18.Yang tak terlihat

3.4K 269 1
                                    

Happy reading
______


Dalam hidupnya Azka sama sekali nggak pernah berfikir akan memiliki pacar,dimana dulu dia beranggapan bahwa pacaran hanya akan menyusahkan diri sendiri,harus sering kasih kabar,jadi ojek dadakan,ngilang sebentar harus minta maaf,bahkan mau sekedar nongkrong bareng temanpun harus minta izin,menyebalkan bukan.

Tapi semenjak kenal kenal Khanza,Azka seakan lupa pada prinsip-prinsip nya dulu,lagipula Khanza juga bukan tipe perempuan yang bergantung pada dirinya,terbukti dari dua bulan kedekatakan mereka,Khanza jarang menghubunginya duluan, Khanza juga jarang meminta Azka untuk mengantar nya pergi ke suatu tempat,perempuan itu mandiri dengan keterbatasannya pada berbicara.

Itu yang membuat Azka berfikir jika khanza sangat cocok dengan kepribadian Azka,bahkan Azka sudah berfikir panjang jika nanti dirinya lulus dan memiliki pekerjaan tetap ia akan segera membawa Khanza ke jenjang yang lebih serius.

Membayangkannya saja sudah membuat Azka terkekeh geli,baru sehari hubungan mereka resmi namun Azka sudah berfikir terlalu jauh,masih lekat di kepala Azka gimana wajah memerah Khanza ketika tangan keduanya bertautan,berjalan pelan menuju panti dengan perasaan saling berbunga-bunga,Azka Rasa ia benar-benar sudah gila segitu besarnya pengaruh Khanza untuk dirinya.

Ketiga teman Azka yang duduk di depannya saling melirik takut, pasalnya Azka sedari tadi terus tersenyum kecil dengan tatapan lurus ke depan.

"Perlu gue panggilan ambulance?"Seno membuka suara,matanya tertuju pada Azka,yang kini berdehem lalu menatap satu persatu temanya.

"Siapa yang jatuh?".

"Elo lah siapa lagi"seru Arief dan Raka berbarengan.

"Kok gue? I'am fine"

"Sekarep mu i'am fine dari tadi elu senyam senyum sendiri kan kita-kita ngeri ya,takut nya Lo kemasukan arwah"sindir Seno tajam.

Lagi-lagi Azka hanya memarkan senyum cengengesnya,merasa bodo amat sama tanggapan ketiga cecurut di depannya.

"Jadian kali sama Khanza makanya bahagia banget"tutur Arief asal namun berhasil membuat tawa Azka pecah.

"OHH PANTESAANN"

"Siapa yang jadian?" Kehadiran Marissa yang tiba-tiba membuat meja keempat cowo itu seketika kaget.

Seno melirik sebentar namun ia memilih kembali fokus pada makanan "Azka sama Khanza" ujar nya.

Wajah Marrisa berseri biarpun yang di tampilkan hanya sebuah kepalsuan "widihhhhh dapet traktiran dong ya"

"Nah itu diaaa keanapa nggak kepikiran ya dari tadi"sontak Arief berdiri dengan semangat.

"Gimana-gimana traktiran nggak nih"ujar Raka ikut-ikutan.

"Besok aja gimana,gue ada janji sama dosen pembimbing"

Wajah mereka seketika berubah masam "yaudah deh besok ya besok loh itu jangan pura-pura lupa ntar"teriak Arief ketika Azka akan berdiri untuk pamit pergi.

"Ikut dong Ka"Seno memilih bangkit mengikuti langkah kaki Azka,meninggalkan Marissa dengan raut wajah bingung.

"Seno kenapa?" Tanyanya pada dua manusia tersisa.

Arief dan Raka kompak megendikkan bahunya "kan Lo lagi Deket sama dia, harusnya Lo tahu dong"

"Kita duluan ya"

Marrisa kini sendirian menatap gelas-gelas kosong di depannya,senyum miris tiba-tiba muncul di bibir nya "aneh kemaren sok-sokan peduli,giliran bener-bener butuh malah acuh" gerutunya pada bungkus rokok milik Seno yang tertinggal.

KHANZA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang