14

3.7K 447 11
                                    

Jaemin gak bisa jemput Nara sekarang, dia juga gak pergi ke sekolah. Pukulan dari Jeno bener bener bikin dia gak bisa pergi ke sekolah karena sakitnya.

Jaemin juga gak mungkin nemuin Nara dengan keadaan kaya gini, dia belum siapin alasan kalau Nara tanya kenapa muka nya tiba tiba bonyok.

Tapi siapa sangka, kalau sekarang, Nara udah berdiri di depan ambang pintu kamar Jaemin.

Nara pulang sekolah langsung pergi ke rumah Jaemin, bagaimana pun Jaemin, dia tetap peduli dan khawatir sama keadaan nya Jaemin.

Beberapa menit mereka sama sama mematung, Nara mematung karena keadaan Jaemin di tambah rasa sakit di hatinya harus berpura pura gak tahu apa apa.

Dan Jaemin, jujur dia sedikit takut. Takut kalau Jeno udah ceritain semuanya ke Nara, karena yang Jaemin liat ada Nara dengan mata yang berkaca kaca dan tatapan yang gak bisa dia tebak.

Kecewa ada, sedih ada, khawatir ada, campur aduk deh pokonya.

"Nana." Lirih Nara.

Nara langsung lari dan meluk Jaemin dengan erat, Jaemin awalnya kaget, dia juga sebenernya sedikit meringis karena Nara gak sengaja neken beberapa bagian tubuh nya yang memar.

Tapi Jaemin tahan, karena pelukan Nara memang dia butuhkan sekarang, dan ada sedikit rasa bersalah dalam diri Jaemin kalau liat ketulusan dari Nara seperti ini.

Nara ngelepasin pelukannya, tatapannya beralih ke wajah Jaemin yang di hiasi banyak memar dan bekas luka.

"Na, kamu kenapa?" Tanya Nara.

Kalian tahu kan? Nara bohong, dia pura pura, padahal jelas jelas dia tahu apa yang terjadi sampai Jaemin seperti ini.

"Aku gak apa apa kok, cuman berantem sama preman."

"Preman?"

"Iya, aku liat ada cewe yang mau di palakin. Masa aku diem aja? Ya aku tolongin lah, eh taunya kena tonjokan juga."

"Nolongin orang itu boleh, malah bagus. Tapi jangan sampai nyakitin diri kamu sendiri, kaya gini, aku gak suka liat kamu kaya gini."

Jaemin mengelus pipi Nara lembut, "Iya sayang, udah dong jangan nangis lagi, aku jadi sedih liat kamu nangis."

"Kamu pikir aku gak sedih liat kamu kaya gini? Aku khawatir banget tau, pas tau kamu sakit, apalagi pas liat kondisi kamu sekarang."

"Jangan buat aku khawatir, Na. Jangan buat aku takut, aku gak mau kehilangan kamu." Lirih Nara.

Jaemin membawa Nara ke dalam pelukan nya lagi, jujur Jaemin benar benar merasa bersalah sekarang, melihat betapa tulus kekasihnya ini, betapa khawatir nya Nara saat melihat Jaemin seperti ini, apalagi air matanya yang terus mengalir.

Rasanya Jaemin ingin menangis juga sekarang, dada nya sesak melihat air mata Nara, apalagi ketulusan Nara dari air mata nya, dan betapa tega nya dia membohongi Nara.

Nara takut kehilangan nya, dan baru saja kemarin Jaemin mempunyai sedikit niatan untuk mundur dari nya.

Jaemin merasa dirinya egois, Nara gak punya salah sama sekali, Nara tulus, dia baik, dan bahkan dia selalu menjadi alasan Jaemin bahagia.

Hanya karena sedikit waktu yang Nara punya, membuat Jaemin berpaling pada seseorang yang memiliki banyak waktu untuknya.

Tanpa Jaemin sadar, kalau sedikit waktu yang Nara kasih untuknya, adalah waktu yang sangat berharga untuknya nanti.

"Maaf, Nar. Maaf, maafin aku." Lirih Jaemin.

"Jangan tinggalin aku, Na."

Jaemin menggeleng dalam pelukannya, "Engga, gak akan pernah!"

Nara mengeratkan pelukannya, dan Jaemin mengecup pucuk rambut Nara berkali kali, sambil terus mengucapkan kata maaf, sampai tak terasa air matanya mengalir di pipi nya.

"Na, kamu nangis?" Tanya Nara panik.

Nara merasa punggung Jaemin yang sedikit bergetar, dan isakan kecil dari bibir Jaemin.

Nara tadinya mau ngelepasin pelukannya, mau liat wajah Jaemin, memastikan Jaemin benar benar menangis atau tidak.

Tapi Jaemin menahan nya, agar pelukan itu tidak terlepas, Jaemin gak mau Nara tahu kalau sekarang dia menangis karena merasa bersalah padanya dan menangis karena kebodohannya.

Bodoh karena telah bermain hati dengan wanita lain, bahkan wanita yang status nya cukup berharga untuk kekasihnya ini.

"Engga, aku gak apa apa, maaf ya."

"Kamu udah berapa kali bilang maaf, Na. Udah ah, gapapa kok. Gak perlu minta maaf, asal berhenti ya, jangan gitu lagi."

Ah, bahkan kalimat dari Nara malah terdengar sebagai sindiran untuk Jaemin.

"Bakal aku coba." Kata Jaemin.

Setelah Nara cukup tenang, Jaemin ngehapus sisa air mata di pipi nya terus ngelepasin pelukan nya.

Jaemin melemparkan senyum manis nya ke Nara, dan Nara membalas senyum tulus nya ke Jaemin.

"Udah makan?" Tanya Jaemin.

Nara ngegeleng, "Gak mood makan."

"Kenapa? Kok gitu sih? Ini udah hampir sore, dan kamu belum makan? Makan dulu ah."

Nara lagi lagi ngegeleng, Jaemin gemes sama sikap Nara yang persis banget kaya anak kecil yang susah makan.

Jaemin tiba tiba berdiri dari kasur, Nara yang liat pergerakan Jaemin langsung bingung.

"Mau kemana?" Tanya Nara.

"Tunggu disini, bentar."

"Ih, mau kema—"

Ucapan Nara terpotong karena Jaemin yang tiba tiba meberikan kecupan di kening nya.

"Gausah bawel, udah tunggu bentar."

Setelah itu Jaemin pergi keluar dari kamarnya, sedangkan Nara masih mematung karena perlakuan Jaemin yang tiba tiba.

Gak lama Jaemin datang, membawa nampan berisikan satu piring nasi dengan lauk nya dan segelas air mineral.

Dan Nara masih belum sadar sama kehadiran Jaemin.

"Hush, malah ngelamun."

Jaemin nepuk pundak Nara, dan karena itu Nara sadar dari lamunannya.

"Kamu ngapain?" Tanya Nara.

Jaemin senyum, duduk di sebelah Nara dan ngasih satu suapan nasi ke mulut Nara. "Ayo, aaaaaa."

"Hah?" Tanya Nara bingung.

"Makan, sayang. Buka mulutnya."

Dengan muka polos dan lugu nya, Nara ngebuka mulutnya, dan nerima suapan dari Jaemin.

"Uhh gemes banget sih Nara nya Jaemin." Kata Jaemin sambil nguyel nguyel pipi Nara yang gembul karena ada nasi di mulutnya.

"Kamu juga makan ih, niat aku kesini tuh jengukin kamu yang sakit, kok sekarang malah kamu yang suapin aku makan sih?!" Omel Nara.

"Nanti aku makan, kalau kamu gak abis makannya, aku yang abisin."

"Ih gak bisa gitu lah, masa kamu makan sisa aku."

"Gak apa apa lah, malah sisa kamu tuh lebih enak rasanya. Udah cepet ini makan lagi."

Nara nutup bibirnya rapat, dia gak nerima suapan dari Jaemin.

"Buka mulutnya, kok malah di tutup sih." Kata Jaemin.

"Gak mau ah, kalau kamu gak makan, aku juga gak mau."

Nara langsung ngambil sendok di tangan Jaemin, terus ngarahin suapan nya ke mulut Jaemin, "Barengan ah makannya."

Dengan senang hati Jaemin nerima suapan dari Nara, kalau lagi kaya gini, kayanya mereka pasangan paling cocok tanpa ada orang ketiga.

Keliatan kaya pasangan paling bahagia tapi nyata nya saling menutupi kesakitan dan kesedihan masing masing.

Kinaraya| Na Jaemin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang