suara yang cukup tinggipun terdengar .
"Tuh udah dipanggil. Yuk" ajak Revan seraya menggenggam tangan sang istri.
"Gak mau Revaaan. Di dalam pasti bau obat" kekehnya.
"Yaiyalah, mana ada Rumah Sakit baunya bau minyak wangi. Udah ah ayo" jawabnya seraya menarik lengan istrinya.
Yup, benar sekali. Mereka berdua sedang berada di dalam Rumah Sakit. Lebih tepatnya Rumah Sakit Citra Medika Utama.
"Eh Nasya?ternyata beneran kamu. Tante kira Ranasya yang lain" sambut Ibu Dokter itu sambil tersenyum ramah.
"Ehh iya tan" jawab Ranasya sambil tersenyum kikuk.
"Silahkan duduk"
"Terima kasih dok" ucap Revan.
"Jadi bagaimana?" ucap dokter tersebut setelah memberikan senyum ramah pada Revan.
"Ini dok istri saya itu akhir-akhir ini mukanya pucat banget, terus juga gampang banget kecapekan, terus juga kadang aneh sikapnya. Jadi ada apa ya dok?apa dia baik-baik aja?" cerocos Revan pada dokter yang ia duga seumur dengan orangtuanya.
Dokter tersebut hanya tersenyum melihat kecemasan yang sangat dari si suami pada si istri.
"Ayo Nas periksa dulu" ajak dokter tersebut.
Ranasya hanya diam sambil memandang suaminya yang sangat tampan di matanya.Di mata semua orang.
"Sya ayo" ajak Revan lagi.
Akhirnya mau tidak mau Ranasya mengikuti kemauan suaminya itu. Memasuki ruang pemeriksaan.
"Nas?kamu telat datang bulan gak?" tanya si dokter.
"Mmm...kayaknya iya deh tan" jawab Ranasya yang tiba-tiba menjadi gugup saat ditanya seperti itu.
"Kita periksa yang lainnya ya" ujar si dokter sambil tersenyum lagi. Ramah sekali.
Pada saat pemeriksaan USG, mereka dikejutkan oleh gambar yang terdapat pada monitor. Mereka senang bukan main. Senang, sangat senang.
"Selamat ya Nas, kamu sekarang lagi hamil" ujar sang dokter.
Untuk sesaat mereka masih memandangi monitor itu, saling tatap, berpelukan.
Air mata mengalir dengan sangat deras. Tak bisa dibendung.
Revan tidak berhenti mengucap syukur dan terima kasih kepada sang pencipta.
Senyuman, adalah hal yang mereka tunjukan setelahnya. Tetapi berbeda dengan wanita satu ini, perlahan senyumannya menghilang dan diganti dengan wajah cemas.
"Van...aku takut kehilangan dia" gumam Ranasya seraya mengusap perut datarnya.
♥♥♥
Heyyo👋
Aku upload lagi. Maaf ya kalo aku jarang upload, soalnya aku jarang pegang hp sekarang, paling-paling malem.
Karena beberapa minggu ini aku gak upload, aku kasih partnya yang panjang.
Aku sekarang lagi agak males gitu.
Ok jangan lupa vote, comment, dan share ke temen-temen kalian buat baca cerita aku yang garing ini.
Buabuaayy 💜💛💙
KAMU SEDANG MEMBACA
RANASYA
Fiksi Remaja"Sya, ayah sudah menjodohkan kamu dengan putra sahabat ayah" ucap ayah Sya serius sambil menatap anak bungsunya itu. "Tapi yah, kenapa harus Sya?? Sya juga kan masih sekolah, kenapa gak bang Devan atau atau bang siapa kek?" cerocos Sya yang duduk te...