Bagian-24

1.6K 59 0
                                    

Nayya menatap sendu kearah gadis yang sudah mengenakan piyama berwarna merah tersebut,antara kesal dan sedih menjadi satu saat ini. Setelah dia mendengarkan semua keluh kesah yang dirasakan oleh Clara.

Tangannya setia mengelus pelan pundak Clara yang sedari tadi gemetar lantaran tangisnya yang sudah pecah. Gadis itu terisak menceritakan semuanya yang dia rasakan,terutama setelah pertengkaran nya dengan Aldi pagi tadi yang cukup membuatnya merasakan sakit.

Nayya mencoba untuk menahan air matanya agar tak keluar,dia tidak mau terlihat lemah dihadapan Clara yang sedang membutuhkan teman untuk berbagi keluh kesah.

Nayya menghela nafas,"Gue tau dia pacar lo,tapi seenggaknya dia nggak berhak ngekang lo sampe segini nya. Apalagi sampe nyuru lo buat jauhin gue dan Amel. Kita sahabatan udah lama Ra,udah dari SMP bahkan sebelum lo kenal dia udah kenal kita duluan kan? Itu sama aja dia nggak percaya sama lo." Terang Nayya yang ada benarnya juga.

Entah salah dimana kalimat Nayya membuat Clara semakin terisak tanpa suara,bahunya semakin gemetar. Sudah hampir setengah jam Clara menangis seperti ini,bukan nya tangisan itu mereda melainkan semakin kuat.

"Gue tau Nay gue tau semua itu.."Lirihnya.

Clara menyembunyikan kepalanya diantara kedua kakinya yang dia tekuk,menangis sekuat mungkin namun tak menimbulkan suara dibalik sana. Rasa sesak yang Clara rasakan saat ini semakin terasa,terutama apabila kalimat Aldi yang terdengar tajam dan mengancam terngiang-ngiang dipikirannya.

"Jauhin sahabat dan teman kamu,aku nggak peduli jauhin mereka semua!"

Kalimat yang singkat nan tajam.

Clara mengangkat kepalanya menatap Nayya dengan mata nya yang sudah sangat sembab,"Gue nggak tau harus kaya gimana Nay ngehadapin semua ini? Gue tau gue salah karena bohong sama dia,tapi harus banget gue dihukum dengan cara kaya gini? Evelyn itu baik-"

"Baik? Karena dia kan lo jadi kaya gini? Kalo emang dia baik Ra,nggak mungkin dia nyuruh lo bohong ke orang-orang sekitar lo. Terutama ke gue dan Aldi. Lo lihat dia baik dari segi mananya sih?" Tukas Nayya ketus. Nayya melengos enggan untuk menatap Clara,seketika dia merasa kesal karena nama seseorang yang membuat semuanya jadi seperti ini disebutkan.

Kalau Evelyn tidak mengajak Clara semuanya tidak akan seperti ini kan? Tapi,kalau Clara tidak menerima tawaran Evelyn semua juga tidak seperti ini kan? Sudahlah,terlalu pusing untuk dipikirkan!

"Lo harus pikirin semua dengan baik,jangan ngambil keputusan disaat lagi emosi itu semua nggak akan berakhir dengan baik. Sekarang semua ada ditangan lo,sahabat atau pacar itu seterah lo? Apapun keputusan lo gue tetap dukung lo kok!" Nayya tersenyum tipis,berusaha untuk tidak emosi menghadapi Clara yang sedang diterpa masalah. Dia memasukkan semua bukunya kedalam tas ransel miliknya. Ia ingin segera pulang lantaran hari yang sudah semakin larut.

Clara diam seribu bahasa hanya menatap sahabatnya yang sedang bersiap-siap.

"Gue pulang dulu ya dah malem nih,sampein salam gue ke ibu dan ayah lo ya maaf nggak bisa pamit langsung takut ganggu. Dah.." Pamit Nayya dengan senyuman manis miliknya.

Baru saja dirinya sampai diambang pintu kamar Clara langkahnya terhenti dan dirinya tercekat begitu mendengar sepenggal kalimat yang keluar dari mulut Clara.

"Gue pengen sendiri,gue capek,gue mau istirahat sebentar aja.."

Kalimat itu terdengar memiliki makna lain diindra pendengaran Nayya yang kini diam mematung didepan ambang pintu.

----

Ceklek..

Pemuda yang baru saja ingin memejamkan matanya dan mencoba sekuat mungkin untuk terlelap,namun tak jadi dia lakukan lantaran pintu kamarnya yang kebetulan tak dikunci dibuka begitu saja oleh seseorang yang tengah tersenyum semanis mungkin didepan ambang pintu.

MY POSSESIVE BOYFRIEND!![TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang