Pada akhirnya

2.5K 216 13
                                    

Tikk

Setetes air jatuh tepat diatas kepala seorang wanita, langit sepertinya akan menandakan bahwa hujan akan segera turun.

Wanita itu berjalan menuju kesebuah makam yang tak jauh dari rumahnya, dia menuju kesebuah makam yang telah berdiri disana cukup lama, diusapnya setetes air yang sudah mulai menderas berjatuhan diatas batu nisan berwarna hitam itu dengan pelan.

Kini, bukan air hujan yang menetes, air mata yang sedari tadi dipendam olehnya juga turut membasahi batu nisan itu.

Kemudian memori-memori tentang masa lalunya terputar secara otomatis diingatannya, dimana menggambarkan sosok pria manis yang sangat dia cintai sejak lama, setiap malam dia berdoa agar pria itu tenang disana, selalu berdoa membuktikan bahwa tanpa hadirnya lagi, dia bisa baik-baik saja.

Namun semua itu hanyalah fatamorgana, khayalan semata yang berkabung dalam porosnya sebuah rotasi kamera yang hanya bisa memutar kenangan kelabu berupa masa lalu yang kejam.

Thera, gadis yang tengah bersedih didepan batu nisan renjun, pria yang sangat dia perjuangkan, dulu.

Jujur dia masih berharap jika renjun bisa kembali pada dirinya, tapi apa boleh buat jika takdir kematian tak dapat diubah, menyalahkan tuhan, dia gila.

Tanpa disadari, hujan yang sedari tadi menjatuhkan sebutir air kini menderas dengan cepat, thera tak bisa apa-apa dia hanya bisa menangisi hal yang tak mungkin akan bisa kembali lagi, bodoh, satu kata yang mendeskripsikan dirinya.

Hujan telah membasahi sebagian pakaian yang dia kenakan, sampai akhirnya ada sebuah benda yang datang melindunginya dari air.

Berupa sebuah payung bermotif transparan, tapi thera bingung, siapa pelaku dari semua ini.

Dengan air mata yang masih berlinang, wanita itu berusaha, melihat siapa yang ada dibelakangnya.

"Jeno"

Terbelalak kaget, thera yang melihat jeno dengan tiba-tiba sontak membulatkan mata.

Pria yang diketahui adalah jeno itu, ikut berjongkok mensejajarkan tubuhnya pada leta yang masih terlihat linglung.

"Ngapain disini? Udah tau hujan"-jeno

jeno mengusak rusai hitam thera yang sudah basah oleh air hujan.

"Ngapain sih, nangisin hal yang nggak bakalan bisa kembali lagi ther, buang-buang waktu tau nggak, kalo dengan lo yang sedih gini, ntar renjunnya nggak tenang"-jeno

Seakan tau bahwa hujannya akan semakin lebat, jeno berdiri mengajak thera untuk menepi, namun disisi lain thera masih sangat ingin berlama-lama bersama makam renjun disana, tapi dia juga tidak ingin sakit.

Setelah mencari tempat yang sekiranya cocok untuk menjadi tempat berteduh, jeno menutup payungnya yang basah dan diletakkan disebelahnya.

"Dingin nggak ther?"-jeno

Seakan masih terlalu lemas, thera hanya menggeleng pelan.

Jeno yang seakan tau keadaan thera, hanya membiarkan sampai gadis itu membaik.

Cukup hening dalam jangka waktu yang panjang, sampai akhirnya jeno kembali membuka suara.

"Kalo lo masih inget tentang wanita tua yang pernah nemui lo waktu dikantin sma, itu sebenarnya nyokap renjun"

Terbelalak kaget, bukan lagi, thera baru tau kalau itu sebenarnya ibu renjun, tapi bukankah ibu renjun pernah dia temui sebelumnya, tapi jujur wanita itu sangat berbeda.

"Tapi gue liat, nggak mirip kok"-thera

"Itu nyokap renjun ther"-jeno

"Ngapain nyokap renjun suruh gue buat jauhin anaknya?"-thera

"Itu karena mereka udah tau, kalo lo itu deket banget sama renjun, ditambah lagi yang kalian sering pergi berdua"-jeno

Seakan paham akan perkataan jeno, thera hanya mengangguk pasrah dan mencoba untuk tidak mengingat masa lalunya yang terbilang sulit.

Tak jelang beberapa lama, hujan yang tadinya deras, kian berhenti dan hanya menyisakan rintikan-rintikan kecil yang tersisa.

"Ayo gue anterin lo pulang"-jeno

Jeno turut mengajak thera untuk pulang, menaiki motornya yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berteduh.

Dengan kecepatan normal jeno membawa thera dengan hati-hati, dan sampailah di rumah gadis itu.

"Makasih jen, ehh kok lo ikutan turun?"-thera

Menghiraukan thera, jeno langsung masuk begitu saja kedalam kediaman thera, dan thera panik setelah dirasa jeno menemui ibunya.

"Halo tante"-jeno

Terlihat wanita paruh baya itu yang kebingungan.

"Loh siapa ini?"-nyokap thera

"Saya jeno tante, pacarnya thera"-jeno

Mendengar jeno yang berbicara asal, membuat thera kaget bukan main.

"Hehh, enak aja, nggak ma dia bukan-"-thera

"Aduhh ther, kebiasaan deh punya pacar nggak bilang mamanya"-nyokap thera

Seakan kalimatnya terpotong, thera kesal terhadap sang ibu.

"Jadi kamu cepet-cepet ya lamar thera, ehh ngomong-ngomong kamu kerja apa?"-nyokap thera

"Kebetulan saya sudah punya gelar dokter tante"-jeno

Sungguh sang ibu sangat berbinar.

"Yaampun nakk, tante bangga sama kamu hehe"-nyokap thera

"Terima kasih tante"-jeno

"Ohh iya ngomong-ngomong nama kamu siapa nak?"-nyokap thera

"Jeno tante"-jeno

Ucap jeno tak luput dari senyumnya yang manis.

"Yaudah jeno pamit dulu ya tante, thera boleh jeno ajak ngomong diluar dulu tante?"-jeno

"Ahh iya nggak papa, langsung nikahin aja nggak papa kok jen"-nyokap thera

Jeno hanya tersenyum, dan langsung membawa thera untuk mengajaknya berbicara empat mata.

"Maksud lo apaan tadi hah?"-thera

Tanya thera pada jeno yang sudah salah tingkah.

"Hehe, lo tenang aja deh ther, gue itu cintanya kebangetan sama lo, lo nggak bakalan nyakitin lo kok"-jeno

Terharu, satu kalimat yang mendeskripsikan perasaan leta saat ini.

"Maaf jen, kalo gue terlalu nganggep lo omong kosong dan nyia-nyiain lo"-thera

Ntah mendapat dorongan dari mana, thera memeluk tubuh jeno dengan tiba-tiba.

Sontak jeno terkejut pada apa yang dilakukan oleh thera, namun tetap membalasnya.

"Jangan lama-lama ther, kasian jantung gue"-jeno

Seakan mengerti, thera segera melepaskan pelukannya pada jeno sembari terkekeh.

"Lo lucu banget sih jen"-thera

"Udah ahh ther, ntar gue ngefly"-jeno

"Udahh ahh mendingan pulang gih"-thera

Thera mendorong tubuh besar jeno agar lelaki itu segera beranjak pulang.

"Yaudah gue pulang dulu, tunggu tanggal mainnya thera sayang"-jeno

Setelah mengatakan hal itu, tanpa aba-aba jeno langsung menjalankan motornya meninggalkan leta yang menatap kepergiannya dengan muka kesal.

Yaa, pada akhir cerita yang selalu disia-siakanlah yang akan selalu datang mewarnai hari, yang dianggap angin lalu, pada akhirnya diperlukan juga untuk bernafas.

"Huang renjun, lelaki manis yang sangat kucintai, namun izinkan aku untuk melupakanmu meski hati ini masih belum menerima, renjun jika kau masih bertanya padaku apakah aku mencintaimu, jawabannya adalah iya, namun aku tidak bisa memutar balikkan takdir agar aku tetap bisa bersamamu, semoga kau tenang disana, aku akan mengirimkan doa untukmu agar dirimu juga bisa melupakanku juga"

crush ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang