ada rasa ga sih?

122 15 0
                                    

Ironpurpleman present
Aseana
Happy reading!
••

Aseana kembali memasuki ruang rooftop dengan membawa bungkus makanan dari Arjuna. Senyuman kecil tidak pernah lepas dari wajah ayu perempuan itu. Entah karena apa, ia tidak mengerti, mengapa saat ini bibirnya tidak bisa memenuhi perintah dari otaknya untuk berhenti tersenyum?

Seseorang yang pertama kali menyambut Ase saat perempuan itu memasuki ruangan rooftop adalah Adesya. Perempuan itu rupanya sudah menunggu Ase dari balik pintu.

"Se?!"

"Eh, Des? Ngapain lo berdiri disini? Kaget guah!" ucap Ase seraya tersenyum-senyum.

Adesya yang melihat Ase tersenyum itu merasa aneh. Pasalnya, dalam keadaan seperti apapun, Adesya tahu, Ase tidak pernah memberikan ekspresi berlebihan seperti tersenyum. Wajah Ase terlalu kaku untuk tersenyum alias dia lebih pantas memasang muka datar, tajam dan dingin.

"Se? Lo senyum??" tanya Adesya. Seketika Ase menormalkan wajahnya kembali menjadi biasa saja.

"Apaan sih? Kayak ga pernah lihat gue senyum aja!"

"Emang engga!!" kata Desya. Aseana mengedikkan bahunya sambil berjalan menuju Inka, Kiara dan Adira.

Adira yang melihat bungkus plastik ditangan Ase itu seketika bertanya, "Itu apa, Se?"

"Bento."

"Dari siapa?" kini giliran Kiara yang penasaran. Aseana tak menjawab, perempuan itu tidak tahu harus menjawab apa. Tapi bukan Kiara namanya kalau ia tidak mengerti dengan keadaan. Melihat Arjuna yang memanggil nama Ase beberapa menit lalu dan menyuruh perempuan itu untuk mengikutinya, Kiara sudah tahu pasti bungkus plastik berisi makanan itu dari Arjuna untuk Aseana. "Dari Juna?" tanya gadis keturunan China itu.

Ase gelagapan, kemudian tertawa mengelak, "Hah? Haha, apaan sih? Mana mungkin gue terima makanan dari Arjuna?!"

"Jadi bukan dari Arjuna ?"

"Bukan lah!"

"Terus dari siapa?" kini, giliran Adira yang bertanya. Dan lagi-lagi Ase hanya terdiam dan tidak menjawab.

"Oi, pesanan datang!" tiba-tiba pintu atap terbuka dan menampilkan Gema dengan senyuman khasnya.

"Gemaaa," panggil sang kekasih.

"Dari Gema! Iya!" tiba-tiba Ase berceletuk, seraya menunjuk-nunjuk kearah Gema.

Laki-laki yang tidak tahu apa-apa itu mengernyit bingung. "Apanya yang dari gue?"

"Gema, Adira kan ga nitipin bento ke Gema. Kok bisa Gema kasih bento ke Ase??"

Gema berjalan mendekat kearah kekasihnya, Adira. Laki-laki itu menyerahkan bungkus plastik pesanan mereka. "Bento?" Gema terdiam sementara sambil menatap Aseana. Dari tempatnya berdiri, laki-laki itu bisa melihat Ase yang panik dan cenderung menghindari tatapannya, "Oooh~" Gema tersenyum, "Iya, itu bento dari aku."

Adira menatap menyelidik kearah kekasihnya, apakah benar dan Gema tidak berbohong? Pikirnya. Kalau memang benar ia yang membawakan bento, itu berarti bagus, setidaknya Ase mau makan. Adira takut saat Ase ditawari bakpau olehnya, Ase justru menolak dan melewatkan waktu makan.

"Ah udahlah! Mana batagor gue?" tanya Adesya. Bungkus plastik yang tadi diberikan oleh Gema itu sekarang sudah berada di genggaman Adira. Perempuan itu mulai membuka bungkus tersebut dan mengambil satu porsi batagor lima ribuan punya Adesya.

Sebelum menyerahkan batagor itu, Adira menyodorkan tangannya, "Lima ribu Adesya, bayar!" katanya. Adesya menurut dan memberikan uang 1 lembar lima ribuan kepada Adira. Dan perempuan itu cepat-cepat mengambil batagor dari tangan Adira lalu mulai memakannya.

[00L // 01] Aseana | Shuhua YehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang