Pukul 13:12.
Aku dan kak Roy selesai makan kembali kegedung sekolah tempat dimana kita mempersiapkan acara 17 Agustus.Akhirnya kak Roy telah terlepas dari bayangan mantan kekasihnya, kita juga telah bercanda gurau dengan perikalu konyol kak Roy. Aku tak sabar menantikan acara puncak perayaan hari kemerdekaan yang diadakan disekolah ini. Terlihat akan sangat meriah dan hobbyku akan kugunakan sebaik mungkin untuk acara ini.
Ketika aku sedang sibuk mempersiapkan peralatan bersama teman-teman satu tim broadcast. Tiba-tiba seorang wanita berlari kecil menghampiriku
“Chi?” panggilnya“Loh Vira? Bukannya sekarang ada jam belajar? Kok kesini?” tanyaku
“Chi, kamu dipanggil pak Eddy suruh kekantor sekarang. Mama kamu juga ada dikantor” jawabnya dengan napas yang masih memburu
“Mama? Tumben kesini, emang ada apa?” tanyaku penasaran, Vira hanya menggeleng tak tahu.
Akupun segera menuju kekantor guru. Seperjalanan menuju kantor guru, diri ini menyiapkan pertanyaan yang terus berputar dalam pikiran
“Ada apa? Kenapa mama tak menghubungiku terlebih dahulu? Apa ada masalah?”
Ketika aku memasuki ruang kantor guru, aku melihat mama telah duduk berhadapan dengan pak Eddy. Kutatap mata mama yang menyimpan kegelisahan
“Apa yang membuat mama gelisah? Kurasa aku tak memiliki masalah disekolah” batinku.
Sebuah mobil berwarna hitam melaju kencang tanpa terkontrol. Pengemudi dengan wajah yang dihiasi kegelisahan, mengalir air mata dari kelopak matanya. Kegelisahan yang membuat kepala seakan ditindas bebatuan dan hati yang menyesakkan.
Tiba-tiba mata pria itu seperti tertutup embun, muncul suara keras “Braak!” mobil hitam itu menabrak pohon besar.
Aku terdiam setelah aku tahu alasan mama kesekolah. Angan-anganku menanti hari esok terbias dalam kepayahan. Hari yang kunanti, hari dimana akan kugunakan bakatku untuk semua orang, “Mama udah beli tiket, kita checkin jam 11 malam” aku terkejut “Hah? ntar malam ma!. Mama, ini terlalu buru-buru”
“Sayang kita gak ada waktu lagi, mama udah beli tiket jadi kita harus siap-siap sekarang”
dengan memegang bahuku dan tatapan mata yang berbinar penuh harap. Siapa yang tega meolak perintah seorang ibu dengan raut wajah seperti ini?!.💎💎💎
Austalia, Sydney.
Hari ini aku menginjakkan kaki di disini tuk kesekian kalinya, bandara yang sangat padat berbeda jauh dengan bandara sebelum kuterbang kemari, bandara yang dipenuhi bendera berwarna merah-putih, kini kutak lagi melihat bendera berwarna itu hanya bendera berwarna biru dan merah yang berkolaborasi dengan beberapa bintang dibagian tertentu.Australia, penduduk utamanya adalah keturunan Inggris atau Irlandiadan mayoritas penduduknya beragama Kristen, sedangkan yang menganut agama sepertiku hanya 1,7%. Negara ini memiliki kota terbesar yaitu Sidney dan ibu kota Canberra.
Indonesia-Jakarta hingga Australia-Sidney, entah apa yang membuatku kembali disini. Pastinya berbeda pertama kali aku menginjakkan kaki disini. Saat usiaku masih bermain boneka, saat aku merasakan kebahagian ditengah-tengah keluarga yang harmonis, penuh canda tawa. Siapa sangka kini kebahagian itu hanya dalam kenangan yang meyedihkan.
Sungguh menyakitkan, memori indah berputar kembali dalam angan. Ingin rasanya kembali ke Indonesia menyibukkan diri dengan hobby dalam acara sekolah yang diadakan hari ini. Seandainnya aku saat ini berada di sekolah, pasti memori yang menyakkitkan itu tak akan muncul dalam bayangan ini.
💎💎💎
Bangunan besar dengan warna serba putih dengan bau khasnya membuat dadaku sesak. Aku melihat sekeliling, sungguh pandangan yang tak ingin kulihat. Air mataku mengalir, banyak penyesalan pada diri ini. Aku pernah membencinya, mengabaikannya dan perilaku lain yang tak seharusnya aku lakukan terhadapnya.
Sungguh kini aku menyesalinya, rasanya bayak dosa pada diri ini. “Astagfirullahuladzim”, setiap orang tua pasti memiliki hikmah dalam perilakunya.
“Papa bangun! Ada dua bungamu disini” air mataku terus mengalir, dengan keadaan papa yang kritis karena benturan pada kepalanya saat kecelakaan itu mustahil bila ia bangun saat aku memanggilnya. Mama terlihat begitu sangat lelah, ia tertidur pulas dengan keadaan duduk disamping kekasihnya.
Aku tahu betul bagaimana perasaan sakitnya mama saat papa begitu keras kepala terhadap keluarganya terutama pada mama, meski begitu namanya tetap cinta, cinta tanpa alasan tertentu.
“Mama… mama…” sambil mengelus punggung agar terbangun, tak tega rasanya melihat mama tertidur dengan keadaan seperti itu. Namun mama tak terbangun, mungkin memang terlalu pulas. Aku beranjak pergi keluar rumah sakit ini, merasakan udara segar dimalam hari ini, di Australia.
Aku duduk ditaman rumah sakit, kunikmati udara segar dan keindahan sekelilingku. Beberapa titik sinar seperti bintang menghiasi bangunan-bangunan tinggi. Aku tahu dunia diluar sana lebih indah dan aku ingin menikmatinya bersama mama, papa, dan kak Iki.
Aku tahu bukan hanya aku yang merasakan kesepian, kesedihan, dan kesalahan saat ini. Aku memang mengakui kesalahan yang telah kuperbuat pada papa.
Berbuat kesalahan memang wajar bagi umat manusia, karena tak ada didunia ini yang tak pernah melakukan kesalahan meski sedikitpun. Mengakui kesalahan bukanlah hal yang memalukan, akan tetapi tak mengakui kesalahanlah perilaku yang memalukan.
Terlambat, ya memang sedikit terlambat karena adanya musibah yang menimpa papa. Aku menyesalinya juga ingin memperbaikinya.
“Excuse me. What you suchi?, Suchi Nurul Alfiya Mr Sulaiman doughter?”
aku terkejut seorang pria tua telah duduk disampingku
“Oh yes, I am sorry, who are you?”
Pria dengan wajah Indonesia itu memperkenalkan dirinya. Pria disampingku dengan mengenakan jas hitam ia bernama Syaikha, nama yang sering kudengar. Aku tahu dia juga berpegang teguh pada agama yang kupercayai dari namanya.Apakah dia juga orang Indonesia?, tapi dia berbicara layaknya orang pribumi Australia. Dia adalah kerabat papa, bisa dibilang mereka seperti saudara karena satu sama lain saling sangat tergantung.
Aku sangat menyesali perilakuku selama ini terhadap papa.Saat Mr Syaikha menceritakan semua yang telah terjadi. Saat sebelum mobil hitam itu menabrak pohon besar dengan sangat keras.
Pengemudi memiliki banyak beban dipikirannya, pikiran yang selalu merajai dalam hidupnya dan pada saatnya amarah itu meluap membuat semuanya hancur. Seorang pria yang selalu bersikap keras pada istri dan juga anak-anaknya.
Pria yang meninggalkan keluarganya tuk bekerja di tempat yang jauh dari pandangan keluarganya, namun tak sedikitpun hasil kerjanya diberikan tuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Mungkin sebagian orang akan menyangka sekaligus menilai bahwa pria itu memiliki kepribadian jelek, tapi tidak bagi Allah yang maha mengetahui pada segala hal. Setiap orang pasti memiliki privasi baik atau sebaliknya yang tak ingin orang lain mengetahui.
Dibalik sikap selama ini aku tak menyangka begitu muliannya hikmah dibaliknya. Selama ini ternyata papa menabung untuk keluarganya, dia memiliki impian tuk mengajak keluarganya ketanah suci tuk beribadah pada sang maha suci.
Ajakan yang tak akan ada orang mau menolaknya, ajakan yang sangat mulia dengan adanya ibadah haji dan umrah.
Air mataku lagi-lagi mengalir deras, sungguh memalukan diriku ini membenci seorang yang memiliki impian suci untuk keluarganya. Sikap keras papa adalah sikap yang tak bisa ia kontrol saat keadaan frustasi karena tak juga bisa membawa keluarganya kerumah Allah yang maha agung.
Dia marah terhadap keluarganya bukan berarti ia membenci, namun karena ia malu impiannya tak juga bisa dirasakan oleh keluarga tercintanya.
Usaha papa bisa dibilang tak terlalu besar di Negara tetangga ini. Sebuah bisnis pasti tak terlepas dari kejadian terjatuh dan bangkit, itulah yang sering terjadi pada bisnis papa. Tragedi kecelakaan itu terjadi saat tak bisa mengontrol pikirannya.
Aku bertaubat. Menyesali apa yang telah kubuat dan tak akan kuulangi lagi. Aku ingin memperbaiki, menyatuhkan dan merasakan kebahagiaan bersama keluarga yang selama ini kunanti kembali pada kenyataan.
~ Continue ~
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di vote dan comment yaa..
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA & IMPIAN SUCI (COMPLETED)
RomantizmSeorang siswi SMA yang cantik dan pintar. Memiliki ribuan kebahagiaan, dan tak ada yang mengetahui dibalik kebahagiaan itu, ia juga memilki jutaan kesedihan. Kamera telah mengabadikan keberanian cinta didalam menjaganya. Beberapa tahun ia telah mena...