15.Pameran lukisan

3.8K 314 5
                                    

Happy reading!!

****

Langit siang yang biru,cukuplah indah dengan tambahan awan-awan yang menggumpal layaknya permen kapas bewarna putih,matahari pun seakan tidak kenal lelah,kokoh di atas sana dengan keadaan yang cukup membuat siapa saja kepanasan.

Ketika Jalan sedang sibuk-sibuk nya,Motor scoopy milik kenzoe malah terpakir sempurna di pekarangan panti,ia terburu-buru dengan membawa sebuah amplop berpita biru di tangannya.

"Zaaaaa"

"Khanzaaaaa" teriak kenzoe mencari-cari keberadaan khanza.

"Ada apa zoe,teriak-teriak kasian anak-anak baru aja tidur" bunda Aan yang kebetulan berada di taman belakang menyaut.

"Khanza mana bunda?"bukannya menjawab pertanyaan bunda Aan,kenzoe justru bertanya di mana keberadaan khanza.

"Ada di belakang,lagi ngelukis"

"Ok,kenzoe kesana dulu,bunda juga ikut" kenzoe segera berlari kecil ke arah taman belakang,tempat di mana khanza menghabiskan waktu untuk melukis.

"Zaaa" kenzoe berdiri dengan nafas ngos-ngosan,yang mendapat tatapan aneh dari khanza.

"Abang punya ini buat kamu" kenzoe menyerahkah bawaanya kepada khanza,lalu ia duduk di kursi panjang dekat khanza.

Melihat wajah bingung khanza yang membuka isi amplop,kenzoe menjelaskan tanpa perlu di minta.

"Kamu ingat bapak seniman yang waktu itu ngelirik lukisan kamu,pas pameran di bandung?"

Khanza mengangguk tidak yakin,ia lupa-lupa ingat,kejadian yang terjadi beberapa tahun lalu.

"Abang lupa nama bapak nya,tapi tadi beliau samperin abang ke caffe,dan ngasih undangan ini secara pribadi ke kamu,beliau bilang seuatu kehormatan kalau beberapa koleksi lukisan kamu bisa di pajang di pagelaran lukisan yang diaadakan" kenzoe diam sebentar ia mengambil banyak-bsnyak nafas sebelum melanjutkan.

"Kamu mau kan?? Maksud abang,kamu bersediakan pajang beberapa koleksi lukisan kamu?ini kesempatan kamu untuk maju zaa"kenzoe menatap bunda Aan yang sedari tadi hanya diam.

"Kenzoe bener kan bunda? Bukannya apa-apa kenzoe hanya mau khanza bisa keluar dari zona nyamannya dia,kenzoe mau bakat khanza bisa di kenal lebih luas,orang yang punya keterbatasan fisik juga bisa berkarya".

"Gimana zaa? Kamu mau?" Tanya bunda Aan..

"Abang yakin khanza bisa?"

Kenzoe dengan segera mengangguk,"kamu nggak perlu ngapa-ngapain,kalau emang kamu nggak nyaman ketemu sama banyak orang,kamu cukup kasih izin untuk abang ngantar beberapa koleksi kamu ke sana"

"Terserah abang aja,zaa ikut semua kata abang".

Kenzoe tersenyum puas, "abang yakin lukisan kamu pasti banyak yang naksir".

"Oh iya acaranya minggu depan,kamu harus datang setidaknya sebagai pengunjung"

"Abang".

Kenzoe menaikkan sebelah alisnya bertanya ada apa.

"Perempuan itu? Apa abang masih nyimpan perasaan ke dia?".

****

Azka tiba di panti,sesuai dengan permintaan khanza,hari minggu pukul tiga sore.
Azka datang seorang diri dengan menaiki bis,entah kenapa akhir-akhir ini azka lebih sering menggunakan bis,seperti bisa lebih leluasa untuk menatap wajah khanza,tanpa harus membagi fokus dengan jalanan di depan.

"Heh bocah"

Azka tidak menyaut,ia langsung masuk dan duduk di salah satu kursi teras panti,sudah pasti yang memanggil nya itu kenzoe manusia menyebalkan setelah sang kaka.

"Gue manggil lo ya"

"Apa?" Tanya azka dengan wajah memalas.

Kenzoe mantap nya dengan wajah serius,beda dari tatapannya di awal tadi.

"Gue boleh minta sesuatu?"

Yang di tatap serius pun berubah ekpresi,azka hanya mengangguk,karena jarang melihat kenzoe seserius sekarang.

"Gue boleh minta no alisya?"

"Hah? Kak sya? Buat apa?"

Kenzoe menghela nafasnya ia tidak mungkin menceritakan kisah sad ending nya pada azka yang ada azka akan tertawa keras.

"Penting,dia kan disigner nah temen abang mau nikah dia tertarik sama karya-karya aslisya,jadi sebagai orang yang kenal dengan dia melalui lo,gue tolongin,gimana boleh?" Kenzoe memang juara dalam bohong berbohong,buktinya ia bisa mencari alasan tanpa membuat azka curiga sama sekali,dan dengan senang hati memberikan no ponsel kaka nya.

"Makasih" kenzoe tersenyum "hati-hati ya bawa khanza,abang pamit dulu".

*****

Lorong luas tempat di adakannya pameran lukisan terlihat dengan banyaknya pengunjung,dari berbagai generasi.

Khanza sendiri berjalan bersisihan dengan azka yang tidak melepaskan genggamannya sedikitpun.

"Bagus-bagus ya" azka menoleh ke arah khanza,memberikan senyum yang manis...

"Apa yang membuat lo berada di dunia seni ini za? Gue tahu nggak semua orang punya bakat dalam hal menggambar,hanya orang-orang spesial yang memiliki tangan ajaib".

Khanza terlihat berfikir sebentar,ia mengeluarkan ponselnya untuk mengetik.

"Aku pernah merasa kalau aku terlalu menyedihkan,hidup tanpa orang tua,kesepian,seolah-olah aku hanya seenggok manusia yang nggak bisa ngapa-ngapain,

"Ketika kecil bunda Aan menyekolahkan ku di sekolah biasa,disitulah mulanya aku merasa buruk,nggak ada yang mau menjadi teman ku,mereka bilang aku hanya patung yang nggak bisa mengeluarkan suara,

"Hal itu berlanjut terus sampai aku memasuki kelas dua sekolah menangah pertama,dan seorang guru seni mengajarkan ku tentang lukisan" khanza tersenyum,berhenti tepat di sebuah lukisa yang menggambarkan jalanan malam dengan bus bewarna biru sebagai objek utamanya.

"Beliau bilang,ekpresikan kesedihan mu dalam sebuah lukisan,hanya agar akulah yang mengerti,dan orang-orang yang memang paham tentang seni lukis,dan itu terbukti aku merasa lebih baik jika emosial ku di aduk-aduk dan aku hanya bisa lari ke dalam sebuah karya".

"Itu kita" azka mengusap sebuah bayangan dua anak manusia dalam bus,lelaki dengan masker dan perempuan denan dress putih.

"Benar kan?"

Khanza mengangguk,lukisan itu khanza buat sehari sebelum karya-karya nya di bawa ke sini oleh kenzoe.

Sebuah karya yang dapat mengenang pertemu pertama kali di antara mereka.

"Terimakasih sudah hadir"

Khanza tersenyum,menatap azka yang kini terfokus pada lukisan di depan mereka.

"Seharusnya aku yang ngomong begitu,bukan kamu"batin khanza.

To be continue.

Aceh/9/06/20
R

evisi7/11/21

KHANZA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang