━━━━━━━━
━━━━━━━━
sesampainya dirumah dari toko aksesoris, gue langsung tidur- lebih tepatnya maksain tidur.mencoba melupakan kejadian yang bikin hati gue sakitnya naudzubillah.
sebenernya, setelah gue sama evan saling menciduk satu sama lain, evan nelpon gue berkali-kali bahkan nge spam chat tapi gue gak respon semua.
ya karena udah jelas.
evan bohongin gue.
mau dijelasin apa lagi coba? ya lagipula, gue juga gak berhak buat ngomel-ngomel atau ini itu ke dia kan? emang gue siapa nya?
•••
"dek, heh bangun! maghrib!"
gue menggeliat dan membuka mata gue perlahan.
"kok masih maghrib sih?" gerutu gue dan menutupi muka gue dengan selimut- mau tidur lagi.
ekspetasi gue tuh bangunnya besok pagi gitu loh terus memulai hari sebaik mungkin.
plak!
"aw! mama kok pantat aku ditabok sih?!"
"ya makanya bangun! sholat! awas aja ya sampe kamu tidur lagi, mama kurung beneran kamu dikamar?!"
gue mencebik denger mama yang ngomel sambil melangkahkan kaki keluar kamar.
mau gak mau, gue memaksakan badan gue buat bangun daripada beneran dikurung.
setelah sholat, gue langsung turun ke lantai bawah buat nonton tv diruang tengah.
pas udah nyalain tv, yang gue lakuin cuma utak-atik remote. gak ada acara yang bikin tertarik, jadi makin bete huft.
"ada yang telpon tuh, dek"
gue melirik handphone gue diatas meja, disana tertulis nama evan. gue cuma mendengus dan membiarkan hp gue yang terus bergetar.
"kok kamu gak angkat?"
"gak penting pa"
"angkat dulu, kali aja penting"
"hhh- iya deh"
gue menggeser tombol hijau dan menempelkan handphone gue ke telinga.
"kenapa?"
"boleh ketemu bentar gak?"
"gabisa gue sib-"
"sebentar doang, please?"
"..."
"oke"
[ nyalain lagu yang udah aku rekomendasiin , biar lebih ngena hihiw ]
sekarang, gue lagi ditaman deket rumah gue, bersama evan yang cuma diem nunduk.
kita duduk diatas ayunan. gue yang nungguin dia ngomong cuma ngayun-ngayunin badan dari tadi.
"maaf..."
gue memberhentikan ayunan gue. "buat?" gue menatap evan dari samping.
"gue gak maksud bohongin lo, tadi gue beneran mau nemenin bunda buat beli buah tapi abis itu-"
"kenapa?"
"hm?" evan mendongakkan kepala nya dan menatap gue bingung, "kenapa apanya?"
gue mengalihkan tatapan gue ke langit dan tersenyum getir. "buat apa lo minta maaf?"
"because i broke your heart..."
gue tertawa miris tanpa berniat menatap balik evan. "dengan lo kayak gini, malah bikin hati gue sakit, van..." suara gue bergetar.
"lo tuh, kenapa sih? kenapa perlakuan lo kayak gini?" gue menahan napas sebentar. "lo gak pernah tuh bilang kalo lo suka sama gue, tapi loㅡ"
akhirnya gue memberanikan diri menatap evan, dengan air mata yang mulai mengalir.
"ㅡdo you think i'm a toy?"
evan menggeleng kuat. "no! gak kayak gitu, jangan ngomong kayak gitu please, gue gak pernah anggep lo mainan!" suara evan meninggi.
"terus kenapa?!"
gue menutup wajah gue dengan kedua tangan karena tangisan gue yang makin menjadi.
gue mengusap air mata gue kasar terus natap dia lagi, "kenapa gak jauhin gue dari awal aja sih? segala perlakuan lo itu malah bikin gue makin suka sama lo! harusnya loㅡakh"
gue mengusap wajah frustasi.
tiba-tiba evan mengambil kedua tangan gue. "gue juga suka sama lo..." evan menatap gue lekat dengan air mata nya yang udah mau jatuh juga.
lalu melanjutkan,
"b-but we're so different...."