10

146K 14.8K 3K
                                    

Note : Kalo setiap bagian cerita ke potong², tulisannya tidak rapi atau banyak kata yg diulang2. Coba hapus ceritanya dari library. Terus ditambahkan kembali. Atau hapus ceritanya dari library, log out dari akun kamu, masuk kembali, baru setelah itu tambahkan kembali cerita Dia Naina ke library kamu. Pasti nanti rapi kembali.

***

Naina ingat, dia memiliki janji dengan Razi. Cowok itu pun sudah mengirim pesan, katanya akan menjemput pukul tujuh malam. Lima menit lagi jam dinding menunjukkan pukul tujuh pas, tapi Naina masih belum bersiap-siap. Dia masih saja duduk lesehan di karpet berbulu, dengan Ghani yang berada di depannya, cowok itu sedang mengerjakan beberapa soal matematika.

Selesai magrib, Naina menerima panggilan masuk dari Ghani. Cowok itu meminta bantuan untuk mengajarinya beberapa soal matematika karena Bu Afrah akan mengadakan evaluasi mingguan dipertemuan besok.

Naina bisa saja menolak. Tapi mengingat dia dan Ghani satu kelompok, otomatis jika Ghani mendapatkan nilai rendah saat evaluasi. Bukan hanya Ghani, Bu Afrah pasti mempertanyakan tugas kelompok mereka, dan otomatis kesalahan akan dijatuhkan kepada Naina karena selalu mengerjakan tugas sendiri tanpa mengajak Ghani untuk mengerjakan bersama.

"Itu makanya, mulai sekarang lo jangan suka ke luar pas pelajaran matematika. Kalau Bu Afrah tiba-tiba kasih evaluasi mingguan kayak gini, lo kesusahankan?" Naina mengoceh seraya mengambil ponselnya di atas meja yang berbunyi.

"Iya. Gue memang salah," jawab Ghani tidak ingin memperpanjang omelan Naina.

Mendengar jawaban cowok itu Naina menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu membuka aplikasi whatsApp.

Gue jalan ke rumah lo. Udah siap kan?

Pesan dari Razi. Naina baru ingat belum memberi kabar kepada cowok itu.

Naina mengetik balasan.

Gue nggak bisa. Kita batalin aja.

Naina hendak meletakkan ponselnya kembali ke atas meja, tapi balasan pesan dari Razi menghentikannya.

Nggak bisa gimana?

Nai, jangan bercanda. Gue udah rapi.

Naina membalas.

Siapa yang bercanda sih?

Gue memang nggak bisa.

Detik berikutnya pesan dari Razi kembali masuk.

Kenapa?

Naina mengabaikan pesan itu. Dia meletakkan ponselnya ke atas meja. Tidak peduli dengan ponselnya yang kembali berbunyi. Sekalipun layar ponselnya menampilkan panggilan masuk dari Razi. Naina tetap mengabaikan.

Namun yang dilakukan Naina sekarang malah mengusik fokus Ghani. Cowok itu berhenti mengerjakan soal, melihat Naina heran.

"HP lo bunyi. Nggak diangkat?"

Naina menggeleng. "Bentar lagi juga diam."

"Kasian yang nelpon, mana tau penting kan?"

Ghani menggeleng melihat kelakuan Naina sekarang. Bukannya menerima panggilan, Naina malah mematikan ponselnya.

"Emangnya siapa yang nelpon? Lo sampe matiin ponsel gitu." Ghani tertarik ingin tahu.

"Udah siap?"

Ditanya seperti itu Ghani pura-pura budek, buru-buru dia mengerjakan soal.

Ghani sudah selesai mengerjakan soal, sembari membiarkan Naina memeriksa cowok itu memilih memakan cemilan dalam toples. Matanya tertuju pada dinding yang terpajang banyak bingkai foto.

Dia Naina (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang