TWENTY TWO: Because Of You

8K 686 15
                                    

Hi, guys.

Sebelum membaca aku mau menyampaikan bahwa THE DARKEST EMBRACE akan terbit menjadi NOVEL. Untuk info lebih lanjutnya kalian bisa lihat di instagram @naminabooks atau di instagramku @shanfitriani / @xvshanxv Di sana akan banyak info tentang novelnya termasuk Pre-Order. Jangan sampai ketinggalan PO, karena biasanya akan ada banyak bonus dan diskon untuk PO pertama ^^

[Don't forget to VOTE and COMMENT]

Enjoy~

***

"Cukup terus berada di sampingku. Menjadi milikku."

Kalimat itu terus terngiang di kepala Nora. Matanya seolah tak peka akan gelapnya tengah malam. Ia tetap membuka matanya yang sesekali menyipit karena tersenyum malu. Entah kenapa kalimat pendek itu sangat memengaruhi hati dan pikirannya. Kalimat itu seolah mencuri semua indranya. Bulan yang bersinar lembut begitu menambah melankolis hatinya. Semuanya terasa begitu manis dalam pikirannya.

Perlahan, tangan Nora menyentuh dadanya sendiri. Ia ingin memastikan detak jantungnya sendiri. Dan benar saja, degup jantungnya terasa berpacu.

Ia pernah merasakan perasaan ini. Persis. Ia pernah merasakannya delapan tahun lalu. Saat ia menatap seorang pria yang berpakaian sesuai maunya tanpa mengindahkan opini orang lain. Pria yang suka memandang datar orang-orang dari balik kacamata besarnya.

Pria itu adalah Leo.

Pria yang di mana memiliki wajah persis seperti yang dimiliki Aldo. Tidak lebih dan tidak kurang. Hanya penampilan yang jauh berbeda. Walau Aldo terlihat lebih menakutkan, Nora dapat memastikan bahwa Aldo sebenarnya pria yang lembut.

Nora terkekeh. Ia menjerit tertahan sembari menyembunyikan wajahnya dengan malu-malu di balik selimut. Mungkin ia tak mau gegabah dengan apa yang sedang ia rasakan. Namun, ia menikmati perasaannya saat ini.

Nora kemudian berbisik kecil. Seolah menanyakan jawaban dari rembulan yang menatapnya sejak tadi melalui jendela besar kamar.

"Apa aku juga mulai menyukainya?"

***

Di waktu yang sama. Namun, dengan aura kelam dan bengis yang sangat berbeda. Randy menegak minuman kuning beralkohol yang berada di gelas kaca kecil itu. Ia menatap kejam ke luar jendela, seolah ingin membunuh bulan yang bersinar cerah di atas penderitaannya.

Jam sudah larut. Namun, ia tak bisa tidur sama sekali. Wajah menyeringai sombong Aldo sebelumnya seolah menghantuinya. Seolah menantang dirinya. Mengingat itu, membuat Randy kembali meraih dengan kesal botol wiskinya, menuangkannya ke dalam gelas dan langsung menegaknya seolah ia sangat kehausan. Randy kembali mengingat perjanjian yang ia buat dengan Gianna beberapa jam lalu.

Benar kata Gianna. Mereka harus fokus bekerja sama. Mereka harus berusaha mendapatkan apa yang mereka mau. Dan Randy tak pernah tidak mendapatkan mainannya. Randy selalu mendapat apapun yang ia inginkan. Dengan apapun caranya.

Ia kembali menegak minumannya dengan kasar, sebelum tangannya kembali memencet salah satu panggilan cepat di ponselnya. Hanya dalam deringan pertama, orang yang ia tuju pun mengangkatnya.

"Iya, Tuan Randy? Ada apa?"

"Aku memberimu tugas tadi, bukan?"

"Iya, Tuan Randy. Mencari semua data Reynaldo Christofor. Apa Anda ingin saya melakukan hal lain?" tanya Rick.

Randy menegak minumannya sebentar sebelum kembali berkata, "Ya. Aku ingin kau mencari semua data tentang Nora Andreana juga."

"Bukannya kita sudah pernah mencari nama itu sebelumnya, Tuan Randy? Kita bahkan mengerahkan semua detektif terbaik yang kita tahu untuk menjelajah Italia tapi kita tak menemukan datanya sedikitpun—"

The Darkest EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang