Di ruangan gelap itu, Randy tampak terdiam seperti binatang buas yang sedang menunggu mangsa. Randy sedang tenggelam dalam pemikirannya sejak tadi sore. Ia bahkan tak punya waktu hanya untuk menyalakan lampu ruangan itu. Ia hanya menyalakan lampu kecil yang berada di meja, membiarkan cahaya temaram menyinari tempat duduk dan mejanya.
Tak akan ada yang menyangka bahwa Randy sedang terdiam serius seperti itu karena seorang wanita. Di mana seorang Randy tak pernah memikirkan hal seperti itu sebelumnya. Itu karena, menurut Randy, wanita hanyalah pengganggu. Wanita hanyalah pemuas sesaat. Dan wanita hanyalah beban yang tak patut dimiliki oleh pria kuat sepertinya.
Namun, setelah bertemu dengan wanita berwajah manis dengan level yang beda, membuat Randy merasa bahwa teorinya tentang wanita selama ini salah. Ia rasa teorinya itu tidak bekerja pada wanita bernama Nora Andreana itu.
Wanita itu berhasil memutarbalikkan teorinya hanya dengan satu pertemuan yang bahkan tak disadari oleh Nora. Randy jadi berpikir bahwa sepertinya semua wanita memang tidaklah sama. Mengingat ia hanya bertemu para wanita kelab malam yang memiliki kesamaan satu sama lain, yaitu membuat Randy kebosanan setengah mati.
Namun, kekesalan harus menyelimuti Randy saat menyadari bahwa wanita tak terdeteksi keberadaannya itu kembali hilang dari pandangan dan genggamannya. Entah kenapa itu seolah menyakiti harga dirinya yang selama ini mampu mendapatkan wanita mana pun dalam sekejap.
Nora seperti hantu yang hanya menampakkan dirinya jika ia mau, dan kemudian menghilang begitu saja sebelum yang lain menyadarinya.
"ARGGHHH!!" Randy berteriak frustrasi.
Ia harus menemukan wanita kembali. Harus! Ia akan memaksa takdir dan keajaiban mempertemukan mereka lagi. Randy juga sangat yakin bahwa mereka pasti akan bertemu lagi.
"Lihat saja, Sayang. Kita akan bertemu lagi," bisik Randy di gelapnya keheningan malam, membuatnya malah terlihat menakutkan dengan seringainya yang tajam.
***
"Membawanya berjalan-jalan?" tanya Aldo, mengulang kalimat inti yang baru saja disampaikan oleh Alfonso.
Alfonso hanya mengangguk tegas. "Ya."
"Kau yakin itu akan bekerja?"
"Setelah masukan yang mengatakan bahwa Nora takkan menyukai belanjaan itu benar-benar terbukti, Tuan Muda masih meragukan saya?"
Aldo berpikir sejenak. Ia merasa sedikit bimbang untuk menerima masukan dari pria tua yang bahkan tak pernah berkencan atau berkenalan dengan seorang wanita itu. Namun, apa yang Alfonso katakan ada benarnya.
"Bawa saja Nona Nora ke mal. Biarkan ia memilih apa yang ia sukai. Nona Nora jauh lebih mengetahui apa yang ia inginkan. Entah itu sebuah materi atau bukan. Karena itu dirinya. Dan Tuan Muda hanyalah pria yang pernah singgah selama dua tahun dalam hidupnya sebelum kemudian muncul dengan sosok lain. Pendekatan secara perlahan dan lembut adalah jalan terbaik. Cukup jangan selalu menekannya," tambah Alfonso lagi melihat Aldo terlalu banyak berpikir.
"Baiklah, bisa dicoba. Aku akan mengajaknya pergi mal terbesar di Italia."
Alfonso tersenyum sebelum mengangguk. "Benar sekali."
***
Nora sedang termenung saat mendengar suara pintu yang dibuka perlahan. Ia mendengkus sebal saat melihat siapa yang baru saja masuk kamar. Nora tahu bahwa kamar yang ia tempati ini memanglah mutlak kamar Aldo, tetapi tetap saja harusnya pria itu mengetuk sopan sebelum masuk. Bagaimanapun Nora juga menempati kamar itu.
Namun, Nora hanya bisa pasrah saat kembali menyadari bahwa watak pria itu memang semena-mena dan semaunya. Nora yang harusnya terbiasa dengan sikap pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Embrace
Romance[COMPLETE] Sinopsis: Kehidupan seorang Nora Andreana sejak awal tidaklah begitu indah. Dirinya kehilangan kedua orang tuanya sejak masih begitu kecil. Nora kemudian diasuh oleh paman dan bibinya yang menyayangi sepert putri mereka sendiri. Namun, se...