FIFTEEN: The Best of Both Worlds

8.7K 927 53
                                    

Jangan lupa vote & comment ya^^

***

Di umur Aldo yang baru saja genap tujuh belas tahun, ia sudah pernah memegang katana, pedang, panah, hingga senjata api. Ia dilatih layaknya dirinya akan dibesarkan sebagai seorang jenderal perang. Ia dibesarkan tanpa adanya rasa belas kasihan pada orang yang bukan seharusnya.

Namun, entah kenapa malam ini ia merasakan perasaan yang tak seharusnya itu.

Di balik kegelapan ruangan, Aldo hanya bisa terdiam. Berdiri dalam tubuhnya yang mematung, bersembunyi. Ia hanya diam dan menatap kedua tubuh yang tergeletak tak berdaya itu. Bagaimanapun ia tak punya pilihan selain bersembunyi, ia tak boleh semakin memperparah keadaan.

Semuanya baik-baik saja pada awalnya. Awalnya ia tak merasakan apapun. Sebelum kemudian seorang gadis muda menghambur memasuki rumah. Dengan suara merdunya yang terdengar manis di telinga Aldo, gadis itu memanggil-manggil kedua tubuh yang tak berdaya itu.

Hingga akhirnya sebuah jeritan kaget dan tak percaya terdengar dari gadis itu, dan saat itulah Aldo merasa perasaan kuatnya terhantam dan berbalik menjadi perasaan yang lemah.

Gadis muda, manis, dan cantik itu seketika menangkap perhatian Aldo. Tangisan meraung yang dikeluarkan gadis itu seketika membuat dada Aldo teriris pedih. Rasa bersalah dan takut, tiba-tiba saja menguak di pikirannya. Ia sadar, semua salahnya. Dan yang sekarang harus menanggung adalah gadis muda itu.

Aldo terus terdiam. Gadis muda itu tak boleh mengetahui keberadaanya di dalam sana. Gadis itu tak boleh mengetahui bahwa Aldo adalah penyebab semuanya. Gadis itu tidak boleh mengetahuinya. Karena entah kenapa, ia tak ingin dibenci oleh gadis itu.

Namun, tubuh Aldo menegang saat ia melihat bahwa gadis itu perlahan menengok ke arahnya. Dengan pandangan tersiksa, sedih, marah, serta benci, ia menatap ke arah Aldo yang masih bergeming di tempatnya.

"KAU PEMBUNUH!"

***

Aldo seketika bangkit dari tidurnya setelah terkejut dengan mimpi yang sama sekali lagi. Mimpi yang hampir dua belas tahun lamanya menghantuinya.

Membunuh bukanlah salah satu hal yang menakutkan baginya. Terkadang, ia harus membunuh orang-orang yang memang dianggap tidak diperlukan, merugikan, dan juga orang-orang yang mengancam. Namun, untuk pertama kalinya, ada sebuah kejadian yang terus menghantui hidupnya dengan rasa bersalah.

Aldo mengusap wajahnya kasar. Ia mulai frustrasi dengan semua yang terjadi. Dirinya pernah berjanji, bahwa hanya kejadian dua belas tahun yang lalu itu yang boleh menghantui hidup sempurnanya. Namun, sepertinya ia kembali melanggar janjinya sendiri. Sekarang, rasa bersalahnya menjadi berlipat ganda.

Perlahan Aldo menengok pada tubuh polos wanita yang tertutup oleh selimut dengan posisi tidur meringkuk membelakanginya. Bisa ia lihat jelas hidung memerah, bekas air mata, dan keadaan yang menyedihkan dari wanita itu.

Ia sadar, semalam ia begitu marah hingga lepas kendali pada wanita yang selama ini menarik perhatiannya yang selalu terkunci jauh di dalam perasaannya. Ia sangat benci dan marah saat ia mengetahui bahwa tak ada Nora di kamarnya saat ia pulang. Wanita itu malah pergi ke kelab malam yang tak ia sukai.

Bagaimanapun kelab malam Italia tak hanya diisi oleh orang-orang biasa. Di sana juga banyak orang-orang jahat yang bertopengkan wajah-wajah lain yang berbeda. Dan ia hanya tak ingin Nora masuk ke dunia itu.

Apakah salah jika dirinya khawatir? Apakah salah jika dirinya hanya ingin melindungi wanita itu? Dan kenapa dirinya hanya bisa memecahkan sesuatu dengan amarah dan perilaku yang kejam yang selama ini diajarkan?

The Darkest EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang