Exstra part II

5.6K 249 22
                                    


---Happy reading---

Hidup memang tidak melulu tentang kebagiaan,meski yang di perlihatkan hanya tentang kabar-kabar bahagia,namun sejatinya hidup akan selalu berdampingan dengan sebuah masalah,baik itu kecil atau besar.

Seperti kata banyak orang kehidupan itu adalah sebuah perjalanan,dan di perjalanan menuju titik akhir,kalian akan menemukan banyak hal,kerikil-kerikil kecil,tersesat,salah langkah atau di hadapkan pada jurang yang curam.
Namun ketika kalian menjumpai itu semua,kalian harus pinter mencari jalan keluar,karna semua masalah akan ada jalan keluarnya,jika kalian berusaha.

Begitupula dengan kehidupan keluarga kecil azka,tidak ada rumah tangga tanpa kecekcokan, azka telah mengalaminya,namun di antara dua orang,salah satunya harus ada yang mengalah bukan?.

Jika api di balas pula dengan api,maka akan hancur.
Tapi beda ceritanya jika api di siram air,semua akan baik-baik saja.

Watak azka yang keras kepala,sering membuat khanza sedikit mengalah,ia tidak mau memperkeruh keadaan.

Kini usia pernikahan mereka sudah mencapai pada angka 15 tahun,keduanya sudah sama-sama menua. Azka membuktikan ucapan nya,kini mereka sedang menikmati masa tua dengan kedua buah hati nya, si sulung sekarang berumur 14 thun,umur-umur yang memasuki angka remaja. Azka harus mengawasi nya lebih ketat agar tidak salangkah.

Si sulung tampan,mewarisi gen sang ayah,dengan tinggi di atas rata-rata remaja lain nya,dengan senyum yang memikat, azka memberinya nama Ezra arsha rahadi. Satu yang khanza syukuri anak pertamanya ini sama sekali tidak menuruni faktor genetik yang khanza alami,ezra terlahir sempurna tanpa cacat.

Namun khanza harus menerima jika gen genetik milik nya menurun pada buah hati mereka yang kini berumur 10 tabun. Sekilas perempuan cantik itu tanpak sempurna,sama seperti anak-anak pada umumnya,namun keterbatasan nya hanya pada pendengaran. Gadis kecil yang amat azka sayangi itu diberi nama Aida Azzahra rahadi. Aida cantik dengan rambut yang sedikit keriting. Pipi chubby dengan lesung pipi,persis saang mama.

Memiliki keterbatasan pada pendengaran membuat aya sering di kucilkan teman-teman tetangganya, namun sedari dini khanza sudah mengajarkan pada anak nya,jika aida tidak boleh menjadi pribadi yang pendendam.

Sifat anak tercermin bagaimana sifat orang tuanya, cara mereka mendidik,maka dari itu azka dan khanza mendidik anak mereka dengan sebaik-sebaik nya.

Sore menjelang malam,khanza terlihat mondar-mandir di depan pintu utama,sesekali matanya meliri ke arah jam yang terpajang. Sudah hampir magrib namun ezra belum juga pulang. Suara deru mobil yang masuk bagasi membuat khanza menoleh.

"Mas. Ezra belum pulang".

Azka memgernyitkan dahinya "nggak seperti biasanya. Kamu udah coba hubungi?"

Khanza mengangguk.

"Lima menit dia ngak pulang,kita cariiin. Ok. Kamu tenang dulu, aida mana?" Azka melihat ke sekeliling ruang tamu,biasnya gadia kcil mereka duduk manis di depan tv.menonton acara kartun favorite nya.

"Aida di kamar,lagi belajar mendalami bahasa isyarat. Dia pengen hafal,biar pas di rumah bisa ngomong bahasa isyarat sama aku".

Selama hampir sepuluh tahun Aida mendengar dengan bantuan alat,dan sekarang ia sudah hafal bahasa isyarat. Di bantu ezra juga khanza.

Azka tersenyum,dia terharu. Menikahi khanza mungkin sehuah anugrah. Azka tak pernah malu mengajak khanza ke acara rekan-rekan bisnis nya. Meskipun berakhir dengan kekesalan. Karna sering kali khanza menjadi pusat perhatian. Karna kecantikannya.

"Asslamuailaikum".

Keduanya menoleh,ezra datang dengan santainya. Masuk setelah menaruh sepatu bola di rak depan. Rambutnya di basahi keringat, baju nya kotor sebagian.

"Kamu habis dari mana bang? Jam segini baru pulang?" Azka bertanya dengan santai namun  tegas.

"Main bola yah. Sama temen-temen, azka mau pulang cepat tadi,cuman ada masalah" lelaki itu sedikit menunduk,tak berani menatap wajah ayahnya.

"Masalah apa?"

"Ada yang ngatain  mama. Mereka nantangin main bola,kalau aku menang mereka ngak akan  ngatain mama lagi". Ujar ezra pelan.

Azka menghela nafasnya,beda dengan khanza yang memeluk anak sulungnya itu dengan lembut "lain kali jangan di ladenin,kalau kamu ladenin mereka. Itu berati kamu sama aja kayak mereka". Ezra mendogak,menatap mata wanita yang telah melahirkan nya kedunia ini.

Dia bukan tipe orang yang suka pertengkraan.namun jika nama mamanya di bawa-bawa ezra tidak akan diam "ma. Ezra ngak suka mereka ngatain kekurangan mama. Mereka ngak tau,kalau satu kekeurangan mama bisa di tutupin dengan seribu kebaikan mama".

Dengan penuh kasih sayang,khanza mengusap rambut ezra yang basah "kamu ssyang mama kan?".

Ezra mengangguk.

"Janji ini yang terakhir bikin mama khawatir. Besok-besok kalau ada yang ngatain mama lagi. Abaikan aja".

Ezra mengangguk,ia memeluk mamanya itu "mama terbaik.pantas saja ayah tergila-gila sama mama".

Terdengan nada decakan dari arah belakang "ayah lagi marah,gak usah ngelawak".

"Iya yah. Lagian cita-cita ezra jadi pilot,bukan pelawak"  ujar nya santai. Lalu beranjak pergi.

"Anak kamu tuh. Nyeselin". Umpat azka.

"Persis kayak kamu".

Lagi-lagi azka berdecak, ia sih. Khanza tidak salah. Ezra cerminan dirinya belasan tahun yang lalu..

****

Meja makan kediam azka ramai,di mulai dengan aida yang sibuk menguyak sambil di pakaikan sepatu oleh mbok nami, perempuan paruh baya yang sudah bekerja dengan azka ketika ezra lahir, sengaja. Biar khanza tidak terlalu lelah.

Ezra sendiri sedang berdebat dengan ayahnya,.

"Ngak bisa gitu dong yah,ezra udah ngomong ke gurunya kalau ezra bakal ikut" kekeuh ezra.

"Salah kamu sendiri,dimana-mana izin dulu sama orang tua baru ngomong ikut ke guru"

"Tapi yahh" wajah ezra berubah memalas.

"Ayah ada urusan ke luar kota untuk tiga hari,kalau kamu ikutan camping,bunda sama aida siapa yang jagaiin?" Azka mengelurkan jurusnya. Karna ia tau ezra paling tidak tega jika sudah menyangkut sang mama.

"Iya deh,ezra ngak ikut"

"Kamu ikut ajaa,bunda di rumah ngak sendirian kok,ada mbok nami sama aida,sesekali kamu juga harus gabung sama temen-temen kamu"

Azka tidak setuju ia ingin protes namun delikan Khanza membuat nya urung.

"Yasudah, kamu boleh pergi"

Wajah suram Ezra kembali cerah, ia mendekati perempuan yang telah melahirkan nya itu.

"Bunda terhebat" lelaki yang kini lebih tinggi dari khanza memeluk tubuh kecil khanza. "Ezra saayang bunda"

"Aida juga sayang bunda" gadis dengan ramnut keriting itu ikut memeluk khanza.

"Apa lagi ayah,selalu sama ngak pernah berubah,sampai kapanpun" tambah azka namun lelaki itu tidak ikut memeluk istri dan anaknya,ia lebih memelih melanjutkan sarapannya.

"Ayah berangkat dulu,ezra sama aida di antar pak rahmat" azka bangkit,ia mengecup puncuk kepala istrinya. "Sayang aku berangkat ya"

"Lebay" seru ezra dan aida melohat tingkah konyol ayahnya yang tidak pernah berubah.

__sampai jumpa di cerita lainnya__

Hallo semuanya. Apa kabar??
Sebenarnya ini draft lama yang aku baru sadar kalau ada extrapart belum ke post😂😂 sadar nya tiga tahun kemudian lagi😭  maafin yak.🙏🙏

See you babay readers-readers aku, ketemu lagi di judul yang baru ya.

Salam dari author yang suka typo.

Aceh20/11/20
3

1-des-23

KHANZA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang