12

3.8K 430 31
                                    

Naya dan Jaemin semakin dekat sekarang, Jaemin selalu lupa Nara jika sedang bersama Naya. Dan begitu sebaliknya, dia juga akan lupa Naya jika sedang bersama Nara.

Seperti sekarang, Nara dan Jaemin sedang duduk di bangku taman perumahan Nara. Pulang sekolah Jaemin mengantar Nara pulang, tapi mereka memutuskan untuk singgah dulu di taman.

Udara sore yang sejuk dan nyaman, membuat mereka enggan untuk pergi dari sini.

Nara sama sekali gak mempermasalahkan dan ngungkit soal dia liat Jaemin sama Naya, soal kedekatan Jaemin sama Naya kemarin kemarin. Karena bagi Nara, dengan Jaemin ada di samping nya sekarang pun sudah jauh lebih dari cukup.

Walau tanpa Nara tau bahwa kedekatan Naya dan Jaemin semakin lekat.

Jaemin sedang tidur di bangku taman, menjadikan paha Nara sebagai bantalan nya.

Jaemin memandang wajah Nara dari bawah, wajah yang begitu lembut dan tulus, hingga terbesit rasa bersalah karena dia telah mengkhianati Nara.

Jaemin tau apa yang dia lalukan itu salah, tapi dia juga tak punya pilihan lain, Naya bisa memberikan Jaemin kebahagiaan saat Nara sibuk dan tak ada waktu dengan nya.

Naya bisa mengisi kekosongan saat Jaemin membutuhkan Nara di sampingnya, Naya mampu memberi hari nya lebih berwarna.

Walau kenyataannya Nara pun jadi warna dalam hidup Jaemin.

Jaemin pun bingung akan apa yang dia rasakan sekarang, jelas Jaemin sangat mencintai Nara dan takut kekasih nya itu kelak tahu apa yang dia lalukan di belakang nya bersama kembaran nya itu.

Jaemin benar benar tak ingin Nara sampai pergi meninggalkan nya, tapi satu sisi Jaemin juga enggan meninggalkan Naya yang selalu ada untuk nya dan jauh lebih asik di bandingkan Nara.

Mungkin karena apa yang Jaemin suka sama dengan apa yang Naya suka, jadi itu membuat Jaemin merasa asik jika sedang bersama Naya.

Tatapan Nara yang begitu hangat membuatnya makin merasa bersalah.

Jaemin merahin tangan Nara yang sedari tadi mengelus rambut nya, Jaemin genggam tangan yang lebih kecil dari nya, tangan putih yang begitu lembut dan nyaman untuk di genggam.

"Nar, nanti kamu mau kuliah dimana?" Tanya Jaemin.

Ini memang benar benar pertanyaan yang random, tapi dari dulu Jaemin ingin tau karena dia ingin selalu besama Nara, dia akan ikut kemanapun Nara memilih kuliah.

"Kenapa tiba tiba nanya itu?" Tanya Nara bingung.

Jaemin senyum terus ngecup punggung tangan Nara, "Aku tau kamu mati matian belajar sekarang pasti karena kamu punya kampus impian kan? Bilang sama aku kamu mau masuk mana, nanti aku juga mau daftar kesana." Kata Jaemin.

"Kalau jauh, jauh banget. Kamu juga mau ikut?"

Jaemin langsung bangun dari tidur nya, dia memandang wajah Nara dengan serius.

"Kamu mau ngambil kuliah di luar negeri ya, Nar?" Tanya Jaemin.

Nara terkekeh melihatnya, "Engga tau juga, kan kalau, Na."

"Bilang aja kamu mau masuk kemana, pokonya aku bakal ikut kamu terus sejauh apapun kamu pergi."

"Sejauh apapun itu?" Tanya Nara.

Jaemin mengangguk yakin, "Sejauh apapun, aku bakal ikut kamu, aku janji."

"Hush! Kamu gak boleh sembarangan janji kaya gitu."

"Lah kenapa? Orang aku pengen nya sama kamu terus, di samping kamu terus, sampai kita nikah nanti deh, pokonya aku bakal ngikutin kamu deh kemanapun."

Nara tersenyum mendengarnya, tapi di mata Jaemin senyuman Nara terhilat sedikit aneh, seperti sebuah senyuman sendu yang sedang dia tutup tutupi.

"Semoga aja ya, Na. Tapi kamu harus janji, gimanapun nanti kita ke depannya kamu harus bisa ngelanjutin hidup kamu walau aku gak ada di samping kamu, kamu harus bisa ngeraih cita cita kamu dan masa depan kamu tanpa aku di samping kamu."

"Kamu masa depan aku, Nara. Udah pasti aku bakal selalu kejar kamu, dan gakkan biarin kamu lepas dan pergi. Pokonya kamu harus selalu sama aku."

"Udah ah, Na. Kamu ngomong semakin ngelantur tau gak? Kalau nanti kita kuliah di universitas yang berbeda gimana? Kamu harus tetep kuliah yang bener sampai cita cita kamu tercapai."

"Cita cita aku itu nikah sama kamu, masa depan aku itu kamu. Jadi aku harus selalu di samping kamu, begitupun sebaliknya, pokonya aku mau kuliah sama kamu, gimana pun caranya aku mau sama kamu terus."

Nara semakin gemas melihat Jaemin yang begitu keras kepala, Nara mencubit kedua pipi Jaemin gemas. "Iya bawel, gimana kamu aja. Dasar keras kepala." Cibir Jaemin.

"Aku cuman pengen kamu pokonya." Kata Jaemin terus memeluk Nara begitu erat.

Nara tersenyum, lalu dalam hati dia berdoa.

Semoga ya, Na. Semoga yang kamu bilang itu benar adanya.

Hari mulai malam, dan Nara sama Jaemin masih asik berdiam diri di taman. Banyak yang mereka lakukan bersama, mulai dari bercerita banyak hal, membeli banyak jajanan untuk mereka makan, dan sekarang melihat bintang di langit malam.

"Na, liat deh bintang itu. Dia paling kecil tapi paling bersinar terang." Kata Nara sambil nunjuk salah satu bintang di antara banyak nya bintang. 

Entahlah, alam semesta sedang menampilkan ke indahan nya, langit yang cerah di penuhi bintang yang menemani bulan untuk menerangi langit malam yang indah.

Melengkapi hari nya Jaemin dan Nara sekarang.

"Iya, bintang itu kaya kamu. Kamu gak kaya cewe lain di luar sana, kamu gak ingin terlihat menonjol dengan semua kelebihan yang kamu punya, kamu pendiem, kamu lugu, kamu apa adanya, kamu selalu terlihat biasa walau sesungguhnya kamu sangat istimewa, tapi nyatanya kamu paling bersinar, sampai buat aku langsung jatuh hati sama kamu. Sama kaya bintang itu, di balik diri kamu yang biasa aja ini, gadis lugu, pendiem dan pemalu ini, nyatanya kamu adalah gadis yang paling besinar terang."

Nara tersenyum mendengarnya, rasa sakit hati nya kemarin kemarin langsung terobati karena ucapan manis dari Jaemin, entah ini hanya ucapan manis semata, atau memang tulus dari hatinya.

Nara tetap bahagia mendengarnya.

"Kalau nanti aku gak di samping kamu lagi, kamu liat bintang kecil yang paling bersinar terang, itu aku."

Jaemin berdecak sebal, "Mulai deh ngomong nya, kamu kaya mau ninggalin aku pergi sendirian tau, Nar."

"Kan kalau, Na."

"Gaada kalau kalau, seperti apa yang aku bilang, kemanapun kamu milih kuliah nanti, aku mau ikut, gimanapun caranya, harus bisa pokonya."

Nara tersenyum terus memeluk Jaemin dari samping, mencium aroma tubuh Jaemin yang selalu membuatnya tenang dan nyaman.

"Semoga ya, Na. Semoga kita bisa terus bersama dalam waktu yang panjang." Lirih Nara yang sama sekali tak terdengar oleh Jaemin.

Kinaraya| Na Jaemin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang