Hari demi hari berlalu, banyak hal spesial yang mereka lalui. Dari saling merayakan hari ulang tahun mereka, merayakan hari anyversarry Jimin dan Sohyun. Emm bukan, bukan anyversarry jadian, tapi persahabatan. Mungkin bagi sebagian orang, itu terlalu berlebihan. Tapi bagi Jimin dan Sohyun itu sangat penting dan terlampau spesial.
"Hh.. Gua juga mau kali di bikinin anniversary bareng Sohyun". Ujar Tae yang kala itu sedang duduk santai di depan televisi. Jimin yang tengah bermain game hanya melihat Tae sekilas dengan senyum tipis. Sedangkan Sohyun masih berkutat pada laptop nya mengerjakan beberapa laporan kantor hasil survey tadi siang.
"Woi, jawab napa. Elah". Teriak Tae sambil memukul kaki Jimin.
"Apa sih lu?". Jawab Jimin.
"Gak jadi". Tae kesal rupa nya. Tak ada satupun yang mendengar ucapan nya sedari tadi. Lalu mata nya tertuju pada Sohyun.
"Marmut...lu... ".
"Gua lagi ngetik biar bisa gua setor ke lu besok, jadi bahas yang aneh-aneh nanti aja dulu". Potong Sohyun dengan tangan nya yag masih sibuk mengutak-atik keybord. Tae menghela nafas nya kesal, ia mematikan televisi lalu pergi ke kamar Sohyun untuk tidur. Sedangkan Jimin yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala nya.
🍂🍂🍂🍂🍂
Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Terdengar suara riuh dari ruang tengah yang membuat Sohyun terbangun dari tidur nyenyak nya. Ia menggapai ikat rambut nya dan berjalan menuju pintu. Kuping nya ia tempelkan untuk mendengar lebih detail.
Tidak salah lagi, pikir nya. Ia segera membuka pintu dan ya tentu ada dua makhluk yang sedang bahagia bersorak gembira di sana. Siapa lagi kalau bukan Tae dan Jimin. Mereka sedang menonton sepak bola rupa nya. Itu lumrah saja, tapi bagi Sohyun suara mereka terlalu mengganggu.
Akhir nya Sohyun diam-diam pergi ke teras samping rumah untuk mematikan saklar listrik. Niat jail nya pun sama sekali tidak tercium oleh Tae dan Jimin.
"Yaaa.. Dikit lagi.. Yaa.. Dan..... ".
Zzzzzzz
"Astaga! Sialan, Mati lampu padahal dikit lagi goal tuh". Kesal Tae.
"Anjir". Umpat Jimin pelan.
Tae menoleh ke arah jendela dekat tangga, dari luar cahaya lampu sorot tetangga bahkan menyala. Kenapa hanya lampu di rumah ini yang mati?
"Si Sohyun belum beli token ya". Tanya Tae. Jimin hanya menaikkan kedua bahu nya seolah tak tau.
"Coba lu cek lah". Tae mendorong tubuh Jimin agar mengecek saklar di luar.
"Lu aja, mager gua bangun". Jawab Jimin seraya merebahkan tubuh nya di sofa sambil melipat kedua tangan. Tae menyunggingkan satu bibir malas nya dan memukul lengan Jimin keras. "Sialan lu!!"
Tae pun akhir nya mengalah dan berjalan menuju tempat saklar di luar rumah. Ia berjalan perlahan meraba-raba tembok. Menelan sedikit ludah nya dengan wajah menegang. Oke sampai sini paham, Tae takut kegelapan.
Saat Tae sampai di sudut ruangan ia melihat ke segala arah, tidak begitu gelap dan pekat. Karena masih ada cahaya yang masuk dari celah jendela dan fentilasi. Ketika ingin membuka pintu rumah, seketika sebuah tangan menggapai bahu nya hingga membuat nya terkejut.
"Astaganaga!!!". Ucap nya kencang.
"Tae, lu baik-baik aja?'. Suara teriakan Jimin dari ruang tengah ketika mendengar ia berteriak. Tapi Tae malah terdiam. Bukan karena kaget yang lebih ia rasakan, namun sebuah manik menatap nya lekat tanpa kedip. Gadis yang ia puja-puja selama ini ternyata yang mengejutkan nya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU
Любовные романы"Aku bingung untuk memilih. Bukan untuk membalas perasaan mereka, tapi waktu dan perasaan mereka lebih baik jika bukan hanya tentang aku" - Kim So-hyun "Selama apapun aku nunggu, jika kamu takdir ku, aku akan berlutut berterimakasih pada Tuhan. Jika...