Aku membuka pintu depan, udara sejuk dan dingin menusuk tubuh ini. Kuraih telapak tangan seorang disampingku dan kucium telapak tangan yang lembut sekaligus wangi ini kemudian kukatakan padanya "Mama aku berangkat dulu ya assalamualaikum"
"Iya wassalamualaikum, hati-hati ya nak"
jawabnya, akupun tersenyum padanya dan kulambaikan tanganku yang menunjukkan sampai jumpa.Namaku Suchi, aku masih duduk dibangku SMA kelas dua belas, di salah satu dari murid sekolah swasta yang berada di Ibu kota Jakarta ini.
Umumnya orang berpendapat bahwa Jakarta adalah kota yang sangat padat menduduk di setiap pagi hari sering kali terjadi kemacetan, itu sebabnya terkadang aku lebih memilih jalan kaki dari pada naik kenadaraan.
Tapi, bagiku itu tidak menjadi penghalang untuk datang lebih awal kesekolah karena jarak rumahku yang tidak terlalu jauh dengan sekolah dan juga suka melewati rumah-rumah yang ada dipinggiran kota.
Kulangkahkan kakiku memasuki halaman sekolah. Sekolah swasta yang megah, terbagi menjadi 3 gedung dengan 5 lantai yang mengelilingi lapangan.
Menghirup udara segar pagi itu membuat hati ini merasakan ketenangan.
Seperti biasa aku termasuk siswa yang datang awal hanya ada kurang dari sepuluh siswa yang sudah datang mendahului injakan kakiku diarea sekolah pada pagi hari ini."Suchiiii...!" Terdengar suara seperti memanggilku aku pun menoleh kebelakang ternyata seseorang memanggilku dengan larian kecilnya menghampiri sambil tersenyum, beberapa detik akhirnya ia sampai disampingku kemudian merangkul.
Ia bernama Vira seorang gadis cantik, baik hati, berkulit sawo matang, tinggi tubuhnya satu jengkal melebihi tinggiku, ya wajar saja ia dengan mudahnya merangkul pundakku karena Aku lebih pendek dari pada dia.
Dia adalah sahabatku dari kelas satu SMP kita selalu bersama-sama meski kita sudah 5 tahun bersahabat kita belum pernah pacaran, karena bagi kami itu hanya menjadi penghalang dalam persahabatan ini.
Entah kenapa kita selalu bisa bersama-sama walaupun kita lebih banyak memiliki perbedaan dari pada persamaan dari watak hingga cita-citapun berbeda.
Sahabat sering kali di artikan, seorang yang memperlihatkan perilaku berbalasan dan reflektif.
Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka.
Terkadang aku tak percaya akan adanya arti persahabatan, bagiku mereka hanya orang asing yang hanya sesaat dalam kehidupan kita, sesaat tuk mengembangkan senyum bahagia dan tentunya tak lebih baik dari keluarga yang buruk ini.
Tak ada kata sahabat dalam hidupku. Hingga pada saatnya Vira hadir dalam hidupku, meski berawal yang tak begitu menarik.
Vira hanya teman kelasku yang selalu mengikutiku layaknya permen karet yang sangat melekat dan sulit tuk dilepas, aku tak meminta ia mengikuti apalagi menjadi temanku.
Vira yang menginginkan ini semua terjadi, terjadi munculnya sosok sahabat dalam kehidupanku.
Sungguh sebenarnya aku tak ingin Vira selalu ada untukku, namun waktu begitu mudahnya meluluhkan ketidak percayaanku hingga akhirnya aku percaya bahwa ada sahabat yang memiliki kebersamaan untuk gadis sepertiku yang terlalu miskin dengan adanya kebersamaan dalam tawa.
"Ciee yang selalu berangkat awal, gimana liburan panjangmu?"
kata Vira.
"Ya gitu deh"
"Pasti kerjaannyangadep laptop mulu ya?!, gimana bukumu udah pra cetak belum?"
"Boro-boro pra cetak, ngetik aja belum kelar"
kumenjawab dengan muka kesal.
"Dih kenapa?"
"Tau ah pusing"
Vira merogohi dalam tasnya entah apa yang mau ia ambil, aku menghiraukannya karena masih kesal memikirkan buku novelku yang belum kelar juga.
" Chi?"
"Apa?"
Sambil memberikan sebuah barang berbentuk kotak dan tipis, akupun mengambil dari tangannya dengan pikiran heran, dan ketika kubalik barang itu ia berkata,
"ngaca gih muka kamu lebih kusut daripada pakaianku yang belum di setrika"
kumenatapnya dengan muka yang lebih kesal, ia berkata
"Weh biasalah, becanda doang"
sambil melebarkan senyumannya dan mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
Detik kemudian Vira berlari meninggalkanku sambil tertawa meledekku, akupun mengejarnya.Sesuatu yang mengacaukan ketenangan hatiku dipagi hari ini lenyap karena canda tawa kita.
Aku memiliki keingin untuk bisa menjadi penulis novel yang selalu difilmkan, tapi kadang kala keinginan itu hanyut dalam keputus asaanku, mungkin itu memang bukan bakatku tapi entah kenapa rasanya aku pasti akan bisa mewujudkan keinginan tersebut.
Continued...
•••Still studying,
Mohon bantuannya ☺🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA & IMPIAN SUCI (COMPLETED)
RomantikSeorang siswi SMA yang cantik dan pintar. Memiliki ribuan kebahagiaan, dan tak ada yang mengetahui dibalik kebahagiaan itu, ia juga memilki jutaan kesedihan. Kamera telah mengabadikan keberanian cinta didalam menjaganya. Beberapa tahun ia telah mena...