Squel 3

628 84 13
                                    

Seunghyun beruntung hari itu karena mengantarkan barang ke rumah Kim Jisoo dan melewati sekolahan, dan dia bertemu dengan Jisoo yang membawa pria asing yang tak lain adalah Wendy sehingga dia bisa di terima di sekolah.

Seunghyun sangat sedih ketika dia ditolak oleh guru sebelumnya dan sering menyelinap masuk untuk belajar kapan pun dia lewat di sekolah itu.

Belajar melukis adalah ambisinya sehingga dia sangat senang bahwa dia diterima di kelas melukis dan memberi tahu ibunya Irene, tentang pertemuannya dengan Wendy dan Jisoo ketika dia kembali ke rumah.

"Bukankah guru di sana mengira bahwa kau terlalu muda sebelumnya?" Tanya Irene.

Seunghyun yang berpikir ibunya tidak menangkap apa yang dia katakan sehingga dia mengulangi seluruh cerita lagi dan mengklaim bahwa dia bisa seperti ayahnya sekarang.

Irene senang melihat kebahagiaan Seunghyun, tetapi dia juga sedikit teringat dengan  kebohongannya tentang ayahnya yang meninggal sebelum Seunghyun lahir dan dia tidak tahu harus menjawab apa ketika Seunghyun bertanya.

"Kau dimana Seungwan, lihat anakmu sangat bersemangat untuk melukis. Dia persis seperti mu. Aku harap kau sehat dan bisa melihat anakmu yang mulai tumbuh" air mata Irene terjatuh tanpa ia sadari

Kakek Bae membeli Seunghyun beberapa bahan gambar dari hasil menjual kue beras begitu dia mendengar Seunghyun diterima di sekolah.

Irene memberi tahu ayahnya bahwa dia tidak boleh memanjakan Seunghyun. Tapi Kakek Bae merasa malu karena Irene telah menggunakan tabungannya untuk membantu membangun rumah baru bagi saudara lelakinya dan sekarang dia menjadi penjahit untuk mendapatkan uang, jadi dia tidak keberatan menghabiskan sedikit uang yang dia hasilkan untuk Seunghyun.

Seunghyun dengan lembut membentangkan balok gambarnya dan meminta Irene untuk tetap diam karena dia ingin memasukkan Irene ke dalam kertas gambarnya menggunakan alat-alat barunya. Untuk sesaat, dia terjebak dalam ingatan. "Masuklah kedalam lukisanku Bae Joohyun." Pada suatu waktu, seseorang menatapnya dengan cara yang sama dan melukisnya di kertas gambar. Dia merasa telah kembali ke saat itu juga.

"Anak kita semakin mirip dengan mu. Aku merindukan mu Seungwan-ah"

**"****

Malam itu, di Green Willow Villa, sebuah pesta makan malam diadakan di samping kolam teratai. Saat makan malam, Wendy yang penasaran menanyakan alasan di balik keinginan Jisoo untuk memberikan pendidikan gratis kepada orang miskin.

"Bukankah seni dan sastra hanya untuk bangsawan? Apa yang akan menjadi masa depan orang miskin setelah menerima pendidikan mereka ketika mereka tidak bisa menjadi pejabat pemerintah?" Wendy bertanya.

Jisoo bertanya pada Wendy apa itu seni? Wendy bingung. Apakah ada hubungan antar topik? Jisoo kemudian melemparkan gelas anggur ke kolam yang membuat percikan. Baginya, momen itu adalah seni. Seni adalah sesuatu yang menggerakkan hati orang. Sesuatu yang beresonansi di antara orang-orang yang bahkan tidak saling kenal. Dan setelah bertahun-tahun, seni bisa membuat orang bahagia atau menyalakan harapan.

"Bukankah ini ajaib dan siapa yang peduli siapa yang melempar gelas anggur sejak awal." Jisoo kemudian mengajukan pertanyaan lain.

"Di mana hati seseorang berada? Seharusnya tidak ada hanya dengan  bangsawan. Semua orang harus disamakan ketika mereka lahir. Mengapa orang miskin tidak berhak mendapatkan pendidikan? Anak-anak itu cerdas dan pintar. Mereka memiliki setiap hak untuk belajar bagaimana menghargai seni dan sastra. Salah satunya dapat memiliki bakat alami. Meskipun dia mungkin tidak dapat bekerja untuk pemerintah, bakat ini masih dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat kelak "

My Gisaeng (Wenrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang