23.Bus bewarna biru tua

2.7K 225 3
                                    

Happy reading..


"Mati total?"

Lelaki itu mengangguk kecil "maaf ya zaa ini motor jarang ngambek sekalinya ngambek malah libatin kamu" matanya menatap tidak enak ke arah Khanza, meskipun Azka tau perempuan itu tidak akan marah apa lagi kesal hanya karena hal sepele.

"Dorong aja,aku bantu,disekitar sini nyari bengkel jauh" usul Khanza.

Azka tidak langsung menyahut ia lebih dulu memeriksa sekali lagi mencoba starter namun tetap juga enggan menyala "aku aja yang dorong kamu jalan di sisi aku" mau tidak mau Azka mendorong pelan motor Vespa metic pink milik alisya di ikuti Khanza yang menemani nya di sisi kiri.

"Bodoh"

Khanza menoleh satu alisnya naik "siapa?

"Yaakulah siapa lagi" lelaki itu nyengir lantas berdiri mengeluarkan ponsel nya dari saku mencoba menghubungi orang bengkel langganan papanya.

Khanza hanya mengamati bagaimana cara azka meminta tolong,lelaki itu tidak pernah melupakan kata 'tolong' di setiap kata ketika ingin meminta bantuan orang,hal-hal kecil seperti itu membuat Khanza kembali jatuh dalam pesona seorang Azka.

"Udah,yuk kita ke halte,aku udah minta tolong pak Maman buat ambil ini motor,lagian kalau dorong sampe ke panti yang ada kamu cape"

"Kenapa aku? Kan yang dorong kamu?"

"Ya kamu kan juga harus jalan kaki,selama ada aku,nggak akan kamu aku biarin kecapean"

Khanza terkekeh tanpa suara,tangannya yang menggantung Azka genggam keduanya berjalan pelan menuju halte terdekat dengan suara kendaraan di jalan sebagai backsound,Khanza berfikir ini cukup romantis ia sering melihat adegan begini di drama Korea.

"Bus nya mungkin akan lama,kita duduk dulu ya" Azka menyapu bangku halte sebelum Khanza duduk di sebelah nya ia tersenyum "mau kopi?"

Perempuan itu menggeleng,merebahkan kepalanya pada pundak Azka menatap jalanan yang semakin ramai.

"Kamu capek?"

Khanza menggeleng,tatapannya jatuh pada tangannya yang masih Azka genggam.
Cukup lama keduanya duduk dalam keterdiaman,dengan fikiran berbeda Khanza dengan hubungannya kini dan Azka dengan sidang Minggu depan semoga ia lulus tanpa revisian lagi.

Bunyi klakson bus menyadarkan keduanya,Azka berdiri menggandeng Khanza untuk masuk membiarkan Khanza duduk di salah satu spot favoritnya,dekat jendela.

Suasana bus cukup sepi hanya ada mereka dan beberapa orang di bangku depan dan belakang.

"Zaaa" panggilnya pelan ia menoleh menyapu rambut Khanza yang menutupi mata. "Kamu tahu nggak? Dari sini bus ini berjalan ke sebuah halte di mana ketika itu kamu tiba-tiba muncul"

Dalam diam Khanza mendengarkan ia menyimak setiap kata yang akan Azka lontarkan.

"Malam itu kamu naik dengan tergesa,raut wajah kamu gelisah,apa lagi ketika bus semakin ramai dan sesak,kamu terlihat ketakutan,malam itu kita ketemu untuk pertama kalinya"

"Kamu percaya kalau aku bilang malam itu juga aku jatuh hati sama senyum kamu yang meneduhkan?"

Khanza mendogak menatap dalam binar manik Azka,lalu gadis itu menggeleng. Menimbulkan kekehan Azka.

"Kenapa? Aku jujur loh"

"Karena aku tahu aku nggak pantas untuk sukai bahkan oleh seseorang yang sempurna seperti kamu"

Azka mengetupkan bibir nya ia menggeleng "no. Kamu itu sempurna,kekurangan itu tidak menjadikan kamu terlihat berbeda,aku jatuh hati ketika untuk pertama kalinya kamu memanikan jemari kamu ini" Azka mengangkat tangan mereka yang bertautan.

"Aku harap genggaman ini nggak akan pernah terlepas,aku harap kita akan selalu seperti ini berdua selamanya,dan kalaupun tuhan nggak mengizinkan semoga aku yang lebih dulu pergi"

Tautan tangan itu terlepas "dan membiarkan aku kehilangan lagi?"

"Aku pernah merasakan bagaimana di buang dan tidak di inginkan,semoga tuhan juga nggak mengizinkan aku merasakan kehilangan yang lebih menyakitkan"

Azka terkejut ketika melihat Khanza mengusap ujung matanya "hey jangan nangis,untuk saat ini kita masih sama-sama" lelaki itu merengkuh kedua pipi Khanza,menatapnya lama.

"Janji untuk nggak ninggalin aku ya"

Khanza hanya bisa mengangguk,dalam hati gadis itu hanya berdoa semoga tuhan membiarkan dirinya bahagia kali ini

*••••••*

Bus bewarna biru tua itu berhenti tepat di halte berikutnya,halte terdekat dengan jalan menuju panti asuhan,genggaman tangan Azka belum juga terlepas mereka masih berdiri di halte menatap bus itu yang kembali melaju pelan meninggalkan halte menuju halte berikutnya.

Sebelah tangan Azka terangkat melambai pada bus biru tua yang kini sudah mengecil di pandangan.

"Bus biru tua itu saksi dimana kita pertama kali ketemu,kalau aku nggak hobi naik bus,dan malam itu kamu milih nunggu bus yang sepi mungkin kita nggak akan di sini,berdiri,berdua dengan tangan yang saling menggenggam"

Khanza tersenyum kecil,langkah nya maju mengikuti langkah kaki Azka melewati taman lalu berbelok ke arah jalan menuju panti.

"Kamu bahagia zaa?"

Gadis itu mendogak ia mengangkat tangannya yang masih Azka genggam "kalau egga,mungkin udah dari tadi aku lepasin genggaman ini"

Azka terkekeh,kemudian ia kembali bersuara "mau denger sesuatu?"

Alis Khanza terangkat satu,menunggu apa yang akan Azka katakan.

"Mungkin suara aku nggak akan sebagus penyanyi aslinya,tapi cukup kok untuk bikin kamu makin sayang sama aku"

Tidak menjawab,Khanza memilih memukul pelan lengan Azka "omongan kamu makin hari makin receh"

Azka tergelak untuk beberapa saat, langkahnya berhenti,ia kembali meraih tangan khanza memberi jarak meskipun tangannya masih memegang erat jemari Khanza ia tersenyum dengan begitu lebar,lalu sepenggal lagu ia nyanyikan.

🎶Ketemukan arti cinta di waktu hidup dengan mu yang tak terduga.
Bila waktu izinkan kita menua bersama,Dimata ku indahmu tetaplah sama.

🎶Bagaimana bisa aku jatuh cinta,
Berulang kali,berulang kali pada orang yang sama🎶

Perempuan itu tersentak dari lamunannya ketika Azka memberikannya sebuah pelukan yang erat,dalam keterdiaman itu Khanza bisa merasakan dagu Azka yang berada pada puncak kepalanya,ia tersenyum kecil,ketika sadar bahwa gadis tunawicara ini juga bisa di cintai sebegitu tulus oleh orang yang sempurna.


T

o be continue.

Aceh 13/07/20

Revisi20/02/22

KHANZA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang