02

209K 18K 1.6K
                                    

Dua hari sebelum ujian sekolah berakhir yang berarti setelahnya pembukaan pekan olahraga harus digelar. Razi menjalankan misinya untuk mencari pengisi acara yang akan menggantikan Popopi. Cowok itu berjalan ke ruangan ekskul musik.

"Sorry Raz, kita nggak ada persiapan."

Baru saja Razi menyelesaikan maksud kedatangannya, Fadli ketua ekskul musik langsung menolak.

"Masih ada tiga hari. Cuma bawa tiga lagu, kalau terlalu berat dua lagu aja udah cukup. Masa dua lagu aja kalian nggak bisa?" ujar Razi sengaja membujuk. Sebisa mungkin dia berusaha mendapatkan pengisi acara. Karena dia tidak ingin menjatuhkan harga dirinya di depan anak Popopi.

"Maaf banget nih, Raz, kita nggak mau malu-maluin ekskul kita." Fadli tetap menolak.

Razi hanya bisa diam, dia mengangguk-angguk lalu keluar dari ruangan. Salah dia juga karena telat memberi tahu, jika saja masih seminggu lagi pasti dengan mudah dia menyakinkan ekskul lain untuk tampil menggantikan Popopi.

"Stand up di pekan olahraga nanti?"

Razi mengangguk. Kini dia sudah berada di ruangan ekskul seni dibagian hiburan. Duduk berhadapan dengan cowok yang bernama Teguh yang merupakan comedian terkenal di sekolahnya. Khususnya dibagian lawakan tunggal seperti stand up comedy.

"Gila lo Raz! Gue nggak ada bahan terbaru." Teguh memperotes sekaligus bermaksud menolak dengan cara halus.

"Gunain aja yang lama." Razi memberi saran. Dia hanya perlu pengisi acara agar hiburan saat pembukaan pekan olahraga tidak kosong. Tidak peduli dengan respons anak-anak nantinya.

"Nggak bisa, stand up gue yang lama udah sering gue gunain. Yang ada garing."

Razi mendesah dengan berat sambil memaksa kepalanya mengangguk. Lalu keluar dari ruangan. Setelah dari sana Razi tidak berhenti, dia mendatangi ruangan ekskul tari. Tapi hasilnya tetap sama dengan alasan karena belum ada persiapan dan takut memalukan ekskul mereka jika memaksa untuk tetap tampil.

***

"Woy! Jangan pulang dulu. Gue mau kasih info penting!" Pandu ketua kelas XI IPA 2 berteriak. Anak-anak yang tadinya sudah bergerak dari tempat duduk karena ujian sudah berakhir terpaksa duduk kembali. Termasuk keempat anggota Popopi yang kembali duduk menghargai perintah dari ketua kelas.

Pandu mengambil penggaris kayu di meja guru. Lalu memukul meja dengan keras agar teman-temannya berhenti mengoceh dan fokus kepadanya.

"Cepetan dong Du, itu sopir gue udah nunggu di depan." Protes salah satu siswi perempuan, rambutnya berwarna cokelat dan sedikit bergelombang.

"Iya bawel," sahut Pandu. "Okeh! Teman-teman Pandu yang tercinta, jadi hari ini adalah hari terakhir kita melaksanakan ujian untuk kenaikan kelas tiga. Jadi---"

"Langsung aja. Panjang amat mukadimah lo." Masih dengan orang yang sama Pandu mendapat protes. Cowok itu hanya tersenyum, walaupun ingin sekali dia melempar penggaris di tangannya ke meja cewek itu sekarang.

"Jadi teman-teman sekalian, seperti biasa sekolah selalu mengadakan pekan olahraga seminggu sebelum pengambilan rapor. Jadi, kita sebagai kelas XI IPA 2 harus memberikan perwakilan di setiap perlombaannya."

Salah satu cowok yang duduk dipojokan sebelah kanan mengacungkan tangan. "Kita ambil alih perlombaan basket," ucapnya sekaligus menunjuk kelima temannya.

"Oke perlombaan basket udah ada yang isi. Futsal gimana?" Pandu bertanya kembali.

"Gampang itu mah, atur aja, futsal serahkan ke kita."

"Lari estafet untuk putri siapa nih yang mau, harus empat orang."

"Kita aja." Dira mengacungkan tangan, membuat Popopi langsung diam.

Dia Naina (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang