15

128K 13.4K 791
                                    

Jam olahraga kelas XII IPA 1 baru saja selesai. Penderitaan Naina selama di lapangan langsung berakhir, setelah Pak Endru memberi izin siswi perempuan untuk meninggalkan lapangan terlebih dahulu. Semua siswi tidak terkecuali Naina langsung kembali ke kelas, mengambil baju seragam dan pergi ke toilet untuk mengganti baju olahraga dengan seragam sekolah kembali.

Saat ingin masuk ke dalam toilet, Naina melihat Vio yang sedang bersandar di depan pintu. Seperti biasa cewek itu akan tersenyum saat melihatnya.

"Hai Nai, mau ganti baju ya?" Vio bertanya ramah.

Naina membalas dengan anggukan. Cewek itu segera melangkah ke salah satu bilik toilet yang kosong. Tapi langkahnya terhenti saat mengingat perkataan Razi kemarin. Razi telah memberi tahu Vio tentang hubungan mereka. Lalu tidak lama ketiga temannya mengetahui hubungannya dengan Razi. Dia ingin memastikan kebenarannya saja. Daripada berprasangka buruk, bagus dia bertanya langsung.

Naina berbalik, melangkah mendekati Vio kembali. Masih sama. Vio tersenyum saat melihat Naina mendekat ke arahnya.

"Nggak jadi ganti baju, Nai?" Cewek itu bertanya.

"Bisa kita bicara sebentar?" Naina tidak merespons pertanyaan Vio dan mengatakan hal lain.

Vio terlihat kebingungan. Lalu kepalanya mengangguk pelan. Cewek itu langsung mengikuti Naina yang berjalan keluar. Naina sengaja membawa Vio keluar agar anak-anak yang berada di dalam toilet tidak mendengar percakapan mereka.

"Ada apa, Nai? Tumben lo ngajak gue bicara kayak gini?" Vio bertanya heran.

"Lo tau hubungan gue dengan Razi kan?" Naina langsung to the point.

Mata Vio membesar, cewek itu tersenyum, lalu menggeleng. "Gue nggak paham maksud lo," jawabnya.

Mata indah dengan bulu mata yang lentik milik Naina kini meneliti raut wajah Vio. Cewek itu sedang pura-pura tidak tahu ya?

"Tapi Razi bilang ke gue lo tau. Soalnya dia sendiri yang kasih tau sama lo," ucap Naina begitu tenang.

Vio tersenyum mendengar penuturan Naina. "Oh soal itu ya?" cewek itu mengangguk-angguk dengan cepat. Seolah memang baru mengetahui maksud dari pertanyaan Naina. "Iya. Razi yang kasih tau gue soal hubungan kalian berdua."

Naina kini menatap Vio penuh selidik.

"Razi bilang jangan kasih tau siapa pun kan?"

Vio mengangguk pelan.

"Terus kenapa temen gue bisa tau?" Naina kembali to the point. Lagi pula Naina memang tidak pernah suka berbasa-basi.

Vio sempat diam sebentar. "Nai, lo marah ya sama gue?" Bukannya menjawab pertanyaan Naina. Cewek itu malah berucap yang seperti merasa bersalah.

Mendengar hal itu wajah Naina semakin datar saja. Sekalipun cewek di depannya menampilkan raut wajah bersalah, menatapnya dengan wajah pilu. Anehnya Naina yang gampang bersimpati dengan orang lain tidak tersentuh sama sekali. Wajah yang ditampilkan Vio kepadanya seperti hanya dibuat-buat, membuatnya tidak gampang percaya.

"Gue cuma mau tau kenapa ketiga temen gue tiba-tiba bisa tau hubungan gue dengan Razi. Siapa yang udah kasih tau mereka. Kalau memang lo yang kasih tau, yaudah, gue cuma mau tau itu aja." Naina memang hanya ingin tahu. Lagi pula memperpanjang masalah dengan marah-marah tidak ada gunanya. Sekalipun karena mulut Vio yang menyebabkan kemarahan ketiga temannya. Naina tidak punya hak untuk marah dengan cewek di depannya itu. Jika pun dia harus marah, itu bukan dengan Vio melainkan dengan Razi.

Vio mengangguk. "Gue kasih tau Dira. Tapi menurut gue, itu nggak salah. Emangnya kenapa kalau gue kasih tau temen lo?"

Naina menatap datar cewek di depannya itu.

Dia Naina (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang