Hujan turun sangat deras ketika cahaya senter saling bersahutan membentuk bayang didinding sekolah belum lagi bau anyir darah yang langsung menyeruak kepermukaan semakin menambah kesan horor.
Lima orang anak laki-laki keluar dari dalam lab kimia penuh keringat dan wajah pucat pasi terus waspada dengan dentingan jam yang sebentar lagi menuju jarum panjang tepat ke angka 12 malam.
"Udah banyak korban yang mati gara-gara nggak berhasil nemuin kunci dan malah pengen kabur dari sini !" rutuk anak laki-laki tersebut.
"Game sialan!"
"Sebentar lagi tepat pukul 12 malam kalau kita nggak gercepat kita korban selanjutnya" sahut yang lainnya tak kalah kesal.
Sudah banyak mayat yang mereka jumpai disetiap ruangan,kamar mandi,perpustakaan dan tempat lainnya yang kemungkinan akan menjadi akhir hidup mereka malam ini.
"Jangan banyak ngeluh kita hanya perlu cari kunci itu" satu diantara lain memberi harapan tapi tetap saja empat lainnya sudah mengeluh.
"Peta itu nggak nunjukin jalan keluar!"
Mereka menyusuri anak tangga teratas karena lampu padam segala fasilitas yang bisa membantu seperti lift kini tak punya fungsi lagi.
Brakk!
Kelima anak itu langsung mematikan senter masing-masing saat bunyi aneh itu menunjukan keberadaan seseorang.
"Lo pada yakin itu manusia?" tanya salah satu diantara mereka,matanya sudah sayu karena menahan kantuk.
"Sekarang kita harus pergi dari sekolah ini gue nggak mau mati sia"
"Jaehyun! Lo mau mati?" temannya yang bernama Lucas itu menatap tajam kearahnya tapi sayang Jaehyun tidak mengindahkan peringatan darinya.
Jaehyun berlari menuju lantai satu dimana disana adalah ruang utama ada jalan keluar.
Saat langkahnya hampir sampai sesuatu melintas didepan pintu. Wajahnya tak lagi takut dia hanya ingin keluar dari permainan aneh ini.
"Lo nggak bisa cegah gue pergi dari sini!" teriak Jaehyun keras tapi ruangan itu menelan sia suaranya hingga tak ada yang mendengar.
"Permainan ini belum selesai jika ingin hidup ikuti permainanya jika ingin tau bagaimana ending semua ini"
Ketakutan merayap disekujur tubuh Jaehyun tak kala suara itu datang entah dari mana.
"PENGECUT!" makinya pada ruangan kosong itu.
"Lucas,Taeil,Mark,Winwin! Kalian kemana?"
Tak ada yang menyahut kecuali sebilah pisau yang menancap tiba-tiba dipunggungnya bagai di terjang ombak berkali-kali tubuh Jaehyun ambruk kelantai. Cairan merah itu mengalir perlahan dari bahunya tanpa henti.
Dia berusaha bangkit,tapi lagi-lagi sesuatu menyerangnya lebih dulu entah dari arah mana sebuah anak panah meleset mengores pipinya menarik habis kulit putih laki-laki itu.
Brukk!
Sesuatu jatuh dari lantai atas menghantam lantai keramik yang kini penuh dengan darah bukan satu melainkan dua sosok yang tergeletak meregang nyawa.
"Kamu hanya punya waktu dua menit untuk meminta permohonan mati atau ingin bertahan disini?"
Suara itu lagi-lagi terdengar,Jaehyun hampir kehilangan setengah kesadarannya. Luka diwajah terasa kebas apalagi punggungnya.
Jaehyun tidak pernah meminta untuk datang ketempat ini kalau bukan karena undangan itu dan tentu sebuah hadiah besar tapi nyatanya dia mendapatkan kemalangan ini menatap dua sosok temannya Mark dan Taeil yang merupakan korban kesialan misi ini.
"Kamu membuang waktu cepat katakan!" tuntut suara itu lagi,Jaehyun merutuk dalam hati dan memikirkan jawabanya.
"Mati!" teriakanya nyaring.
"Baiklah terkabul" suara itu berakhir dengan sangat tenang membuat Jaehyun kini waspada sampai akhirnya lampu ruangan itu hidup menampilkan anak-anak yang menjadi korban malam ini nyaris berhamburan disetiap sudut.
Tepat saat itu Jaehyun tersenyum tanpa arti dan pandangannya mulai mengabur dia telah kehilangan semuanya termasuk teman dan hidupnya sendiri.
🕛
"Lo gila cerita itu bohong" sungut Jeno yang sibuk mengotak atik laptopnya setelah Haechan menceritakan kisah yang telah terjadi tiga tahun yang lalu.
Haechan melirik sinis kearah sahabatnya dia rasa cerita itu benar-benar terjadi.
"Renjun lo percaya sama gue kan?" Haechan meminta pembelaan pada Renjun yang duduk bersebelahan dengan Jeno.
"Nggak tau" jawabnya tak acuh.
Haechan menyerah kali ini teman-temanya tidak akan percaya pada hal seperti itu,dia pun menghampiri Jisung dipojok ruangan yang sibuk bermain game.
Ruangan berukuran 4 x 4 m² itu kembali lengang karena kesibukan masing-masing sampai Jaemin masuk dengan tergesa-gesa.
"Eh lo pada tau nggak?" tanyanya dengan satu tarikan napas. Mereka menatap Jaemin dengan sebuah tanda tanya.
"Cepat ngomong. Jangan buat wujud lo itu jadi orang nggak berguna sekarang" rutuk Jeno dengan wajah datarnya.
"Ok ok! Kalian tau sekolah yang ditutup itu dibuka lagi tahun ini"
"Serius lo?" tanya Haechan antusias lalu melirik Jeno." Lihat noh! Cerita gue bener pasti ada kaitannya sampai sekolah entuh ditutup "
"Ya mungkin aja,gue rasa begitu tapi percaya yang bisa sekolah disitu bukan sembarang orang" lanjut Jaemin lagi.
"Kayaknya ada kaitan deh antara cerita Haechan dengan penutupan sekolah itu. Tapi kok sekarang dibuka lagi?" Renjun ikut bertanya tetapi Jaemin mengangkat bahu tak tau.
"Lo pada percaya sama cerita itu? Kalian sama saja kayak orang orang bodoh disana " Jeno menutup laptopnya dan berlalu pergi dari ruangan itu.
"Kenapa sama kak Jeno jadi aneh kayak gitu?" tanya Jisung.
"Nggak tau. Dia buat gue kesel hari ini" sungut Haechan.
Ditempat lain Jeno meremas kuat laptop digenggamannya.
"Maafin gue,tapi kalian harus tau gue udah dapat undangan misterius itu dan gue nggak mau melibatkan kalian."
Permainan itu akan segera dimulai
*
Udah di revisi
Kali ini aku kembali dengan cerita menantang untuk kalian semua.
Dan author yang sangat mencintai bias-biasnya ini kembali dengan menghadirkan NCT Dream yang collab bareng anak-anak TXT so vote dan commend!
Part TXT entar ye:)
Salam Isuslandak
KAMU SEDANG MEMBACA
Cam Dormitory | Nct.Txt ✔
Mistero / Thrillerjika kamu menemukan sebuah surat undangan maka kamu adalah orang yang terpilih untuk menentukan takdir semua orang,hidup atau mati. tidak ada yang tau bagaimana nasib anak-anak yang gagal menyelesaikan misi dan permainan aneh disekolah itu.Ada or...