PART 21

2.4K 216 41
                                    

Mentari itu bersinar, menyusupkan sinarnya melewati jendela yang terbuka tanpa tertutup tirai, sinarnya yang kini menghapus kaset pita yang tergeletak diatas meja, menghapus batu dengan surat yang terikat tali rami begitu indah—Menghapus kotak timah yang serta surat didalamnya

Mentari itu terus menyusuri ruangan yang didominasi oleh hitam dan putih terganti oleh warna soft yang terlihat cukup cantik, mengubah ruangan kecil menjadi begitu besar dan mewah, mengganti tanaman bonsai yang kini tersimpan begitu rapi didalam satu ruangan serta kanvas dengan lukisan musim gugur disana.

Mentari yang juga menyusuri pakaian sederhana dan menggantungkan sebuah jas berwarna putih—Beserta peralatan kedokteran lainnya dalam satu ruangan—Mentari itu pun perlahan mulai meninggi, menyinari sosok pemuda yang tengah tertidur begitu pulas didalam selimut tebal berwarna coklatnya—Dan perlahan, menghapuskan jejak walkman yang kini menghilang—tanpa jejak.

Masa depan—telah berubah.

Pemuda itu mengerjapkan matanya—Perlahan hingga mata itu terbuka diikuti oleh air matanya yang menetes begitu saja mengenai bantal yang hangat. Ia mengedarkan pandangannya, lalu bangkit dan duduk dengan tubuhnya yang perlahan menggeliat. Ia menguap—Hingga, ia pun tersentak—dengan jemari yang kini menyentuh pipinya yang basah.

Tatapan itu terlihat kosong—Hingga, air matanya terus menetes tanpa henti dengan pemiliknya yang menghapus jejak itu perlahan—Walaupun kembali basah karean air mata yang tak kunjung berhenti. Ia mengedarkan pandangannya kembali, dengan kakinya yang menginjak pada karpet bulu bewarna putih dibawahnya—

Manik itu terdiam, menatap penuh kebingungan pada karpet yang dipijaknya, hingga dirinya kembali menatap mentari yang mulai beranjak semakin tinggi begitu indahnya. Ia pun bangkit, dan melangkah perlahan kearah kaca besar yang memperlihatkan keindahan kota.

Jemari itu menyentuh kaca tebal dihadapanya—Dengan kelopak mata yang kembali tertutup diikuti oleh helaan nafas yang begitu berat.

"Ada apa denganku—" gumam pemuda yang kemudian kembali membuka matanya—Dan kembali menghapus jejak air mata yang kemudian menghilang dengan keningnya yang berkerut.

"Mwoya—mengapa aku menangis—" gumam pemuda bermarga Jeon yang kemudian berbalik, membelakangi mentari hingga maniknya kini menatap meja yang tampak kosong hingga maniknya pun membulat, melangkah mendekat dan mencari—sesuatu yang hilang—

Jeon Jungkook ,pemuda itu membuka satu persatu laci mejanya, menunduk dan mengintip pada kolong meja yang terlihat kosong—Hingga, aktivitasnya pun terhenti ketika deringan ponsel itu memecah keheningan, hingga ia pun meraih benda pipih berwarna putih yang tergeletak diatas kasur, dan menemukan Id caller 'Yeo Jin Goo' disana.

"Jungkook-ah? Kau tidak lupa ada jadwal operasi pagi ini bukan? Aku belum melihat keberadaanmu—"

Jungkook pun menghela nafasnya dan memilih untuk duduk ditepi kasur setelah teman satu rumah sakitnya itu mengingatkannya mengenai jadwal operasi yang akan dilakukannya jam 9 nanti.

"Tentu—Aku sedang mencari sesuatu—" ucap Jungkook yang kembali bangkit dan menatap meja dihadapannya yang kosong—hanya ada beberpaa buku kecil disana.

"Apa yang hilang?"

Jungkook menghentikan aktivitasnya, mendengar pertanyaan itu, hingga ia pun memiringkan kepalanya—mengedipkan matanya berkali- kali ketika dirinya tak mampu mengingat apa yang menghilang—Hingga, air mata kembali jatuh, tanpa Jungkook sadari.

RECORDING FOR YOU [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang