13

129K 13K 1K
                                    

Latihan perdana untuk perayaan ulang tahun sekolah adalah jadwal Popopi hari ini. Keempat cewek cantik itu akan mengambil waktu istirahat untuk latihan. Dan akan dilanjutkan setelah pulang sekolah. Lantas setelah bel istirahat berbunyi keempat cewek itu langsung pergi ke ruangan Popopi. Naina memang agak sedikit telat daripada ketiga temannya, karena Bu Dina menggunakan sedikit waktu istirahat untuk menjelaskan beberapa materi yang belum selesai.

"Sorry gue telat." Naina langsung menuju lokernya, mengambil baju dan celana ganti.

"Sebelum latihan apa nggak sebaiknya lo jujur sama kita dulu, Nai?" Itu suara Dira yang menghentikan gerakan Naina.

Naina yang bingung. Berbalik, menatap penuh tanya Dira, Fani dan Inez yang kini duduk di atas sofa. Karena telat, Naina kurang memperhatikan ketiga temannya. Tidak ada satu pun di antara mereka yang mengganti seragam sekolah dengan baju ataupun celana untuk latihan menari.

"Kenapa?" Naina merasa ketiga temannya itu memandangnya berbeda. "Gue harus jujur tentang apa?" tanyanya pada Dira.

"Razi. Lo ada hubungan spesial apa sama dia?" ucap Dira.

Untuk sesaat Naina terdiam. "Hubungan yang gimana maksud lo?"

Tidak mungkinkan ketiga temannya mengetahui status pacarannya dengan Razi. Karena dia yakin yang tahu mengenai hal itu hanya dia dan Razi. Razi tidak mungkin memberi tahu ketiga temannya. Seingatnya juga saat bersama Razi di gedung laboratorium waktu itu, mereka tidak ketahuan siapa pun. Jadi tidak mungkin saat ini temannya bisa tahu hubungannya dengan Razi.

"Lo pacaran sama dia kan?" seru Dira.

Kali ini Naina benar-benar diam. Jadi benar, ketiga temannya itu sudah mengetahui hubungannya dengan Razi.

"Tau dari mana, Ra?" Naina balik bertanya. Dia masih tidak yakin ketiga temannya bisa tahu. Baik dia dan Razi sudah sepakat tidak akan memberi tahu siapa pun, baik teman Razi atau ketiga temannya sendiri. Terlalu mustahil rasanya ketiga temannya bisa tahu.

"Tau dari mana itu nggak penting, Nai. Jadi bener, selama ini lo nutupin hubungan lo dengan Razi dari kita bertiga?" tutur Dira lagi. Fani dan Inez di samping Dira ikut mengangguk-angguk, menatap Naina tidak percaya.

"Gue...." Naina berhenti berucap. Bingung. Dia tidak tahu harus mengatakan pembelaan seperti apa. Jadi sekarang dia diam.

"Kenapa diam, Nai?" Fani angkat suara.

Naina menatap ketiga temannya itu. Saat memilih berbohong, dia sudah tahu akhirnya akan menjadi tidak baik. "Gue memang nggak bisa cerita ke kalian soal hubungan gue dengan Razi." Hanya itu yang bisa Naina katakan.

"Sejak kapan lo nggak jujur sama kita? Apa selama ini lo bohongi gue, Fani dan Inez, soal lo yang nggak suka Razi sama ketiga temannya itu?" tutur Dira.

"Bener, Nai? Kalau gitu pantes aja dong lo selalu diam kalau Aldi dan Amar ngatain kita. Karena itu nggak mungkin buat lo. Lo kan pacarnya, Razi." Sekarang Inez yang memojokkannya.

Naina menggeleng. Tidak membenarkan tuduhan temannya. "Nggak gitu, Ra, Nez. Hubungan gue sama Razi nggak sebagus itu. Sama kayak kalian gue juga nggak suka sama kelakuan Razi dan ketiga temannya itu. Selama ini gue nggak bohong." Naina menjelaskan kepada Dira, lalu dia beralih menatap Inez. "Lo kan tau gue memang nggak suka cari ribut. Soal Aldi sama Amar, kalau nggak percaya sama gue, Nez, lo bisa tanya anak-anak di kelas gimana kelakuan mereka sama gue."

Baik Dira dan Inez sama-sama diam. Naina menjadi semakin merasa bersalah. Berbohong dengan ketiga temannya adalah pilihan yang sangat salah. Harusnya dia tidak pernah melakukan hal itu. Meski Razi menyuruhnya sekalipun.

Dia Naina (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang