Nora sudah sadar, tetapi matanya masih tertutup sempurna. Rasanya tubuhnya begitu lemah tak bertulang. Ia bahkan begitu sulit hanya untuk membuka kelopak mata. Serasa nyawanya masih melayang entah ke mana sehingga sulit bagi ia merasakan raganya sendiri. Ingatan tentang apa yang ia lihat sebelumnya benar-benar membuat tubuhnya terasa berubah menjadi agar-agar.
Meski begitu, Nora bisa merasakan tubuhnya sudah berada di atas kasur empuk. Dari aromanya, Nora bisa tahu bahwa ia sudah berada di kamar Aldo kembali. Selain itu, pendengarannya juga bisa menangkap suara-suara yang ada di sekitarnya.
Suara itu dari Aldo dan Alfonso.
"Anda membunuhnya di depan Nona Nora?" tanya Alfonso tak percaya setelah Aldo menceritakan semuanya yang telah terjadi. Aldo mengangguk membenarkan.
Nora kemudian bisa merasakan bahwa seseorang duduk di pinggir kasur di sampingnya. Dari aromanya yang khas nan memabukkan, Nora tahu itu Aldo. Ia kemudian merasakan bahwa jemari pria itu tersapukan di permukaan dahinya, menyingkirkan beberapa anak rambutnya.
Tiba-tiba saja Nora menjadi gugup dengan perilaku Aldo yang sangat intim padanya saat ini. Namun, ia memilih diam dan memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat untuk membuka mata.
"Entahlah, Alfonso. Aku hanya sangat marah saat seseorang menyentuhnya. Dia milikku. Hanya aku yang boleh menyentuhnya. Membunuh adalah satu-satunya hal yang terlintas di kepalaku begitu melihat pria rendahan itu hampir mencium Nora."
Dalam kepura-puraannya seolah masih belum sadar, Nora sedikit menegang. Ia tak mengerti kenapa Aldo mengatakan semua itu. Seolah pria itu memang menaruh perhatian lebih dan besar padanya. Seolah pria itu benar-benar peduli padanya.
"Anda benar-benar mencintainya rupanya."
"Tentu saja, Alfonso. Dia satu-satunya. Dia cinta pertamaku. Menurutmu bagaimana perasaanku sekarang? Aku yang sudah mulai belajar untuk tidak membunuh sembarang orang begitu saja, malah membunuh pria murahan itu tanpa berpikir dua kali sedikit pun."
Bagai tersiram air es di sekujur tubuhnya, Nora semakin terdiam membatu di tempat. Tidak mungkin jika semua alasan Aldo dengan apa yang terjadi selama ini karena pria itu mencintainya. Tidak mungkin pria menyeramkan seperti Aldo bisa jatuh cinta. Apalagi pada wanita sepertinya.
Kenapa harus dirinya?
"Kuharap Nona tak syok setiap melihatmu setelah bangun nanti."
Nora mendengar helaan napas dari Aldo sebelum ia kembali merasakan bahwa Aldo beranjak dari tempat tidur itu.
"Semoga saja. Kalau begitu, biarkan dia tidur. Ini sudah jam satu malam. Dia pasti lelah juga malam ini."
Setelah mendengar semua itu, hal yang didengar Nora selanjutnya hanyalah pintu yang sudah tertutup. Ia yakin bahwa keduanya telah keluar dari kamarnya. Namun, Nora salah. Dugaannya salah saat ia merasakan langkah seseorang di dalam ruangan itu setelah pintu kembali tertutup. Ia sadar yang keluar tadi adalah Alfonso seorang.
Nora terus terdiam hingga ia merasakan Aldo kembali menaiki sisi kosong di tempat tidur besar itu. Perlahan namun pasti, Aldo meraih tubuh Nora, mendekapnya di balik pelukan hangatnya. Seolah ia akan melindungi Nora dengan segenap hatinya.
"Biarkan aku tidur di sini, Nora. Aku janji sebelum kau bangun, aku akan pindah kembali ke kamar yang sebelumnya. Aku hanya takut kau bermimpi buruk setelah apa yang kuperlihatkan padamu malam ini," bisik Aldo.
Nora terenyuh. Apa benar Aldo tulus mencintainya? Ia tak pernah membayangkan kalau Aldo mempunyai sisi yang lembut seperti itu. Pria itu mendekapnya dengan penuh kehati-hatian. Mengingat Aldo terbiasa mendekap pedang dan senjata, membuat Nora tak percaya pria itu bisa memeluknya dengan lembut.
![](https://img.wattpad.com/cover/208697167-288-k400175.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Embrace
Romance[COMPLETE] Sinopsis: Kehidupan seorang Nora Andreana sejak awal tidaklah begitu indah. Dirinya kehilangan kedua orang tuanya sejak masih begitu kecil. Nora kemudian diasuh oleh paman dan bibinya yang menyayangi sepert putri mereka sendiri. Namun, se...