TWENTY SIX: You Don't Own Me

6.9K 668 14
                                    

Hi, guys.

Sebelum membaca aku mau menyampaikan bahwa THE DARKEST EMBRACE akan terbit menjadi NOVEL. Untuk info lebih lanjutnya kalian bisa lihat di instagram @naminabooks atau di instagramku @shanfitriani / @xvshanxv Di sana akan banyak info tentang novelnya termasuk Pre-Order. Jangan sampai ketinggalan PO, karena biasanya akan ada banyak bonus dan diskon untuk PO pertama ^^

[Don't forget to VOTE and COMMENT]

Enjoy~

***

Bagai jatuh kemudian tertimpa tangga, Nora merasa hidupnya sudah berakhir saat itu juga. Semua kebahagiaannya benar-benar sudah habis terenggut darinya. Baru saja dirinya merasa sangat bahagia setelah mengetahui fakta bahwa Aldo adalah Leo, kekasihnya. Leo masih hidup. Leo yang ia cintai masih berada di dekatnya, di sisinya. Namun, lagi-lagi ia seolah tak pernah bisa bahagia.

Melihat Aldo, atau lebih tepatnya pria yang pernah ada di hatinya yang bernama Leo, sedang berciuman dengan wanita lain. Rasa sakitnya jauh lebih menyakitkan dibandingkan saat ia melihat Leo berciuman dengan wanita kampus yang sama sekali tak ia kenali. Namun, Aldo berciuman dengan Gianna, sahabat kecilnya.

Ia ingin berteriak bahwa Aldo adalah miliknya. Namun, hatinya terlalu sakit. Ia tak mau bertingkah dominan seolah Aldo miliknya, padahal secara harfiah hubungan mereka sudah lama berakhir. Semuanya terasa sakit sehingga air mata serta isakan Nora benar-benar tak bisa ia kendalikan.

Suara isakan tangis Nora pun perlahan terdengar samar. Awalnya didengar oleh Alfonso yang berbalik terkejut melihat Nora di belakangnya. Sebelum kemudian isakan itu akhirnya terdengar oleh telinga tajam Aldo.

Kedua bola mata Aldo bergeser ke arah suara isakan tangis yang ia dengar samar. Dan betapa terkejutnya ia melihat Nora sudah berlinang air mata. Membuat bibir Gianna dan Aldo akhirnya terlepas sempurna.

"Nora," bisik Aldo tak percaya. Bodohnya ia lupa bahwa ada Nora di rumah itu dan ia malah meladeni Gianna.

Nora dipenuhi kesedihan dan kemarahan yang bercampur menjadi satu. Ia kemudian melempar topi yang sejak tadi ia pegang ke hadapan Aldo, membuat ketiga orang di sana melihat ke arah topi itu. Tentu saja, Aldo menjadi orang yang paling terkejut mengetahui bahwa Nora menemukan topi yang selama ini ia simpan dan sembunyikan dengan baik. Sehingga dengan cepat ia sadar, Nora telah mengetahui semuanya.

Tanpa banyak bicara, Nora segera berlari keluar. Ia tak peduli dengan kedua kakinya yang tak beralaskan apa-apa. Ia hanya ingin pergi. Ia ingin melarikan diri sejauh mungkin, membawa tubuh dan sakit hatinya bersamanya hingga tak ada yang menemukannya.

Seolah keberuntungan ada di tangannya, perkarangan rumah Aldo begitu sepi membuat Nora bisa dengan mulus melarikan diri. Untuk pertama kalinya, ia keluar dari perkarangan rumah Reynaldo Christofor, tanpa pengawal, tanpa meminta izin, dan tanpa pria itu di sampingnya.

Rasa sakit di hati Nora tetap terasa menyakitkan. Bahkan setelah ia pergi dari sisi Aldo, membuat air matanya terus mengalir saat adegan ciuman Aldo tadi, dan Leo dulu, berputar bergantian di dalam kepalanya. Ia hanya ingin terus menangis hingga ia lelah dan ingin berada jauh dari Aldo.

Nora terus berlari tanpa tujuan. Ia hanya terus menangis. Dan saat Nora mendengar suara Aldo yang memanggilnya serta suara langkah Aldo yang juga berlari mengejarnya, ia mengabaikannya.

Nora sudah berlari sangat jauh dari lingkungan rumah Aldo. Namun, ia masih bisa mendengar Aldo memanggilnya dengan suara teriakan menggelegar. Masih sembari menangis sesegukan, Nora sadar bahwa ia tak bisa terus berlari. Ia sadar bahwa Aldo akan bisa menyusulnya dan menyeretnya kembali ke rumah besar nan mewah tetapi penuh kesedihan bagi Nora.

The Darkest EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang