Mentari bersinar begitu cerah mewarnai dedaunan hijau serta laskar yang kini berubah menjadi biru dengan awan tipis yang mulai berarak menjauhi laskar milik Seoul. Namun, isakan tangis yang terdengar begitu kelam, penuh rasa bersala, serta ketakutan itu memenuhi area pemakaman.
"Maafkan aku—Maafkan aku atas segalanya" Lirih Jungkook yang kemudian mencengkram erat ujung jasnya. "Maafkan aku mengenai kecelakaan itu—Maafkan aku mengenai kematian anakmu—Maafkan aku" Lirih Jungkook penuh dengan permohonan hingga tubuhnya pun semakin membungkuk, tak lagi mampu menahan tangisnya.
"Maafkan aku tak pernah mencari tahu—Maafkan aku yang selalu ketakutan karena itu—Maafkan aku karena aku terus hidup"
Jungkook terisak dibawah sinar mentari yang begitu cerah, meluapkan rasa bersalah serta ketakutannya kini. Hingga, isakan tangis itu terhenti ketika menemukan sepatu hitam disampingnya, membuatnya mendongak dan menemukan pria jangkung ynag membungkukan tubuhnya kearah nisan.
Hingga, akhirnya pria itu pun melirik pada Jungkook dan tersenyum begitu hangat, layaknya mentari.
"Terima kasih telah datang, Jeon Jungkook"
Jungkook tersentak ketika pria itu mengenalinya ketika Jungkook tak tahu siapa pria itu—Hingga, Jungkook pun bangkit dan membungkukan tubuhnya sebagai tanda hormat.
"Aku Jung Hoseok—Pengacara pribadi keluarga Kim"
Jungkook terdiam dengan senyuman tipis diwajahnya, membiarkan rambutnya yang sedikit panjang tersapu oleh angin dan mengabaikan uluran tangan yang masih mengudara untuknya.
Namun, Jungkook memilih untuk mengulurkan kedua lengannya yang dikepal, sejajar kearah Hoseok yang kini hanya menatapnya dengan alis yang terangkat.
"Penjarakan aku—Karena aku pembunuh disini"
Jungkook berucap dengan manik kosongnya, menatap kearah marmer dengan air matanya yang kembali menetes. Namun, kedua pergelangan tangannya digenggam begitu erat membuatnya tersadar dari lamunan itu—ia pun mendongak dan kembali menemukan senyuman yang hangat.
"Bagaimana jika kita bicara dicafe?"
***
Trotoar kini dipenuhi oleh orang yang berlalulalang, mencoba menikmati musim panas yang akan segera datang dengan mentari yang menyengat tanpa hujan. Bahkan beberapa orang kini telah memilih menggunakan tshirt berwarna putih dengan celana jeans.
Jungkook terdiam dengan maniknya yang kini tengah menghitung orang yang berjalan didepan café, dengan sosok pria bernama Jung Hoseok yang tengah menikmati pancake serta americano dan sesekali pria itu bergurau dan hanya menghasilkan senyuman tipis dari pemuda bermarga Jeon.
"Tuan—"
Jungkook berucap membuat Hoseok menghentikan aktivitas makannya dan menaruh pisau dan garpu disamping—menatap kearah Jungkook yang memanggilnya begitu lirih dengan air mata yang kembali menetes, begitu transparan dengan mentari yang menyinarinya—
"Sebaiknya kau makan terlebih dulu—Wajahmu terlihat pucat" ucap Hoseok yang tersenyum tipis dan menyodorkan pancake milik Jungkook lebih dekat, berharap jika pemuda itu memakan makanannya, karena Hoseok tak menyukainya, pria yang dicintai Kim Taehyung berubah menjadi mayat hidup.
"Seharusnya aku ikut mati ketika truk itu berguling—" gumam Jungkook dengan tatapan kosongnya "Atau, ketika pemerkosaan itu—Atau, hukum mati saja aku"
Jungkook kembali meneteskan air matanya dengan manik yang tak teralihkan dari trotoar yang begitu ramai dengan bayangan kecelakaan yang memenuhi bayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECORDING FOR YOU [TAEKOOK]
Romance"Annyeong Jungkookie--Panggilan itu terdengar lucu bukan?" - Kim Taehyung. "Taetae hyung--panggilan itu, terdengar lucu kan?" - Jeon Jungkook. Karena perpisahan yang paling menyakitkan adalah kematian, denganmu yang belum menyampaikan perasaan.