Squel 1

922 92 6
                                    

**Sekarang gua bakalan bikin agak panjang dan mungkin banyak flash backnya buat nyeritain kisah mereka yang gua singkat - singkat sebelumnya. Selamat membaca**

Susana saat itu tenang. Hanya angin bersiul dan mendayung berirama yang bisa didengar. Sebuah wajah menjadi dingin ketika air mata mengering oleh angin. Irene hanya merasa kosong dan di temani adik nya Eunbi.

"Kalau saja aku bisa menetang keinginanmu, aku ingin berada di sisimu apa pun yang terjadi. Tuhan tolong lindungi dia dimana pun dia berada" doa Irene dalam hati sambil mengangkat kepalanya untuk melihat langit yang suram, mengulangi doanya berulang-ulang. Kedua tangan berpegangan erat pada liontin kupu-kupu yang tergantung di indah di leher jenjangnya.

"Nona, apakah lelaki muda itu kekasihmu? Kalian berdua cocok," tukang perahu tua itu bertanya dengan penuh simpati, ia teringat ketika dia melihat istrinya berduka.

Irene menundukkan kepalanya dengan sedih, berpikir pada dirinya sendiri.

"Kekasih ?! Kita bisa dianggap sebagai kekasih, bukan? Bukannya jika kami adalah sepasang kekasih harus nya kami melewati suka dan duka bersama"

Irene memberikan senyum tak berdaya kepada tukang perahu tua yang baik hati. Dia dengan lembut berseru.

"Tapi nasib kita tampaknya hanya sejauh ini."

"Oh, kamu harus berpisah? Pria muda itu perlu mengejar masa depannya sehingga dia memilih untuk mengesampingkan cinta? Hoho," kata tukang perahu tua itu dengan cara seolah-olah dia memahami seluruh situasi.

Dia melanjutkan, "Nona, jangan marah. Pria muda itu tampak sangat sedih ketika dia mengucapkan selamat tinggal. Saya dapat mengatakan dia bukan seseorang yang tidak memiliki kasih sayang. Ada pepatah lama, Sepuluh tahun perbuatan baik akan dapat dikendarai di kapal yang sama. Seratus tahun perbuatan baik akan saling tidur. Jika kalian ditakdirkan untuk bersama, tidak peduli seberapa jauh jaraknya, dewa surgawi yang akan mempertemukan kalian lagi dan kalian akan hidup bahagia selamanya. "

"Mungkin .." ucap Irene lembut, tidak tahu apakah dia percaya pada tukang perahu tua atau hanya untuk menghibur dirinya sendiri.

"Kamu harus hidup bahagia" Suara Wendy terdengar lagi di pikirannya

"Bagaimana bisa? Ya. Aku menginginkan kebahagiaan tetapi apa kebahagiaan bagiku? Terpisah darimu, aku bahkan tidak tahu apakah aku akan dapat menemukan kebahagiaan lagi."

Dia memandangi air yang beriak saat dia merenung. Hanya angin musim gugur yang bertiup dan dayung membuat cipratan kesepian. Hatinya tidak bisa membantu tetapi menghela nafas, "Aku sekarang melayang di atas perahu kecil ini. Di mana aku akan menemukan kebahagiaan? Mengapa kau tidak dapat melarikan diri denganku? Apakah itu karena posisimu di istana? Bisa kah kau menjadi egois. Seungwan, apakah benar nasib kita berakhir di sini ..? " dia meringkuk di bawah jubahnya, tenggelam dalam pikirannya.

Eunbi yang melihat kakaknya yang terlihat rapuh pun dengan pelan menggenggam tangan kakak nya dan menguatkan nya.

"Dia pasti kembali kak" ucap Eunbi membawa kakaknya kedalam pelukannya.

Perahu kecil itu melayang, akhirnya mencapai pantai seberang. Tukang perahu tua melompat ke dermaga untuk mengikat perahu "Nona, kami sudah tiba. Begitu kalian turun dari kapal, kursi sewaan kalian akan membawa Anda ke Pyongyang." Dia goyah saat bangun, merasa sedikit mabuk laut setelah menghabiskan berjam-jam di atas air.

"Ambil barang-barang kalian nona - nona. Bergembiralah, semuanya akan baik-baik saja," tukang perahu tua membantunya turun dan menyerahkan kopernya.

My Gisaeng (Wenrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang