24

289 56 6
                                    

     Direktur Han menutup tirai jendela ruangannya dengan emosi, matanya menajam. Pagi ini terjadi bentrok antara para guru dan orang tua murid yang menginginkan anak-anak mereka segera dipulangkan sebelum terjadi hal aneh yang membahayakan anak mereka. Semua berita tersebar luas di semua media bahkan wartawan rela menunggu dari subuh didepan gerbang sekolah hanya untuk mencari tau kebenarannya.

" Akan aku cari dalangnya" begitulah kata direktur sebelum keluar dari ruangan.

Langkah bijaksananya berhenti tepat didepan sebuah pintu bewarna cokelat, semua orang menantinya, dengan menarik nafas pelan dia membuka pintu itu.

Pertama yang dilihatnya adalah wajah seketaris Ahn yang  panik, laki - laki berusia 29 tahun itu menghampiri direktur Han.

" Tuan bagaimana ini?" bisiknya sangat pelan.

Direktur Han tersenyum tipis lalu memperhatikan lingkaran kursi dan meja yang sudah diduduki masing-masing direktur dari berbagai sekolah.

Wajah mereka sama sekali tidak bersahabat.

"Direktur Han, bagaimana ini? Mentri pendidikan meminta kita untuk membatalkan kompetisi ini" ujar salah satu direktur.

" Membatalkan? Bukankah ini akan segera selesai kita hanya menunggu sekolah mana yang paling unggul" ucap direktur dengan sangat tenang bahkan tanpa ketakutan.

" Maaf tuan Han, Anda begitu egois kompetisi ini untuk mengembangkan potensi siswa bukan memperlihatkan siapa yang paling unggul"

Berbagai argumen menentang mulai terdengar, untungnya ruangan itu kedap suara jadi siapapun tidak akan mendengar.

" Saya tidak egois—"

"-Lalu bagaimana dengan murid-murid anda yang tersiksa? Berita itu sudah tersebar artinya sekolah ini tidak patut dipertahankan apalagi dengan metode aneh yang anda buat disekolah ini"

Wajah direktur yang tampak tenang berubah keras " Yang menentukan semua ini adalah mentri pendidikan, kita lihat besok bagaimana keputusannya"

" Anda hanya mempertahankan sekolah Anda bukan murid Anda"

*

" Lele pucet banget, coba lo liat udah kayak mayat" celetuk Renjun yang malah membuat Jeno mengeplak kepalanya.

" Ngadi-ngadi, buruan curahin minyak kayu putih biar sadar gue males nyium bau obat"

" Iye-iye"

Renjun langsung menyurahkan minyak kayu putih kehidung Chenle hingga habis.gg

" Jen, emang nggak kepedesan ya dicurahin gitu, bukannya cuma disuruh hirup doang?"

" Ya lo kenapa curahin? Begok dipelihara"

Renjun menatap sinis lalu memikirkan siapa yang berani berbuat seperti ini.

"Jeno lo mending jujur aja lo pelakunyakan?" Renjun menunjuk Jeno dengan jari telunjuknya.

"Segitu kejamnya tampang gue sampai-sampai bisa dituduh sebagai pembunuh?"

"Tapi Jen, lo sejak Haechan cerita soal surat undangan itu lo kelihatan berubah" tuding Renjun.

" Emang lo engak? Lo juga berubah lo jadi suka asal nuduh" Jeno tak mau kalah, dia mengepalkan kedua tangannya disamping badan menahan emosi.

"Aku dimana, aku siapa?"

Sontak mereka berdua mengalihkan pandangan mendapati Chenle yang menatap mereka datar.

" Sejak kapan lo sadar?" tanya Renjun

Cam Dormitory | Nct.Txt ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang