Ruangan besar itu tampak hangat dengan kasur berukuran kingsize serta ruangan yang didominasi oleh warna coklat pastel. Tak lupa jendela besar yang kini memperlihatkan mentari yang mulai terbit perlahan dan menampakkan sepertiga dari sinarnya.
Kelopak mata itu mengerjap dengan air mata yang menetes membasahi pipi tanpa seizin pemiliknya. Hingga, manik kelam itu pun muncul dengan jemari yang menggenggam erat pada bantal berwarna coklat, bahkan tubuhnya kini meringkuk seolah berusaha untuk menyembunyikan luka serta tanda tanya besar mengenai rekaman yang baru saja didengarnya.
"Taehyung-ssi" Lirih Jungkook yang kini menahan tangisnya, menyadari bahwa dirinya telah berada diruangan berbeda dengan tubuh yang berbeda pula, mennyiapkan mental untuk bertemu Kim Taehyung yang nyatanya memiliki kehidupan yang berbeda.
Sosok pria yang mampu menyembunyikan segalanya, keluh kesahnya, kesedihannya serta rasa sakitnya pada dunia, begitu rapat dan juga rapi hingga tak ada yang menyadarinya.
Jungkook terdiam dengan maniknya yang kini ia pejamkan setelah mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, diikuti pula oleh suara handle pintu yang didorong kebawah, hingga Jungkook mendengar suara helaan nafas muram dibalik tubuhnya.
"Namjoon hyung! Bangunlah!"
Jungkook tersentak hingga maniknya kembali diperlihatkan setelah mendengar suara barithone yang terdengar begitu lembut walaupun pemiliknya berteriak, terdengar begitu hangat walaupun pemiliknya tampak marah.
Atau mungkin, Jungkook hanya merindukannya—Suara barithone yang selalu tertawa bahkan ketika hujan mengguyur lapangan luas itu.
Namun, Jungkook kembali memejamkan matanya, mata milik Kim Namjoon yang kini dipinjamnya setelah merasakan tubuh yang membuat kasur sedikit bergoyang, merangkak dan melipat kaki dibalik punggungnya.
Pria itu, Kim Taehyung terdiam menatap punggung Namjoon yang tampak sedikit gelisah, bahkan helaan nafas itu terlihat sedikit tidak teratur, hingga pria berkulit tan itu hanya mampu menatap sendu dengan maniknya yang kini terlihat berkaca- kaca walaupun pelangi dan mentari singgah dibalik manik hazelnya.
"Sungguh—Kau harus berkerja hyung" ucap Taehyung yang kini berusaha untuk menyembunyikan suaranya yang sedikit gemetar, berusaha untuk membangunkan sosok pemimpin yang tampaknya masih terlelap dalam tidurnya, walaupun mimpi buruk mungkin menghampiri sosok Namjoon, setiap malam.
Jungkook terdiam ketika helaan nafas muram itu kembali terdengar, bahkan Jungkook kini mampu menerka jika Taehyung tengah bersandar pada headboard dan melipat kakinya. Namun, tak ada pergerakan setelahnya, hanya hening.
"Hyung—"
Jungkook mengepalkan jemarinya setelah mendengar suara yang terdengar begitu lirih dan sedikit gemetar dibalik punggungnya. Bahkan Jungkook mencoba untuk tidak begerak walapun tubuhnya sedikit gemetar, karena rindu yang kini meminta pelampiasan.
Ingin menatap manik hazel yang selalu berbinar, menatap tawa yang selalu didengarnya, bahkan menatap tangis yang baru saja dilihatnya kemarin malam.
Jungkook ingin mengetahui mengenai Kim Taehyung—Tidak hanya sisi baiknya, namun sisi buruk yang tak pernah Taehyung perlihatkan padanya, pada Jeon Jungkook.
"Maafkan aku—"
Taehyung menatap kosong pada mentari yang kini mulai menanjak melalui kaca besar ruangan itu, bahkan air matanya telah menetes membasahi rahang tegasnya tanpa izin.
"Aku memberikan beban yang berat untukmu, hyung"
Suara itu terdengar begitu lirih, membuat Jungkook membuka matanya perlahan bersama air mata yang kini membasahi pipinya yang mulai memerah karena menahan tangis dan kegugupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECORDING FOR YOU [TAEKOOK]
Romance"Annyeong Jungkookie--Panggilan itu terdengar lucu bukan?" - Kim Taehyung. "Taetae hyung--panggilan itu, terdengar lucu kan?" - Jeon Jungkook. Karena perpisahan yang paling menyakitkan adalah kematian, denganmu yang belum menyampaikan perasaan.