Hujan bulan Juni benar adanya, begitu deras mengguyur kota metropolitan dengan gedung pencakar langit yang menghiasinya, debu polusi yang terkadang menyapa dan juga aroma karbondioksida yang mengepul didaerah industri. Namun, hujan itu membawa segalanya, debu, polusi, orang yang berlalulalang, dedaunan ditrotoar dan juga burung camar yang tengah asik bersenda gurau pada dahan.
Pagi ini tampaknya mentari memang tak berniat untuk bersinar walaupun dia telah melintasi khatulistiwa, tertutupi oleh awan tebal yang kini masih menangis membentuk genangan air pada jalanan beraspal yang kini berwarna abu tua hampir hitam, sehitam manik pemuda yang kini masih menatap kosong pada jendela besar.
Tubuhnya yang menyamping dengan selimut menutupi sebatas lengan atasnya, matanya tampak sembab dan juga bengkak, terlihat juga lingkaran hitam dibawah matanya. Begitu buruk, setelah acara pemakaman yang masih membuat hatinya begitu terluka karena penyesalannya sendiri.
Ting Tong
Maniknya kini bergerak kearah suara dengan raut wajah tanpa emosinya. Jungkook pun menyibakkan selimutnya dan juga memakai sendal berwarna abu, memperlihatkan tshirt oversize dan juga celana training yang menutupi kaki jenjangnya, melangkah kearah pintu yang masih setia berbunyi.
Keningnya berkerut mendapati sosok pria yang menggunakan overcoat hitam berdiri didepan apartemennya melalui intercom. Namun, Jungkook menggerakan maniknya mencoba mengingat pria yang tampak familiar hingga keningnya semakin berkerut mengingat pria itu adalah sahabat dari Kim Taehyung, Park Jimin.
Jungkook membukakan pintu apartemennya dengan raut wajah datar, memperlihatkan ketidakinginannya untuk bertemu dengan pria dihadapannya itu, karena bayangan mengenai Kim Taehyung dilapangan luas tengah tertawa itu kembali memasuki benaknya, dan kembali membawa penyesalan serta luka yang dibentuknya sendiri.
Namun pria itu pun tersenyum begitu hangat dan membukukkan tubuhnya sebagai sapaan, membuat Jungkook turut membungkukan tubuhnya dan tersenyum tipis sebagai bentuk kesopanannya.
"Aku Park Jimin—Sahabat Taehyung" ucap pria itu dengan suara yang tampak tenang dan juga senyum yang masih terpatri diwajahnya, namun manik itu melambangkan kesedihan yang mendalam dan juga keputusasaan yang terlihat.
"Ya—Apa ini sangat penting? Aku tidak ingin diganggu untuk hari ini" ucap Jungkook cukup datar, namun tak mampu menghilangkan senyuman pria bermarga Park itu untuk menutupi lukanya.
Jimin pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, membuat Jungkook terdiam sejenak menatap pria dihadapannya itu yang seharusnya tak mengenalnya. Hingga, Jungkook pun mempersilahkan pria bermarga Park itu untuk masuk dan segera menyelesaikan segalanya.
Park Jimin mengedarkan pandangannya, menatap setiap sudut apartemen yang tertata begitu rapi seolah tak tersentuh selama beberapa saat. Namun Jimin meyakini pemuda itu bahkan belum memejamkan matanya, karena mata itu terlihat begitu sembab.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECORDING FOR YOU [TAEKOOK]
Romance"Annyeong Jungkookie--Panggilan itu terdengar lucu bukan?" - Kim Taehyung. "Taetae hyung--panggilan itu, terdengar lucu kan?" - Jeon Jungkook. Karena perpisahan yang paling menyakitkan adalah kematian, denganmu yang belum menyampaikan perasaan.