senin dan kamis

82 13 8
                                    

"Gue dapat WA dari bunda, katanya ibu sama Bulan bakalan nginep dirumah. Lo mau langsung gue anter ke rumah Inka apa kerumah gue dulu?" tanya Juna, sambil melihat kearah Ase yang terlihat kesusahan mengaitkan helmnya.

Arjuna mendesah, kemudian mengambil alih pekerjaan Ase. Membuat perempuan itu secara reflek mendongak agar Arjuna dapat dengan mudah mengaitkan helmnya. Ase menelan ludahnya, dan Arjuna melihat itu.

Laki-laki itu terkekeh, "Lo gugup?" tanyanya, sambil memasang helm dikepalanya.

Ase terdiam, menatap kearah Juna, kemudian mengalihkan pandangannya lagi menatap kearah lain. Melihat tingkah perempuannya itu, Arjuna kembali terkekeh.

"Ayo naik," Motor mulai berjalan, dan Ase mulai menghela nafasnya sambil berusaha untuk menormalkan detak jantungnya. Ase tak mengerti. Ia yang semula sangat membenci Juna, kenapa sekarang hatinya justru berkata lain?

"Kerumah Inka?"

"Iya."

•••

Matahari berdiri diatas sana dengan terik yang cukup menyengat. Sekarang tengah hari, tidak ada orang-orang yang berkenan untuk terpapar oleh sinar ultraviolet hari ini. Termasuk ikada girls. Mereka –kecuali Aseana, lebih memilih untuk rebahan diruang musik. Apalagi diruang musik ada ac nya, kan jadi semakin nikmat rebahan didalam sana. Dan juga, kunci ruang musik dipegang satu oleh Aseana, jadi mereka bisa lebih leluasa keluar-masuk keruang musik.

Ini jam istirahat. Sebagian murid SanV, memilih untuk meluncur menuju kantin dan jajan. Sebagian sisanya berdiam diri didalam kelas dan mengobrol.

Berbeda dari biasanya, kali ini Aseana terlihat didalam perpustakaan. Tidak diruang musik, di rooftop, bahkan di kantin! Perempuan itu lebih memilih duduk dipojok perpustakaan sambil membaca komik.

Tidak seperti Ase yang biasanya.

Untungnya ia duduk dipojokkan perpus, jadi setidaknya tidak akan ada murid-murid yang melihatnya.

"Bagaimana mungkin sang ratu lebih memilih berada ditempat antah berantah ketimbang duduk disinggasananya?" Aseana mendongak, saat mendengar suara seseorang.

"Gattanza?"

Laki-laki itu tersenyum, "Ase. Lo ngapain?"

"Baca."

"Gue ikut gabung ya?" tanyanya seraya mulai menduduki kursi kosong didepan Ase.

"Lo ngapain?"

Gattanza mengernyit, kemudian, "Duduk."

"Engga, maksud gue lo ngapain disini?"

"Duduk?"

Ase menghela nafasnya, "Lo ngapain di perpus?"

"Oh, gue sering kali se, kesini. Malahan setiap jam istirahat gue ada disini, dan duduk persis ditempat yang sekarang lo dudukin." katanya.

Aseana mengangguk kemudian mulai membaca komiknya kembali.

"Lo suka komik?" Ase mengangguk.

Selang beberapa menit, mereka terlihat hanyut oleh bacaannya masing-masing. Gattanza dengan bukunya, dan Ase dengan komiknya. Tidak ada percakapan sama sekali, hingga akhirnya..

"Se," Aseana menoleh, lalu natap kearah Gattanza. "Gue bacain kata-kata yang baru aja gue dapet dari buku ini ya?" katanya sambil menunjuk buku yang ada digenggamannya.

Sastra.

Aseana mengangguk.

"Banyak perubahan kala itu. Ada pula yang hilang –nanti ku beri tahu padamu. Salam rindu hari Senin, dariku hari Kamis."

[00L // 01] Aseana | Shuhua YehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang