salting

84 12 0
                                    

Malam minggu dibulan Agustus, pukul setengah delapan malam, Arjuna tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa ia akan membawa Ase keluar menggunakan motornya.

Sementara Ase, perempuan itu tidak pernah menyangka bahwa malam ini cuaca sangat tidak bersahabat. Ia baru ingat sekarang sudah masuk bulan agustus, bulan dimana para angin akan menampakkan batang hidungnya. Ase jadi menyayangkan kenapa dirinya tidak memakai jaket yang sebelumnya ia taruh di sofa rumah Arjuna?

Motor yang dikendarai oleh Arjuna itu berhenti disebuah minimarket, setelah sebelumnya kedua manusia berbeda gender itu membeli obat di apotek.

"Kenapa berhenti? Lo mau beli sesuatu?" tanya Ase.

Arjuna hanya mengangguk kemudian berjalan memasuki minimarket tersebut. Aseana berjalan mengikutinya dibelakang. Laki-laki itu berhenti disebuah vending machine dan mengambil satu buah susu kotak rasa Vanilla.

"Mau beli apa?" tanya Juna sambil menundukkan kepalanya menatap Ase. Kebayang ga tuh setinggi apa Ase dimata Juna.

Ase menggeleng, "Engga."

Arjuna mengangguk, kemudian melangkahkan kakinya menuju kasir.

"Baru tahu gue, Juna juga suka susu rasa vanilla? Kirain gue doang,"

Setelah melakukan transaksi, laki-laki itu keluar dari minimarket dan langsung berjalan menuju motornya. Seperti biasa, Ase hanya mengikutinya dari belakang.

Arjuna menaiki motornya dan duduk diatasnya. Laki-laki itu mulai melepas jaket yang dipakainya kemudian ia lempar begitu saja kearah Ase. Beruntungnya Ase memiliki reflek yang bagus, perempuan itu menangkap jaket Juna dengan sempurna.

"Pake," ucap Juna.

"Lo gimana?"

"Pake." melihat raut wajah Juna yang mendingin, Ase menyatukan gigi belakangnya sambil memberikan tatapan kesalnya pada Juna.

Tapi itulah Ase, ujungnya ia pakai juga jaket tersebut. Karena kelemahan perempuan itu adalah perintah Arjuna. Ada saat-saat dimana ia akan marah saat diperintah oleh Juna. Ada pula saat dimana ia akan kesal sekaligus luluh alias baper saat Juna memberinya tatapan dingin.

Sesaat setelah Juna memakai helmnya sendiri, laki-laki itu melirik kearah Ase yang masih memakai jaketnya dengan wajah yang ditekuk. Setelah selesai memakai jaket, Juna memegang dagu Ase kemudian mendongakkan kepala perempuan itu.

Ase terkejut, panik, dan melotot. Dan setelahnya ia melihat Juna memasangkan sebuah helm kekepala Ase.

Ase sweatdrop and speechless.

Ia kira Juna akan memberinya sebuah kejutan dimuka umum!

"Nih," Arjuna menyodorkan susu kotak itu kepada Ase.

"Hah??"

"Buat lo."

"Kan punya lo?"

"Gue ga suka," Ase mengernyit, "Ayo naik."

Dan malam itu, dimalam minggu bulan agustus yang berangin. Ase dengan memakai jaket bomber milik Juna beserta kotak susu yang dia genggam, dan jangan lupakan juga seorang Arjuna yang terbalut celana jeans panjang dan kaos oblong putih polosnya, menjadi bukti kebahagiaan keduanya dihari itu.

Ase bahagia, Juna pun begitu.

•~•

"Jun, udah jam sembilan, ga pulang?" tanya Ase.

"Disini dulu aja," jawab pemuda itu sambil mendribble bola basket.

Aseana terlihat tengah duduk disebuah kursi kayu, sembari menonton Arjuna yang tengah bermain basket. Saat ini mereka tengah berada disebuah lapangan basket yang berada didalam komplek perumahan rumah Arjuna. Jangan tanya Juna dapat darimana bola basket tersebut.

Arjuna sudah terbiasa ditempat itu, mau malam atau pagi, siang, sore atau subuh sekalipun, ia sudah biasa. Beda halnya dengan Ase, perempuan itu baru sekali ketempat ini, apalagi posisinya mereka hanya berdua dan sekarang itu jam sembilan malam! Walaupun ini ruangan terbuka dan tidak remang-remang alias lumayan terang karena ada lampu jalan, tapi kan tetap saja Ase merasa parno.

"Jun, balik yuk?"

"Sekarang?" Ase ngangguk.

Arjuna menghentikan kegiatannya, melempar bola kesembarang arah, kemudian berjalan mendekati Aseana, "Sebentar deh, ada yang mau gue omongin."

"Apa?"

Arjuna berhenti tepat didepan Ase, membuat si perempuan itu mendongakkan kepalanya agar dapat melihat wajah Juna. Posisinya kan Ase masih terduduk dikursi kayu itu, sementara Juna berdiri didepannya. Sedetik kemudian, laki-laki itu berlutut dan menaruh kedua tangannya diatas kursi kayu —disamping paha Ase. Jadi, ilustrasinya itu seperti Juna sedang mengurung Ase gitu.

Kini giliran Juna yang mendongak, "Gue minta maaf."

". . ." Ase kebingungan.

"Untuk semua perilaku jahat gue ke lo. Semenjak kejadian itu, lo pasti benci banget sama gue, gue minta maaf."

Ase melepas kontak matanya dengan Juna, kemudian mulai tersenyum kecil —tapi senyuman yang ditahan-tahan gitu. Keciri sih, pasti salting.

"Oo..oke,"

"Gue dimaafin??"

"Engga," Arjuna mengerjap.

"Engga?"

"Hah??"

'Sial, astagfirullah..' Arjuna membatin dalam hati sambil mengusap wajahnya, mencoba untuk sabar.

Laki-laki itu berdiri kemudian menatap kearah Ase. "Aseana."

"Ya?" Ase ikutan berdiri sejajar didepan Juna.

"Kalau sekarang gue bilang, gue suka sama lo, gimana?"

Lo

a

ding

. . .

"hAH ???!???!!!!!!"


.tbc



Oiyaaa sebelumnyaa makasi banyaak yaa yg uda bacaa, kasi bintang samaa komennyaa huhuhu jeongmal gamsahamnida uri chingudeul👍❤

[00L // 01] Aseana | Shuhua YehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang