4

90 18 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Oke jantung, bisakah kau bekerja seperti biasa saja?" - Kim Sohyun

.
.




Dua hari setelah hari itu, hari dimana Jimin tiba-tiba menghilang. Di buku absen hanya tertulis huruf 'i' pada kolom baris nama Park Jimin.

Sohyun bahkan sudah menghubungi, namun ponsel Jimin tidak aktif. Secuek apapun ia pada pria berjari mungil itu, tetap saja ia teman yang memiliki rasa peduli dan khawatir.

"Kamu temenan sama Jimin udah lama yaa.. Kamu keliatan secemas itu pas tau Jimin gak sekolah". Tanya Mina.

Sohyun hanya tersenyum tipis ke arah Mina. Lalu pandangan nya beralih pada pintu masuk kelas nya.

Jreng!!! Pria basket itu datang dengan kancing baju di atas yang sedikit terbuka. Tas selempang yang di kaitkan pada lengan kiri. Jam tangan hitam yang bertengger. Dan satu lagi, usapan jari tangan pada ujung rambut depan yang masih basah itu membuat Sohyun lumayan lama menatap nya.

Entah, seketika waktu yang  hanya 3 detik itu seakan berdurasi 15 detik dengan efek perlambat. Tae selalu terlihat maskulin saat datang ke sekolah di pagi hari. Apalagi dengan rambut basah nya.

Tae yang saat itu juga langsung menautkan pandangan nya pada Sohyun. Kaki nya melangkah tidak sesuai arah yang semesti nya, namun melangkah menuju bangku gadis marmut yang juga sedang manatap nya.
Ini kedua kali bagi Sohyun untuk mengatakan betapa tampan dan keren nya Tae.
"Ekhemm.. Gitu amat liat gua". Godaan Tae dengan suara serak khas nya seperti angin yang berhembus mesra di telinga Sohyun.

Sohyun mengerjap cepat sesaat setelah sadar Tae sudah ada di depan nya.
"Bangku lu disana, perlu gua tuntun?".

"Ih mau dong di tuntun sama elu". Begitulah Tae, anak nya memang suka menggoda Sohyun. Meski sering mendapat pukulan dan bentakan dari Sohyun, tapi bagi Tae kekesalan Sohyun adalah obat bagi nya.

"Lu mau gua lempar pake buku?!". Sohyun mengangkat satu buku di tangan nya yang siap ia luncurkan ke arah Tae. Dan sebelum buku itu melayang bebas, Tae sudah lebih dulu berlari sambil tertawa keras.

Setelah duduk di kursi nya, Tae masih saja antusias memandang Sohyun dengan satu tangan sebagai tumpuan di meja. Beberapa kali mata nya mengedip menggoda Sohyun. Sampai Mina tertawa di buat nya.

"Tu anak cacingan?". Tawa Mina

Sohyun hanya menaikkan kedua bahu nya sambil tersenyum sinis ke arah Tae.
Namun Tae masih saja, bahkan ia membentuk sebuah hati dari kedua jari nya yg sukses membuat Sohyun terbelalak.

Terakhir sebelum Tae mengakhiri pandangan nya, mulut nya berujar seperti berbisik. "Marmut, sarangheyo"

Bagai sudah jatuh, tersambar petir pula. Jantung dan aliran darah Sohyun seakan bekerja lebih cepat. Seketika Sohyun melepas pandangan nya lalu beralih menunduk dengan mata yang salting.

ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang