Lyan POV
Gue pun bergegas ke rumah sakit dengan cepat dan meninggalkan Alessandra di sana sendirian. Damn, gue bahkan ga sempat say goodbye tadi karna terburu-buru.
Mana tubuh gue masih kena after effect setelah ciuman dengannya tadi. Oh my God, dia mencium gue balik! Apakah artinya dia...
Aaaaa, gue seneng ih!
Tapi bukan waktunya untuk seneng saat ini! Gue pun lalu menginjak gas dan menaikkan kecepatan.
Begitu gue sampai rumah sakit, gue langsung melihat Mama yang terlihat panik di ruang IGD.
"Mom, how is she?", tanya gue.
"Not good at all, nenek kamu tadi muntah darah dan Mama segera menelpon rumah sakit dan...", ucap Mama sangat terlihat panik dan sedikit menangis.
Gue pun langsung memeluknya, "Shush, Mama tenangin diri dulu"
Kita pun lalu duduk dan saling berpegangan tangan. Valerie datang sendirian beberapa menit kemudian.
By the way, orangtua Valerie (paman dan bibi) serta kedua adiknya tinggal di Bali. Keluarga paman sangat menyukai alam dan kebebasan gitu. Mereka suka berpetualang dan travelling keliling dunia. Jadi Valerie tinggal sendirian di salah satu hotel milik keluarga Williams yang ada di sini. Dia ga mau tinggal di rumah nenek yang serba teratur.
Kita bertiga pun menunggu dengan cemas. Dan saat dokter akhirnya keluar dari ruang itu, semuanya menjadi gelap dan blur. Nyawa nenek gak bisa di selamatkan dan dokter itu hanya bisa meminta maaf dan berkata belasungkawa pada kami.
Mama tentu aja langsung berteriak dan menangis. Sementara Valerie memeluk gue yang lemas dan terpukul. Air mata gue mengalir tak terbendung dan gue ga sadar udah sesenggukan di bahu Valerie.
Tak lama, Mama pun lalu mengurus semuanya dan gue langsung menemui Victor, asisten dan juga kepala bodyguard yang berjaga di rumah sakit dan menyuruhnya menelpon beberapa orang dewasa yang bisa membantu. Papa juga gue telpon dan beliau berkata akan kesini secepatnya dari Amerika.
Setelah itu jenazah nenek di bawa pulang dan dimandikan. Semua pelayan, driver dan seluruh penghuni rumah sepertinya sangat terpukul dan menangis.
Beberapa orang pun langsung berdatangan dan mengucapkan belasungkawa. Tapi karena sudah terlalu malam, tinggal keluarga kami yang ada di sana. Mama terus memeluk gue sambil terus menangis dan gue hanya bisa menguatkan beliau.
Nenek...rest in peace in heaven.
Alessandra POV
Gue malam itu pulang ke rumah setelah makan malam sama Lyan. Gue masih ga percaya gue ciuman ama dia. Dan gue masih merasa semuanya cuman mimpi. Kutubuku yang selama ini gue benci kan ini yang make out ama gue? Hahaha, unbeliavable!
Mana dia beneran calon penerus St. Claire lagi! Wajar kalau banyak orang yang tidak mengetahui anak dan cucu Mrs. Williams seperti apa dan bagaimana. Mereka keluarga terpandang yang jarang banget bersosialita dan bahkan menutup diri dari kaum elite kebanyakan. Banyak yang bilang anak-anak mereka jauh dan emang Mrs. Williams dikabarkan sakit belakangan tahun ini.
Lyan selama ini mungkin tinggal di luar negri dan baru balik ke sini lagi tahun ini. Dia aksen inggrisnya sangat bagus dan fluent.
Oh shit, gue jadi teringat pernah nginjek kacamatanya dan ngelempar uang ke dia! My God, sikap gue sungguh keterlaluan!
Maybe nanti gue harus minta maaf ke dia secara langsung. Hegh.
Gue pun segera menuju ke kamar gue dan mandi. Tapi setelah mandi, Kiera pun menggebrak pintu gue dan gue langsung kaget karenanya.
"Ke-kenapa Kier?", tanya gue melihat wajahnya sedikit horor.
"Ale, Mrs. Williams tiada. Beliau dikabarkan meninggal barusan", kata Kiera masih memegang hapenya.
"WHAT? Serius Kier?", gue pun langsung shock. Fuck, neneknya Lyan!
"Iya, ini gue baca chat dari group kalangan 'you know', dan gue kaget mengetahui pemilik St. Claire ga ada! Damn, gue harus ngehubungin Papa dan Mama ini secepatnya biar mereka pulang", kata Kiera lalu duduk di tempat tidur gue dan mau nelpon orangtua kita.
Papa dan Mama kan penyumbang terbesar di sekolah, jadi tentu aja mereka sudah akrab dan dekat dengan neneknya Lyan dari jaman Kiera SMA dulu.
Setelah itu Kiera lalu ngobrol sama Papa dan mereka baru bisa sampai sini besok lusa pagi dari 'honeymoon' mereka di Brazil. Mereka memesan pesawat malam ini juga dan emang perjalanan kesini makan waktu.
Gue lalu berkata ke Kiera, "Loe tau ga Kier, Lyan itu cucunya Mrs. Williams"
"Hah? Lyan yang nyium elo kapan lalu itu?", tanya Kiera.
Gue hanya mengangguk dan Kiera langsung shock.
"Well, ini udah larut malam, ga baik kita kesana sekarang. Besok kita kesana sehabis loe pulang sekolah aja", saran Kiera.
"Wait gue cek hp dulu", gue pun lalu membuka hp dan gue melihat ada pengumuman dari grup kelas.
Gue lalu membacanya biar Kiera mendengar, "Sekolah diliburkan selama 3 hari ke depan berhubungan dengan meninggalnya pemilik St. Claire malam ini"
"Hmm, gitu. Iyalah, semingguan juga bakalan tetep banyak pelayat yang kesana", ucap Kiera.
"Maybe", jawab gue memikirkan gimana keadaan Lyan sekarang ya. Dia pasti sangat terpukul neneknya meninggal tiba-tiba gini. Mana dia tadi masih bersama gue pas dapet telpon dari Mamanya!
"Ale, loe gapapa?", Kiera pun bertanya melihat gue.
"Dia tadi baru makan malam sama gue Kier waktu dapet telpon tentang neneknya dan ternyata neneknya malah..."
"Hei, hei, shushh, udah udah. Gue ngerti. Lyan pasti merasa sangat bersalah dan begitupula elo ngerasa ga enak, gitu kan?", Kiera pun langsung meluk gue.
"Iyaaa, gue lebih mikirin gimana perasaannya sekarang", jawab gue sedikit bergetar.
Kiera pun terdiam dan beberapa saat kemudian dia melepas pelukannya lalu menyuruh gue tidur aja dan mengajak gue melayat esok harinya.
Tapi, gue ga bisa tidur!
Jantung gue berdebar-debar dan jujur gue sangat mengkhawatirkan dia!
Lyan...
Why do I want to hug you so bad right now?
***
You can vote and comment on this story. Thanks for reading :)