Karena Ghani, Naina jadi begadang tadi malam. Karenanya dia jadi malas sekolah. Kalau tidak ingat tugas Bu Afrah, mungkin sekarang dia masih tertidur lelap di kasur empuknya. Kini dengan langkah yang tidak bersemangat, Naina menyeret kakinya menyusuri lorong agar sampai ke kelasnya.
Tidak ada satu pun anak Smith yang tidak mengenal Naina. Kutu buku sekalipun akan mengenal cewek itu. Kecantikan Naina, sikap tidak peduli cewek itu, sampai kekayaan keluarganya selalu jadi pembicaraan nomor satu untuk anak-anak Smith. Setiap langkah Naina akan jadi perhatian. Mereka yang tadinya berlarian di lorong, spontan berhenti karena melihat Naina. Lalu menyapa dengan tersenyum sangat lebar, mencoba mencari perhatian.
"Kak Naina," sapa siswi kelas satu. Gadis itu menghentikan aktivitas menyapunya karena tidak ingin abu mengotori langkah Naina.
Naina mengangguk sebagai bentuk respons. Hanya anggukan saja mampu membuat siswi kelas satu itu tersenyum semringah.
"Kak saya follow instagram kakak, diterima ya kak," ucap cewek itu lagi.
Naina mengangguk lagi. Lalu dia kembali melanjutkan langkahnya. Jika itu siswa cowok, maka Naina tidak akan merespons, melewati bahkan tanpa menatap balik. Namun untuk siswi perempuan, Naina akan memberi anggukan kecil. Seperti tadi.
Biasanya sebelum bel berbunyi Naina akan ke kelas temannya dulu. Matanya yang berat karena masih sangat mengantuk membuatnya hanya ingin sampai ke kelas dengan cepat. Untungnya kelas masih kosong, hanya ada beberapa tas yang berada di bangku, itupun bisa dipastikan milik siswa yang sedang bertugas piket harian. Dan mungkin sekarang anak-anak yang piket sedang membuang sampah. Karena kelas sudah bersih dan rapi.
Kelas yang kosong Naina manfaatkan untuk tidur sejenak sambil menunggu bel berbunyi. Cewek itu menelungkupkan badannya di atas meja, tas dan tangannya dijadikan bantalan kepala.
Razi tersenyum saat melihat Naina sudah berada di kelas, cowok itu melangkah mendekat, lalu meletakkan susu kotak rasa cokelat dan satu bungkus roti dengan rasa yang sama di meja Naina. Razi memang sengaja mampir ke kantin, membeli susu kotak dan roti untuk diberikan kepada Naina. Alasannya apa? Karena dia pacar Naina sekarang.
Mata Naina terbuka mendengar sesuatu diletakkan di mejanya. Senyum di bibir Razi langsung menyambut penglihatannya. Cowok itu duduk dengan posisi lurus ke depan, namun dengan kepala yang melihat ke arahnya.
Naina tentu saja tidak membalas senyum itu. Matanya kini fokus kepada dua benda yang ada di mejanya. Lalu menatap Razi, dia butuh penjelasan.
"Buat lo," kata Razi. Tapi Naina diam saja. Cowok itu tersenyum lagi. "Jangan mikir udah gue racuni lagi. Karena itu nggak mungkin."
Naina menegakkan tubuhnya. Dia melihat Razi. "Makasih, nanti gue makan pas jam istirahat," ucapnya. Lalu menyimpan susu dan roti itu ke dalam laci mejanya.
Naina kembali ke posisi awalnya, menelungkupkan badan di atas meja dan memejamkan mata.
"Lo kelihatan nggak semangat, kenapa?" Razi mengubah topik. Lama dia menunggu, tidak ada tanda Naina akan membuka mata ataupun menjawab pertanyaannya. Razi jadi menahan kesal.
"Nai, kenapa ya lo selalu ngajak gue ribut?"
Kata-kata Razi berhasil membuat Naina membuka mata dan menatap cowok yang juga sedang menatapnya lekat. Hanya menatap, namun tidak berniat menjawab.
Razi harus menahan kesal lagi.
"Kalau gue lagi ngomong, kenapa lo hobi banget nyuekin gue sih?" seru Razi.
"Gue memang nggak mau baik sama lo."
Sungguh. Razi sangat kesal sekarang.
"Apa?" ucapnya masih menahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Naina (Completed)
Teen FictionIni kisah Naina Putri Praja. Sosok gadis dingin, berwajah cantik, si pemilik tatapan tajam, namun jarang tersenyum. Member Popopi yang merupakan primadona sekolah. Bersama Razi si ketua osis yang menyebalkan. Dia Naina. Khairanihasan