Note : Kalo setiap bagian cerita ke potong², tulisannya tidak rapi atau banyak kata yg diulang2. Coba hapus ceritanya dari library. Terus ditambahkan kembali. Atau hapus ceritanya dari library, log out dari akun kamu, masuk kembali, baru setelah itu tambahkan kembali cerita Dia Naina ke library kamu. Pasti nanti rapi kembali.
***
Naina sedang berjalan di koridor. Tangan kanannya menenteng paper bag yang berisi baju olahraga. Dia baru saja dari toilet, mengganti baju olahraga dengan seragam kembali. Sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi. Cewek itu tidak berniat kembali ke kelas, dia akan ke kelas IPA 2, menemui ketiga temannya lalu langsung ke ruangan Popopi. Tadi pagi dia sudah menaruh tas bekalnya di sana.
Naina memperlambat langkahnya saat melihat Razi yang kini tengah berjalan ke arahnya. Cowok itu sudah mengganti bajunya dengan seragam. Mungkin akan pergi ke kantin.
Jika saja ada jalan lain agar mereka tidak berpapasan, Naina akan memilih untuk pergi ke arah itu. Di sekolah, orang yang selalu ingin dia hindari adalah Razi.
Naina bersikap tenang seperti biasa. Dia melangkah tanpa melihat kiri dan kanan, bergerak lurus, tidak peduli dengan keadaan sekitar. Saat jarak mereka semakin dekat, dan bersisian, Naina dibuat kaget ketika Razi menahan pergelangan tangannya. Sekarang mereka saling hadap, menatap dengan ekspresi sama-sama dingin.
"Lo mau apa?" Naina menarik tangannya dari cengkeraman Razi.
Cowok itu tidak langsung menjawab. Menatap Naina dengan ekspresi yang tidak bisa terbaca.
"Gue suka sama lo." Razi telah sukses membuat Naina terdiam dengan mengatakan hal itu. Lalu tidak lama cowok itu kembali menambahkan. "Maksud gue, bisa aja gue suka sama lo sekarang."
"Apa?" Naina meminta Razi mengulangi. Wajah cewek itu tetap datar dan dingin seperti biasa. Karena kata-kata Razi tadi tidak memengaruhinya dengan lama.
"Jadi pacar gue sebulan," ucap Razi tiba-tiba.
Naina mendadak diam. Barusan dia salah dengar atau bagaimana.
"Apa?" Cewek itu ingin memastikan lagi.
"Cukup sebulan jadi pacar gue."
"Lo mau becandain gue? Nggak lucu!" ujar Naina. Dia jadi kesal.
Razi mendesah panjang, menatap Naina serius.
"Gue serius. Gue suka kepikiran lo, kadang gue suka kesal sama diri gue sendiri, kenapa harus mikirin cewek menyebalkan kayak lo. Tapi akhir-akhir ini gue mulai berpikir, mungkin aja gue suka sama lo."
"Kemarin lo baru bilang benci sama gue."
Tidak ada yang bisa mengalahkan Naina dalam berargumen. Tatapan cewek itu sungguh menantang. Razi bahkan sangat kesal melihatnya.
"Makanya gue mau kita pacaran sebulan. Gue mau cari tau jawabannya, gue beneran suka sama lo. Apa enggak."
"Cari tau aja sendiri." Naina hendak pergi. Namun Razi menahan pergelangan tangannya lagi.
Naina bukan orang yang suka mencari masalah. Dia lebih suka diam daripada merespons hal-hal yang tidak penting. Tapi Razi sangat senang membuatnya marah.
"Lo senang banget ganggu ketenangan gue, ya?" Naina menggerutu kesal. Sembari menarik tangannya.
"Siapa yang mau ganggu ketenangan lo! yang ada lo yang ganggu ketenangan gue. Di sekolah, di rumah, lo yang selalu mengganggu pikiran gue."
Naina sudah malas merespons.
"Razi!"
Suara itu berasal dari seorang cewek yang kini berdiri tidak jauh di samping Razi. Mendengar itu, Razi jadi menoleh ke sumber suara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Naina (Completed)
Novela JuvenilIni kisah Naina Putri Praja. Sosok gadis dingin, berwajah cantik, si pemilik tatapan tajam, namun jarang tersenyum. Member Popopi yang merupakan primadona sekolah. Bersama Razi si ketua osis yang menyebalkan. Dia Naina. Khairanihasan