PART 18

1K 183 1
                                    

"Dia melihatkku?!—"

Gerutuan itu terdengar memenuhi ruang kesehatan dengan mentari yang telah menyinari kota yang terlihat begitu indah dengan daun yang perlahan mulai menguning—disertai aroma kopi dan juga makanan manis.

Terasa begitu sejuk ketika musim gugur datang menyapa dan singgah sementara—Jeon Jungkook menyembunyikan dirinya setelah tersentak karena pria bermarga Kim masih setiap menatapnya dibawah sana—dengan senyuman yang begitu teduh.

Namun, Jungkook terdiam dan perlahan duduk beralaskan lantai dibawah jendela besar—Tatapannya terlihat begitu kosong, bahkan sejuknya angin musim gugur mampu membekukan jemarinya yang kini dikepal begitu kuat, namun tak mampu membekukan air mata yang kini menetes perlahan.

"Sadarlah—Kau tidak pantas bersamanya—"

Suara itu terdengar begitu lirih dengan kakinya yang kemudian ditekuk, menyembunyikan pandangannya pada lutut dan lengan yang bertumpu hingga isakan tangis itu terdengar.

"Aku terlalu kotor untuknya—" Lirih Jungkook yang semakin menghimpit kearah dinding yang begitu dingin dibaliknya.

"Aku korban pemerkosaan—namun aku juga yang menyebabkan kecelakaan besar itu—"

Suara itu begitu gemetar dan rasa bersalah—membuat tangisnya terdengar semakin kencang disana.

"Seharusnya kau mati—Seharusnya kau membusuk dipenjara—Tapi kenapa polisi hanya diam!"

Jungkook meracau dengan jemari yang kini mencoba untuk menyakiti setiap inchi tubuhnya, menyakiti dirinya bahkan ketika mentari bersinar begitu indah menyambut musim gugur—Namun, Jungkook menghentikan tangisnya—ketika senyuman itu seolah memberikannya kehidupan.

***

Taehyung terdiam dengan keningnya yang berkerut ketika dirinya tak lagi menemukan sosok pemuda yang selalu mengintip kearahnya—Walaupun senyumannya kini terpatri melihat Min Yoongi yang menutup jendela dengan raut wajah yang terlihat begitu kusut—Min Yoongi yang selalu menumpang tidur di ruang kesehatan tanpa mempedulikan yang berjaga.

Taehyung mengingatnya, ketika Taehyung bertanya siapa nama penjaga ruang kesehatan, pria bertubuh mungil yang telah menjadi kekasih Park Jimin itu hanya mengangkat bahu tak peduli, membuatnya tertawa dan menggelengkan kepalanya pelan.

Taehyung melirik kearah lain ketika mendengar suara mobil yang terhenti didekatnya, mobil milik Kim Namjoon yang seharusnya berada diperusahaan. Namun, maniknya menangkap Namjoon yang kini melangkah kearahnya dengan manik yang basah, tanpa Taehyung ketahui Jungkooklah yang berada didalamnya.

Jungkook tak mampu menahan tangisnya, bahkan tak mampu lagi menahan jeritannya setelah dirinnya mengingat kecelakaan besar yang seharusnya membuatnya dipenjara namun polisi hanya berpura- pura tidak mengetahuinya.

Kecelakaan yang bahkan tak Jungkook ketahui siapa korbannya,siapa yang berada didalam mobil itu—Hingga, Jungkook hanya mampu mengurung diri dan menyelesaikan sekolahnya tanpa harapan.

Air matanya terus menetes membasahi pipinya setelah menemukan Kim Taehyung yang tengah melangakh kearahnya, hingga Jungkookpun bersipuh dibawah sinar mentari dan juga dedaunan yang mengering dihadapan Taehyung yang kini tersentak.

"Maafkan aku—Maafkan aku—Sungguh—Maafkan aku"

"Aaargh! Maafkan aku"

Taehyung tersentak ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Namjoon, serta panggilan yang diberikan untuknya—Panggilan yang sama yang diberikan oleh Park Jimin waktu itu—

Taehyung pun menekuk lututnya, menyentuh pundak Namjoon dengan tatapan tak mengerti karena Namjoon menangis begitu pilu dan penuh rasa bersalah.

"Aaargh—Semua ini kesalahanku! Maafkan aku membuatmu tertekan!"

Jungkook terus meracau memohon ampuann dari Taehyung. Ia merapatkan jemarinya dengan tangis yang tak kunjung berhenti dan hatinya yang terasa begitu sakit. Ia menunduk, hingga jemari itu meraih dagunya—dan membuat Jungkook menangkap manik hazel yang begitu teduh.

Taehyung terdiam, menemukan manik hitam disana—manik yang terasa familiar, bahkan hatinya pun tak mengelak—hatinya yang selalu gemetar beberapa saat—Bersama Park Jimin, Min Yoongi, bahkan Kim Namjoon saat ini—Perasaan yang berbeda.

"Hyung—Kau tahu? Awan tidak memiliki bentuk yang sama, seperti manusia" ucap Taehyung yang kemudian mengulurkan lengannya, merengkuh tubuh yang begitu gemetar dengan tangisnya yang bahkan tak mampu berhenti—

Taehyung menatap kosong pada angin yang berseru menerpa dedaunan kering disana, hingga tubuhnya menegang ketika tatapan itu—bahkan perasaannya—sama seperti Jeon Jungkook—Pemuda yang dilihatnya--

"Tapi, akhir akhir ini—Aku menemukan awan yang sama, seperi miliknya—" ucap Taehyung yang kemudian meneteskan air matanya, seolah tangisan yang kini didengarnya mampu melukai setiap inchi tubuhnya.

Hal itu membuat Jungkook mengeratkan pelukannya, berharap jika dirinya mampu berteriak bahwa dirinya adalah Jeon Jungkook dengan segala kebodohannya, sosok yang mencintai pria yang terluka karenanya—

Hingga, Jungkook terdiam ketika dirinya menemukan sosok Jeon Jungkook yang kini terdiam dibalik ruang kesehatan—

"Aku tahu—"

"Siapa—"

"Yang harus kulakukan—"

"Kau—"

Jungkook terdiam ketika Taehyung kembali menanyakan hal yang sama—Membuat jiwanya pun kembali, ketempat dimana tak ada Kim Taehyung yang dicintainya disana—Karena kesalahannya. Karena Jungkooklah pembunuhnya—Membunuh seluruh keluarga Kim karena kesalahannya.

"Mianhae—Taehyungie"

Taehyung tersentak ketika dirinya mendengar suara yang berbeda—Suara yang terdengar begitu lembut diikuti oleh desau angin musim gugur yang begitu sejuk—Dibawah sinar mentari itu, Taehyung menyadarinya—dengan pandangan yang kini kembali bertemu dengan Jeon Jungkook sipenjaga ruang kesehatan.

"Jungkookie?"

***

Kelopak mata cantik itu mengerjap pelan dengan langit yang kini memperlihatkan violetnya tanda mentari akan segera terbit. Manik hitam jelaga itu terlihat begitu kelap bersama air mata yang kembali membaasahi sofa tiada hentinya.

Isakan tangis itu kembali terdengar dengan lengannya yang mengepal kuat—Hingga, tubuh itu pun bangkit dengan isakan tangisnya yang tak terhenti—membuka lemari pakaiannya, meraih baju serba hitam dan melangkahkan kakinya keluar—untuk memohon ampunan.

Ia melangkahkan kakinya—Menyusuri marmer basah yang dipijaknya, dengan dua bunga yang tampak indah—Ia berhenti melangkah, setelah mendapati nisan yang masih terlihat begitu cantik dihadapannya, walaupun 8 tahun berlalu—Milik Tuan dan Nyonya Kim—Korban kecelakaan yang dibuatnya.

Jungkook menaruh bunga itu, dihadapan nisan dengan tubuhnya yang terjatuh dan pandangannya kosong yang menunduk. Hingga, isakan tangispun kembali terdengar-Penuh rasa bersalah.

"Maafkan aku baru datang—"

RECORDING FOR YOU [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang